Disebut Lebih Bahaya Tingkatnya, IDI Sebut Varian Corona Delta Banyak Serang Anak Muda, Berikut Pernyataannya

Senin, 21 Juni 2021 | 07:42
Shutterstock/angellodeco

Ilustrasi varian virus corona Delta. Varian ini pertama kali diidentifikasi di India, sebelumnya dinamai B.1.617.2

Gridhot.ID– Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Muhammad Faqih mengatakan, varian delta virus corona yang kini sudah menyebar di Indonesia lebih berbahaya bagi masyarakat.

Dilansir dari Kompas.com, saat ini, varian mutasi ganda asal India ini justru banyak menular kepada individu berusia muda.

"Untuk varian delta, selain lebih cepat menular, juga lebih berbahaya. Mulanya menimbulkan gejala ringan, tapi perburukannya menjadi lebih cepat. Jadi sesak nafas, pegal-pegal, dan sebagainya lalu lebih cepat memburuk," ujar Daeng dalam diskusi virtual bertajuk ‘Covid-19 Meradang Setelah Libur Panjang’ pada Sabtu (19/6/2021).

Baca Juga: Keluarga Sudah Tahu, Anak Rezky Aditya dengan Wanita Inisial W Disebut Sudah Berusia 8 Tahun, Kuasa Hukum: Anaknya Perempuan...

"Varian delta ini justru sekarang banyak menularkan ke yang masih muda-muda. Lalu langsung datang (ke fasilitas kesehatan) dalam kondisi yang berat," lanjutnya.

Daeng menjelaskan, kemungkinan kondisi ini disebabkan anak muda sering mengesampingkan gejala-gejala penyakit yang bersifat ringan.

Padahal, dengan adanya mutasi, varian delta memiliki kecenderungan perburukan lebih cepat.

Baca Juga: Sempat Berkonflik dengan Sang Ibu Gegara Tak Diizinkan Menikah dengan Arie Kriting, Ternyata Seperti Ini Perlakuan Indah Permatasari pada Sang Adik

"Sehingga masyarakat usia muda yang datang banyak yang langsung dengan gejala berat. Ini yang kita khawatirkan. Jika demikian kondisinya, potensi kesembuhan makin kecil," papar Daeng.

Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, salah satu varian yang saat ini menjadi perhatian pemerintah adalah varian delta B.1.617.2 atau varian mutasi ganda dari India.

Menurut data Kementerian Kesehatan, varian ini banyak ditemukan di DKI Jakarta, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Bangkalan.

Varian ini diketahui menyebabkan penularan Covid-19 terjadi secara lebih cepat.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Sudah Jadi Kakek, Intip Potret Gemas Cucunya, Putri dari Martunis Anak Angkat Pesebak Bola Dunia yang Selamat dari Tsunami Aceh

Wiku mengungkapkan, hingga saat ini penelusuran asal kedatangan varian delta virus corona masih terus dilakukan.

Menurutnya, untuk memetakan persebaran virus ini, penelitian masih dilakukan melalui metode Whole Genome Sequencing (WGS) atau surveilans meski belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

"Hingga saat ini penelusuran asal varian delta masih dilakukan. Penelitian memerlukan WGS atau sampel yang jumlahnya lebih besar," tutur Wiku.

Baca Juga: 16 Tahun Dampingi Karir Raja Dangdut, Roma Irama harus Relakan Kepergian Sang Manajer Selamanya, Angel Lelga: Saya Masih Sempet Komunikasi

"Suatu saat nanti, kita bisa menelusuri darimana virus tersebut berasal, dari mana masuknya dan menyebar ke mana saja," katanya.

(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, Kemenkes RI