Gridhot.ID - China dan Filipina sedang dalam konflik panas.
Dilansir dari Intisari-Online.com, Sejauh ini sudah 4 tahun Filipina menjalin hubungan dengan China.
Namun, sayangnya hubungan hangat China-Filipina tampaknya sudah mulai retak disebabkan ulah China di Laut China Selatan.
Menurut 24h.com.vn, pada Sabtu (24/4/21), Filipina terus mendeteksi armada China yang mengumpulkan sejumlah besar kekayaan laut di Laut China Selatan.
Hal itu membuat Filipina resah dengan aktivitas China yang dianggap merugikan negaranya.
Menteri Luar Negeri Filipina pun pada hari Senin (3/5/2021) menuliskan cuitan berisi sumpah serapah yang meminta kapal-kapal China keluar dari perairan yang disengketakan.
Ini menjadi perang kata-kata terbaru dengan Beijing terkait Laut China Selatan.
Dilansir Kontan.co.id dari Reuters, pernyataan Menlu Teodoro Locsin, yang kadang-kadang membuat pernyataan blak-blakan, menyusul protes Manila atas kehadiran "ilegal" dari ratusan kapal China di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil Filipina.
"China, temanku, seberapa sopan aku bisa mengatakannya? Coba aku lihat ... O ... SEGERA KELUAR," tweet Locsin di akun pribadinya.
"Apa yang kamu lakukan terhadap pertemanan kita? Kamu. Bukan kami. Kami sedang berusaha. Kamu. Kamu seperti orang bodoh yang memaksakan perhatian pada pria tampan yang ingin menjadi teman; bukan untuk menjadi ayah dari provinsi China...," tweet Locsin.
Kedutaan China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar yang diajukan Reuters.
Pejabat China sebelumnya mengatakan kapal-kapal di Whitsun Reef yang disengketakan adalah kapal penangkap ikan yang berlindung dari laut yang ganas.
Menanggapi permintaan komentar, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengulangi pernyataan 28 Maret oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang mengatakan bahwa Amerika Serikat mendukung sekutu mereka, Filipina, dalam menghadapi tekanan milisi maritim (China) di Laut China Selatan.
"Seperti yang telah kami nyatakan sebelumnya, serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal atau pesawat umum di Pasifik, termasuk di Laut China Selatan, akan memicu kewajiban kami di bawah Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina," kata juru bicara itu seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Bawa Anak-anaknya, Mantan Suami Mulan Jameela Datangi Rumah Ahmad Dhani, Ada Keperluan Apa?
China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, yang bernilai sekitar US$ 3 triliun karena dilewati kapal perdagangan setiap tahun.
Pada tahun 2016, pengadilan arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa klaim tersebut tidak sesuai dengan hukum internasional.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, kementerian luar negeri Filipina menuduh penjaga pantai China membayangi, memblokir, melakukan manuver berbahaya, dan tantangan radio dari kapal penjaga pantai Filipina.
Pada hari Minggu, Filipina berjanji untuk melanjutkan latihan maritim di ZEE Laut China Selatan sebagai tanggapan atas permintaan China yang menghentikan tindakan yang dikatakannya dapat meningkatkan perselisihan.
Data Kementerian Luar Negeri Filipina menunjukkan, pada 26 April, Filipina telah mengajukan 78 protes diplomatik ke China sejak Presiden Rodrigo Duterte menjabat pada 2016.
"Pernyataan kami juga lebih kuat karena sifat kegiatan yang lebih berani, jumlah, frekuensi dan kedekatan gangguan," kata Marie Yvette Banzon-Abalos, direktur eksekutif untuk komunikasi strategis di kementerian luar negeri.
Duterte sebagian besar telah mengejar hubungan yang lebih hangat dengan China dengan imbalan janji Beijing untuk menggelontorkan miliaran dolar dalam investasi, bantuan, dan pinjaman.
"China tetap menjadi dermawan kami. Hanya karena kami memiliki konflik dengan China tidak berarti kami harus bersikap kasar dan tidak sopan," kata Duterte dalam pidato nasional mingguan.
Baca Juga: Pernah Jalani Hal 'Busuk' Bareng Gisella Anastasia, Nobu Ungkap Perasaannya: Wah Gila Banget...
"Jadi, mohon izinkan para nelayan kami menangkap ikan dengan damai dan tidak ada alasan untuk masalah," kata Duterte, berbicara kepada China.(*)