Gridhot.ID - KRI Nanggala 402 kini sudah dinyatakan tenggelam.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, setelah 72 jam kapal selam berisi 53 awak tersebut kini telah dinyatakan tenggelam akibat retakan besar.
Kini pihak TNI mulai merencanakan evakuasi para korban.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan pihaknya akan menggunakan dua teknik evakuasi, untuk mengetahui kepastian nasib 53 awak KRI Nanggala-402 yang "subsunk" atau tenggelam diduga di kedalaman 850 meter di perairan utara Bali.
Dua teknik itu dijelaskan Yudo di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai Bali, Sabtu (14/4/2021).
"Kita tidak bisa melihat sampai bagaimana korban dari tadi yang disampaikan dengan hanya ini (bukti otentik) karena belum ketemu untuk salah satu korban, jadi kita tidak bisa menduga-duga seberapa kondisi korban dan sebagainya," katanya.
Untuk itu, dibutuhkan evakuasi.
"Harapan kita nanti dengan evakuasi baru bisa kita tentukan (kondisi awak kapal) karena tidak ada bukti serpihan dari korban sehingga kami tidak bisa menduga," katanya.
Yudo mengatakan, sejumlah teknik evakuasi telah direncanakan.
Teknis evakuasi ini sesuai standar The International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (Ismerlo).
Indonesia akan mendapatkan bantuan dari para negara yang tergabung dengan Ismerlo ini.
Metode diembus
Cara evakuasi pertama, menurut Yudo, adalah metode diembus.
Metode ini dilakukan dengan memasukkan selang pada pipa yang terdapat pada kapal selam yang mana akan mengangkat naik kapal selam tersebut.
"Jadi di kapal selam itu ada seperti pipa-pipa yang bisa dicelupkan dengan selam bungkus sehingga bisa naik," jelas Yudo.
Bantuan robot dari Singapura
Cara kedua dengan diangkat menggunakan robot.
Cara ini bisa dilakukan oleh kapal milik Singapura, yakni MV Switf Rescue.
"Swift Rescue punya Singapura juga memiliki kapal selam mini sebagai robot, di bawah itu, untuk memasang peralatan," tambahnya.
Seperti diketahui, KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam di perairan utara Bali setelah sebelumnya hilang kontak sejak 21 April 2021.
Lokasi kapal menguat di titik adanya kemagnetan yang kuat dengan kedalaman 850 meter.
(*)