Ekonomi Indonesia Memprihatinkan, Tagar #IndonesiaTerancamBangkrut Mendadak Trending di Twitter, Ternyata Lonjakan Inilah yang Jadi Pemicunya

Rabu, 21 April 2021 | 04:25
Tangkap layar Instagram @smindrawati

Sri Mulyani

Gridhot.ID-Perekonomian Indonesia belakangan ini sedang hangat dikabarkan terancam menurun.

Hal ini berdasarkan tagar IndonesiaTerancamBangkrut sempat menjaditrending topic di jagat Twitter Indonesia padaSelasa (20/4/2021) pagi.

Dilansir Gridhot.ID dari Twitter selama sekitar4jam dari pukul 4 hingga pukul 8 pagi, tagar ini berada di tiga besartrending topic Indonesia meski pada akhirnya digeser oleh tagar OptimisNKRIPastiBangkit.

Baca Juga: Doyan Marah-marah Saat Jadi Juri, Iis Dahlia Justru Hanya Pasrah Nyanyiannya Dikritik Sosok Ini: Dari Awal Aja Udah Nggak Enak

Belum diketahui secara pasti siapa yang pertama menggaungkan tagar tersebut, namun beberapa akun Twitter diketahui mulai mencuit tagar tersebut.

Beberapa di antaranya adalah akun @LkmnOkterman yang menulis "Terima kasih pa @jokowi . #IndonesiaTerancamBangkrut #IndonesiaTerancamBangkrut" sambil mengunggah beberapa tangkapan layar tentang utang Indonesia.

Beberapa dari gambar yang diunggah oleh akun tersebut di antaranya sebuah tangkapan layar berita yang menyebut utang luar negeri Indonesia terus naik hingga mencapai Rp6.200 triliun.

Baca Juga: Angel Lelga Mendadak Urai Kesedihan Mendalam, Akui Selama 17 Tahun Tak Pernah Jalankan Ibadah Puasa Bareng Keluarga, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada pula sebuah unggahan yang menunjukkan infografis yang menyebut bahwa kelak pemerintah Indonesia, tentunya di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, akan mewariskan utang sebesar Rp10.000 triliun.

Beberapa akun kemudian membantah tagar tersebut dengan menyebut bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini tidak mengarahkan negara ini pada kebangkrutan.

Lalu, seperti apa sebenarnya kondisi ekonomi Indonesia saat ini? Benarkah utang Indonesia sudah terlalu tinggi dan bisa membawa negara ini pada kebangkrutan?

Jika merujuk laporan pada akhir Februari 2021, maka utang pemerintah Indonesia mencapai Rp6.361 triliun.

Jumlah ini lebih besari Rp1.412,82 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama, Februai 2020, yang berjumlah Rp4.948,18 triliun.

Baca Juga: Singgung S5 Marketing alias Settingan, Denny Darko Sentil Kelakuan Nathalie Holscher yang Hapusin Foto Sule dari Akun Instagram: Di Balik Mereka Ada Tim Kreatif, Sutradara...

Tangkap layar
Tangkap layar

Salah satu cuitan dengan tagar #indonesiaTerancamBangkrut

"Jadi dari sisi jumlah, utang kita mencapai Rp 6.361 triliun," tuturDirektur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman, Selasa (23/3/2021).

Sementara jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya, Januari 2021, jumlah tersebut meningkat Rp127,86 triliun.

Peningkatan jumlah utang luar negeri pemerintah sendiri, menurut Luky, sebenarnya sudah diprediksi oleh pemerintah.

Baca Juga: Bisnisnya Menggurita di Prancis dan Australia, Intip Mewahnya Rumah Keluarga Gen Halilintar di Negeri Jiran, Tak Kalah dari Istana Menantu Anang Hermansyah

Sebab, besarnya kebutuhan anggaran untuk penanganan pandemi Covid-19 baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi sangat besar.

Lihat saja besarnya anggaran untuk penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) pada 2021 yang mencapai Rp 699,34 triliun.

Sementara itu pendapatan negara juga mengalami penurunan salah satunya disebabkan oleh keringanan pajakdalam rangka stimulus ekonomi masyarakat saat pandemi Covid-19.

Lalu, apakah kondisi tersebut secara otomatis akan membuat Indonesia berada di jurang kebangkrutan?

Apalagi beberapa pihak membandingkan besarnya utang Indonesia yang lebih besar dua kali lipat dibandingakan dengan negara tetangganya, Malaysia, yang selama ini dianggap memiliki ekonomi lebih baik dari Indonesia.

Baca Juga: Ruben Onsu Dituding Manfaatkan Anaknya, Ayah Kandung Betrand Peto, Ferdy Peto Geram dan Turut Buka Suara: Uang Keringatnya Onyo Saya Rasakan Setiap Bulan

Jika merujuk pada besarnya utang Indonesia di atas, maka rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ada di kisaran 38-39 persen.

Rasio ini tergolong masih dalam jumlah yang kecil dibandingkan dengan rasio utang negara-negara lain di dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan bahwa proyeksi utang dunia saat ini memang 'kompak' mengalami kenaikan.

Baca Juga: Ngamuk di Vila Gara-gara Kelakuan Ardi Bakrie, Nia Ramadhani Tunjukan Wajah Masam: Enggak Lucu!

Sri Mulyani mencontohkan Amerika Serikat yang memiliki perbandingan utang terhadap GDP sudah di atas 100%.

Jerman, China, dan India sudah di atas 60%. Sementara Singapura dan Malaysia, yang kerap dibandingkan dengan Indonesia, sudah di atas 100%.

Bahkan, salah satu negara paling maju seantero Asia dan dunia, yaitu Jepang, memiliki besar rasio utang keseluruhan mencapai 250% alias utangnya 2,5 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan PDB-nya.

Pernyataan Sri Mulyani bahwa rasio utang Indonesia masih dalam taraf wajar sebenarnya juga bukan sekadar klaim sepihak.

Pihak luar dalam hal ini lembaga internasional bahkan sudah mengakui bahwa kondisi utang Indonesia masih dalam taraf wajar.

Terbaru, lembaga pemeringkat Fitch masih menempatkanSovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat BBB (investment grade) dengan outlook stabil.

Baca Juga: Sudah Tak Pernah Bikin Sensasi, Barbie Kumalasari Rupanya Akan Terjun ke Dunia Politik, Begini Kata Mantan Galih Ginanjar: Diminta Jadi Anggota DPR

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan keputusan Fitch tersebut sebagai pengakuan atasstabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga.

"Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus bersinergi dengan Pemerintah untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional," tutur Perry, Kamis (25/3/2021), seperti dilansirkompas.com.

Jadi, sekali lagi diingatkan, besarnya jumlah utang tidak melulu menjadi faktor buruk atau tidaknya ekonomi suatu negara. Masih banyak faktor lain yang perlu dilihat secara rinci.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, Twitter