Bikin Penyintas Covid-19 Tambah Resah, Gejala 'Long Covid' Bikin Masa Isolasi hingga Berbulan-bulan, Berikut Cara Pengobatannya

Kamis, 15 Juli 2021 | 20:25
freepik

Ilustrasi pasien covid-19

Gridhot.ID-Sebagian besar penderita Covid-19 menderita gejala umum seperti demam, batuk kering dan kesulitan bernapas.

Kebanyakan sembuh dalam seminggu atau dua minggu.

Namun ada beberapa orang yang masih menderita gejala.

Baca Juga: Sumarno Buka Mulut? Elsa Pastikan Mama Sarah Lakukan Hal Ini, Berikut Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta 15 Juli 2021

Mereka menderita cukup lama, sampai beberapa bulan lamanya.

Jumlah penderita ini tidak dalam angka kecil, tapi sampai 10-30% dari pasien Covid-19.

Itulah yang disebut dengan long Covid.

Baca Juga: Jadi Bintang Tamu Acara Bisnis Malah Kena Hujat Habis Netizen, Reino Barack Tak Bisa Tutupi Malunya Saat Masalalu Sang Istri Dikuliti Warganet

Kondisi pulih yang berbeda-beda inilah yang menjadi pertanyaan yang sulit dijawab oleh para ahli yang melawan pandemi Covid-19.

Sementara tidak ada jawaban pasti, ada beberapa teori yang disampaikan para ahli di seluruh dunia.

Berikut adalah penjelasan mengenai long Covid dikutip Intisari-Online dari The Conversation.

Apa itu long Covid?

Sejauh ini tidak ada definisi yang diterima secara universal mengenai long Covid karena hal ini merupakan fenomena baru.

Definisi yang masih dibangun adalah ini merupakan istilah digunakan untuk menggambarkan situasi di mana orang-orang mengalami rangkaian gejala tetap setelah terinfeksi Covid-19.

Gejala yang dialami berbeda-beda, bisa kelelahan, napas pendek, sakit dada, jantung berdebar-debar, sakit kepala, brain fog, nyeri otot dan gangguan tidur.

Baca Juga: Geregetan Hubungannya dengan Ayya Renita Sempat Disebut Settingan, Anwar Sanjaya Akhirnya Bongkar Kedekatannya dengan Pemeran Miss Kiki Ikatan Cinta, Tak Pernah Jadian?

Namun bisa juga gejala seperti anosmia dan hilangnya indra perasa, menyebabkan kekhawatiran terkait kondisi kesehatan seseorang, depresi dan bahkan sampai ketidakmampuan bekerja dan berinteraksi dengan masyarakat.

Pada beberapa penyintas, hampir seperti ada proses yang berdampak pada setiap bagian tubuh mereka.

Gejala khas lainnya adalah terputusnya keparahan sakit Covid-19 dan perkembangan gejala signifikan selama penyembuhan.

Baca Juga: Dulu Nekat Bikin Video Asusila 19 Detik, Begini Reaksi Nobu Dituduh 5 Kali Berhubungan Intim dengan Gisel, Kuasa Hukum Buka Suara

Sebagian besar pasien di klinik long Covid memiliki penyakit awalnya, seringnya mereka lebih muda daripada pasien yang dirawat di rumah sakit (RS), dan dulunya sehat dan aktif sebelum mendapatkan infeksi Covid-19.

Terlepas dari gejala spesifik, banyak pasien yang khawatir ada infeksi yang terus-terusan terjadi merusak sel bagian tubuh mereka, serta takut dan frustrasi jika mereka tidak kunjung sembuh.

Sejauh ini belum ditemukan tes tertentu untuk menjelaskan gejala long Covid.

Namun sebagian besar pasien long Covid mendapati gejala yang kemungkinan berkaitan dengan interaksi fisik dan proses psikologi rumit yang telah muncul akibat inflamasi mendadak akibat infeksi Covid-19.

Baca Juga: Makin Yakin Kehidupan Normal di Tanah Air Bakal Segera Terwujud, Menkes Sukses Amankan Jatah 50 Juta Dosis Vaksin Pfizer untuk Indonesia, Ini Buktinya

Berapa banyak orang memiliki long Covid?

Sangat sulit untuk menentukan proporsi berapa banyak orang terkena Covid-19 berakhir dengan gejala yang tetap.

Studi yang masih dilakukan terkait imunitas Covid di Walter and Eliza Hall Institute (WEHI) temukan 34% partisipannya mengalami long Covid 45 hari sejak diagnosa Covid-19.

Menghitung sekarang terbilang cukup sulit karena data akan terus bertambah mengingat pasien Covid-19 terus bertambah.

Baca Juga: Nino Stres, Hidupnya Berantakan Karena Ulah Elsa, Berikut Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta 15 Juli 2021

WHO mengatakan jumlah pasien long Covid adalah 10% sedangkan studi dari Inggris mendapatkan 3)%.

Proporsi orang yang terdampak berbeda-beda antara negara-negara.

Bagaimana mengobatinya?

Mengobati gejala-gejala ini masih sulit karena tidak ada tes klinis pasti untuk menentukan jika seseorang memiliknya sehingga belum ada pengobatan standarnya.

Orang-orang dengan gejala ringan mungkin tidak memerlukan pengobatan tapi perlu dipastikan dan diberi informasi.

Lainnya masih memerlukan perawatan teratur di RS oleh tim dokter spesialis.

Baca Juga: Simpan Luka Lama Usai Dihianati Mata-mata Negeri Beruang Merah, Kepala Intelijen Inggris Peringatkan Soal Agen Rusia dan China yang Level Setara dengan Teroris

Menyedihkannya, ada kelompok pasien yang penyembuhannya lambat, biasanya mereka adalah orang masih muda yang dulunya bugar dan sehat.

Mereka kesulitan untuk kembali bekerja, berolahraga dan bersosialisasi.

Kembalinya mereka ke bekerja dan aktivitas lain sampai harus diatur dan jangan mendadak dilakukan sangat cepat.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber the conversation, intisari-online