Gridhot.ID - Olimpiade Tokyo 2020 telah berlangsung dengan persaingan ketat antar atlet.
Salah satu cabang olahraga yang penuh persaingan ketat adalah bulutangkis.
Selain penampilan atlet-atlet dari Indonesia yang cukup memukau, ternyata ada sosok yang menyita perhatian dari cabang ini.
Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN PT Indah Karya untuk D3 dan S1, Simak Persyaratan Lengkap Berikut
Dilansir dari Kompa.com, nama Kevin Cordon mengguncang panggung Bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020, Sabtu (31/7/2021).
Siapa sangka, dia berhasil membawa negaranya, Guatemala ke semifinal tunggal putra Bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020.
Tentu saja ini raihan yang membuat banyak orang heran.
Alih-alih ke semifinal Olimpiade Tokyo 2020, negara-negara di Amerika Latin selama ini tak pernah bisa berisik di percaturan bulutangkis dunia.
Kesuksesan Cordon ini tak lepas dari tangan dingin pelatihnya.
Yang mengejutkan, pelatih bulutangkis Guatemala adalah pelatih asal Solo, Indonesia.
Dilansir dari Tribunsolo, pria bernama Muammar Qadafi, yang menjadi pelatih Kevin Cordon itu.
Lalu siapa Muamar Qadafi ?
Penelusuran TribunSolo.com, karir bulutangkis Muammar Qadafi, ternyata diawali dari kota kelahirannya, Solo, dengan bergabung dengan PB Goldenstar Solo.
Ia berlatih sejak kecil.
Villa Ratnasari, seorang atlet bulutangkis dari PB Djarum, dulu sama-sama mengawali pelatihan bulutangkis di klub yang sama, PB Goldenstar Solo, sebelum pindah ke PB Djarum, klub yang lebih prestisius.
Villa lebih dulu pindah ke PB Djarum.
Lalu, sekitar tahun 1991 Qadafi pindah ke PB Djarum Kudus.
Kepada tribunSolo.com, Villa menceritakan sosok Muammar Qadafi selama ia mengenalnya di asrama.
"Qadafi orangnya pendiem, nggak banyak ngomong, dan tertutup anaknya, dia adik tingkat saya, setahun atau dua tahun dibawah saya," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (31/7/2021).
Menurutnya, Qadafi dikenal dengan sosok taat beribadah.
Villa mengenang bagaimana tingkah laku Qadafi, saat bermain dengan teman-temannya di asrama.
"Pas anak-anak lain pada ribet main ini itu, di cuma sekadar ngimbangin, diajak main bola ikut, diajak main itu, ikut," kenangnya.
Saking pendiamnya Qadafi, menurut Villa banyak teman-teman sungkan ngobrol kepadanya.
"Paling pas ngobrol Qadafi hanya dengerin, cuma ketawa ketiwi saja, nimbrung ngomong gitu jarang," ujarnya.
Villa bertemu dengan Qadafi, terakhir kali sekitar tahun 1996, saat Villa keluar dari PB Djarum.
"Kalau sekarang seperti apa orangtuanya saya kurang tahu, terakhir komunikasi satu tahun lalu, saya tanya masih ingat nggak sama saya, katanya masih," paparnya.
Soal keberhasilan Qadafi bersama Guatemala menembus semifinal, Villa pun sudah mengirim pesan WA ucapan selamat.
"Ya tadi balas, mau fokus dulu di semifinal," ujar Villa.
Villa mengaku tak tahu persis di mana rumah Qadafi.
Tapi, menurut Villa, Qadafi kecil sebenarnya tinggal bukan wilayah administratif Kota Solo, melainkan di Kabupaten Sukoharjo, tepatnya di kawasan Waringirejo, Cemani, Sukoharjo.
"Orangtuanya masih di Solo, terakhir saya beli makanan ketemu sama bapaknya Qadafi, katanya sekarang tinggal di Waringinrejo," pungkasnya.
Soal bagaimana Qadafi bisa melatih Guatemala, Villa tak tahu persis ceritanya.
Meski demikian, menurutnya, menjadi pelatih bulutangkis di negara luar, adalah pilihan karir yang biasa saja buat seorang pebulutangkis jebolan PB Djarum.
Villa misalnya, mengaku, ia pernah mendapat tawaran serupa dari tim luar negeri. (*)