TNI AL Ungkap Hasil Donasi Warga Indonesia Tak Akan Bisa Digunakan untuk Beli Kapal Selam Baru, Ini Penjelasannya

Rabu, 28 April 2021 | 14:13
dok. twitter/taufikaris1613

Penampakan terakhir KRI Nanggala-402 yang terekam oleh Kapal Kelud

Gridhot.ID - KRI Nanggala 402 kini sudah dinyatakan tenggelam.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews, 53 awak yang berada di dalamnya kini dinyatakan gugur dan sedang berusaha dievakuasi oleh pihak TNI.

Setelah salah satu kapal selam kebanggaan Indonesia KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam, muncul gerakan penggalangan dana dari masyarakat untuk membeli kapal selam baru.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Selasa (27/4/2021), di Indonesia hanya ada 5 unit kapal selam dalam daftar aset alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Jumlah itu berkurang satu setelah KRI Nanggala-402 tenggelam. Awalnya ide untuk menggalang dana muncul dari anak-anak TPA di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.

Baca Juga: Sudah Dibela Mati-matian, Desiree Tarigan Justru Cabut Kuasa Hotman Paris Sebagai Pengacara, Kuasa Hukum Hotma Sitompul: Karena Selalu yang Bikin Ribut-ribut, Jadi Biang Keroknya

Lewat unggahan di Instagram @masjidjogokariyan ide itu disebar luaskan.

Kemudian menjadi semakin viral setelah ide itu diunggah Ustad Abdul Somad lewat Instagram-nya. Dalam satu hari saja, donasi yang terkumpul disebut-sebut sudah mencapai Rp 300 juta.

Tagar "Harga kapal selam" bahkan menjadi salah satu trending topik di pencarian Google, Selasa (27/4/2021).

Bisakah masyarakat membeli kapal selam untuk pemerintah?

Penjelasan TNI AL

Baca Juga: Buka-bukaan, Rizky Febian Ngaku Sudah Nakal Sejak SMP dan Kini Dirinya Tak Lagi Perjaka, Sule: Biasa Aja...

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispen AL) Laksamana Pertama Julius Widjojono mengapresiasi niat baik dari masyarakat untuk menggalang dana guna membeli kapal selam.

Menurut Julius, masyarakat menyumbang dan mengumpulkan dana berarti berempati dengan peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala-402.

"Kami bersyukur bahwa ternyata bangsa ini masih kuat empatinya, meskipun ada beberapa individu dan kelompok yang kering empatinya dengan indikasi gunakan momen ini untuk ambil keuntungan," katanya pada Kompas.com, Rabu (28/4/2021).

Meskipun begitu, pihakanya menjelaskan, ada persyaratan dan prosedur untuk membeli alutsista, termasuk kapal selam.

Julius mengatakan, dalam undang-undang tidak ada ketentuan terkait masyarakat yang bisa turut serta membantu pembelian alutsista.

Baca Juga: Rela Tinggalkan OVJ Sampai Nangis-nangis Saat Pamitan, Aziz Gagap Kini Banting Setir Ternak Kambing dan Jauh dari Gemerlapnya Dunia Hiburan: Aziz Selalu Minta Petunjuk Allah...

"Karena pembelian dilakukan melalui prosedur yang ada," ujarnya.

Aturan pembelian Alutsista Prosedur pembelian alutsista diatur dalam UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI pada Pasal 11 (2) Postur TNI sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dibangun dan dipersiapkan sesuai dengan kebijakan pertahanan negara.

Julius menjelaskan pembelian kapal selam/alutsista berdasarkan roadmap saat ini, yaitu pemenuhan MEF (Minimun Essential Force).

Opsreq (Operation Requerment) dibuat oleh Sopsal (Staf Operasi Angkatan Laut) selanjutnya diterjemahkan menjadi Spektek oleh Bintek melalui Slogal.

Pengajuan dari TNI AL sama dengan alutsista yang lain, yaitu diajukan berjenjang ke Mabes TNI, lalu Kementerian Pertahanan, lalu Kementerian Keuangan.

Baca Juga: 12 Tahun Cari Sesuap Nasi Bersama, Andre Taulany Tak Ragu Pilih Kerjaan Bayaran Besar Meski Harus Berpisah dengan Sule: Kita Butuh Duit!

Oleh karena itu meski dana sudah terkumpul, hal itu tidak bisa digunakan untuk membeli kapal selam negara.

"Tidak bisa. Tapi kami lihat sisi positifnya saja," ungkapnya.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, tribunnews