Waspada Ekstra untuk Kaum Adam, Penelitian Ungkap Pria Lebih Mungkin Alami Gejala Parah Saat Terinfeksi Covid-19, Ini yang Jadi Faktor Utamanya

Jumat, 09 Juli 2021 | 20:25
tribunnews.com

Sesak nafas saat covid-19

Gridhot.ID– Infeksi virus covid-19 bisa menginfeksi siapa saja dengan gejala yang berbeda-beda.

Namun, baru-baru ini muncul penelitian soalpria lebih mungkin mengalami gejala parah saat terinfeksi virus corona.

Rupanya diketahui bahwa pria merupakan kelompok yang lebih mungkin menderita kasus Covid-19 dengan gejala parah dan lebih berisiko mengalami kematian.

Baca Juga: Rumah Sakit di Indonesia Lagi Kolaps Tangani Covid-19, Sosok Rosaline Irene Rumaseuw Malah Minta Pemerintah Buat RS Khusus Pejabat, Wasekjen DPP PAN: Itu Sepenuhnya Usulan Pribadi

Para peneliti mempelajari keterkaitan hal tersebut.

Mereka menemukan bahwa jalur metabolisme sangat berkorelasi dengan respons imun pasien pria dengan Covid-19.

Dilansir Intisari-Online dari Science Signaling yang menerbitkan penelitian baru, mengungkapkan bahwa pasien Covid-19 pria lebih mungkin mengalami peningkatan kadar asam kynurenic, dibandingkan dengan pasien Covid-19 pada wanita.

Baca Juga: Bisnis Karaoke yang Hasilkan Rp 17 Miliar Per Bulan Kini Dikabarkan Bangkrut, Inul Daratista Terpaksa Banting Tulang untuk Urus Karyawannya, Istri Adam Suseno: Aku Nggak Nyerah

Asam kynurenic, merupakan produk metabolisme asam amino.

Kadar asam kynurenic yang tinggi ini biasanya dikaitkan dengan beberapa penyakit, seperti skizofrenia dan penyakit terkait HIV.

Pada pasien pria dengan kasus positif Covid-19 dengan gejala parah, lebih mungkin memiliki rasio asam kynurenic tinggi terhadap kynurenine.

Kynurenine, merupakan produk sampingan dari asam amino L-triptofan yang digunakan untuk membuat nutrisi niasin.

"Kita tahu bahwa pria berisiko lebih tinggi daripada wanita tertular Covid-19 yang parah dan perbedaan jenis kelamin dalam respons kekebalan tubuh, memberikan penjelasan yang meyakinkan untuk fenomena ini," kata Caroline Johnson, asisten profesor epidemiologi di Yale School of Public Health dan penulis senior studi ini.

Baca Juga: Mundur Kejar Cinta Ayu Ting Ting, Didi Riyadi Ungkap Kekecewaannya Hingga Pilih Putus Kontak dengan Janda Enji: Memang Ada yang Berubah...

"Kami juga mengetahui bahwa respons imun diatur sebagian oleh metabolit, dan temuan baru ini menawarkan jendela kunci ke dalam mekanisme yang mendasari, bagaimana penyakit Covid-19 ini memengaruhi pasien wanita dan pria secara berbeda."

Johnson menjalin kerja sama dengan Akiko Iwasaki, Profesor Imunobiologi dan Biologi Molekuler, Waldemar Von Zedtwitz, yang sebelumnya telah memimpin tim peneliti dalam mengidentifikasi perbedaan signifikan, dalam cara sistem kekebalan tubuh wanita dan pria merespons virus corona yang menyebabkan Covid-19.

Yale School of Public Health, memberikan dukungan dana respon cepat, sehingga Johnson, rekan postdoctoral Yuping Cai, dan tim mereka dapat mempelajari sampel darah yang diambil dari 22 pasien wanita dan 17 pasien pria di Rumah Sakit Yale New Haven setelah terkonfirmasi infeksi Covid-19.

Baca Juga: Diduga Dibawa Makhluk Halus 'Geunteut', Warga Pidie Ditemukan di Atas Pohon Kelor Setinggi 15 Meter, Kondisinya Seperti Ini

Sampel tersebut kemudian dibandingkan dengan sampel dari 20 penyedia layanan kesehatan yang tidak terinfeksi Covid-19.

Para peneliti secara positif mengidentifikasi 75 metabolit, yang merupakan produk molekuler dari proses pencernaan dan metabolisme seluler.

Peneliti kemudian menyesuaikan dengan usia pasien, indeks massa tubuh, jenis kelamin, dan karakteristik lainnya, sehingga merekamenentukan ada 17 metabolit yang terkait dengan infeksi Covid-19.

Dari analisis lebih lanjut terungkap hubungan yang kuat, antara tingginya tingkat asam kynurenic serta tingginya rasio asay kynurenic untuk kynurenine dalam respons imun pria dan hasil pasien Covid-19 yang lebih buruk.

Baca Juga: Diduga Dibawa Makhluk Halus 'Geunteut', Warga Pidie Ditemukan di Atas Pohon Kelor Setinggi 15 Meter, Kondisinya Seperti Ini

Menurut Johnscon, studi jalur khusus jenis kelamin seperti ini memberikan petunjuk utama, bagaimana penyakit ini menginfeksi dan membuat orang sakit.

"Kita dapat menggunakan pengetahuan ini untuk menciptakan pengobatan yang lebih efektif untuk penyakit Covid-19 yang mengerikan ini dan penyakit serupa." (*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber intisari-online, KOMPAS.com