Grid Hot - Seputar peristiwa terkini

Peran Penting Kucing yang Kini Jadi Penyelamat Para Penderita Covid-19, Obat Pasien Corona Ternyata Berawal dari Resep untuk Hewan Peliharaan, Begini Sejarahnya

Minggu, 08 Agustus 2021 | 17:42
Grid Networks Kucing punya peran penting di wabah covid-19 ini
Twitter/translatedcats

Kucing punya peran penting di wabah covid-19 ini

Gridhot.ID - Hari kucing seduni kini diperingati di tanggal 8 Agustus.

Dikutip Gridhot dari Antara, komunitas International Fund for Animal Welfare (IFAW) menjadi pencetus hari kucing ini.

Meskipun telah ribuan tahun hidup bersama manusia, baru tahun-tahun belakangan ini ilmuwan meneliti serius peran riset kucing dalam riset manusia.

Baca Juga: Tampil Elegan Pakai Jas dan Topi, Ayya Renita Terang-terangan Tulis Pesan Begini ke Orang yang Membencinya, Sindir Glenca Chysara?

Dikutip Gridhot dari Kompas.ID, Salah satu buktinya adalah remdesivir yang menjadi obat penderita Covid-19, sebelumnya adalah obat untuk penyakit kucing yang disebut radang selaput dinding perut yang menular pada kucing atau feline infectious peritonitis (FIP).

Hal itu antara lain diungkapkan Leslie A Lyons, peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Universitas Missouri, Columbia, Amerika Serikat ( AS). Ulasannya yang berjudul “Kucing – Telomer ke Telomer dan Hidung ke Ekor” dimuat dalam jurnal Trends in Genetics edisi 28 Juli 2021.

Telomer adalah istilah untuk bagian dari DNA, asam deoksiribonukleat. Lyons mengulas potensi penelitian pada kucing untuk riset pada manusia, dari penelitian genetika hingga riset obat-obatan.

Baca Juga: Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun, Menantu Idaman Ayah Rojak Berduka, Andi Arsyil Kehilangan Sosok yang Pernah Digadang Jadi Calon Mertua Ayu Ting Ting

“Baru-baru ini, remdesivir yang terbukti sangat efektif dalam memerangi pandemi Covid-19 pertama kali ditunjukkan untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh virus korona yang sebelumnya fatal pada kucing, FIP,” tulis Lyons dalam jurnal.

Kasus FIP juga dijumpai pada tempat praktik dokter hewan di Indonesia. Salah satunya seperti dilaporkan oleh peneliti dari FKH Institut Pertanian Bogor, Sus Derthi Widhyari dan rekan-rekannya, dalam jurnal ARSHI Veterinary Letter edisi Februari 2018.

ARSHI adalah singkatan dari Asosiasi Rumah Sakit Hewan Indonesia. Penelitian mereka berjudul “Suspect Feline Infectious Peritonitis pada Kucing”.

Virus korona atau feline coronavirus (FCoV) yang menyebabkan FIP pada kucing ini muncul dalam dua bentuk yaitu tipe basah dan tipe kering. FIP tipe basah disebut demikian karena dicirikan munculnya cairan pada rongga dada dan rongga perut.

Baca Juga: Perut Buncit Amanda Manopo Jadi Sorotan Fans Ikatan Cinta, Pemeran Andin Tulis Pesan Haru, Sebut Diri Jadi Ibu

Sus Derthi Widhyari dan rekan-rekannya menerima seekor kucing domestik jantan dewasa steril berumur tiga tahun bernama Lapet.

Kucing itu dalam keadaan anoreksia atau tidak mau makan, lemas, perut membesar, diare, mudah stres, dan mengalami penurunan bobot badan. Dalam kesimpulannya, berdasarkan pemeriksaan klinis, kucing Lapet didiagnosa diduga mengalami FIP tipe basah.

Salah satu obat yang disarankan untuk FIP pada kucing ini remdesivir, obat analog nukleosida. Penelitian penggunaan remdesivir untuk FIP yang dikutip Lyons adalah dilakukan oleh Niels C Pedersen dari FKH Universitas California, Davis, AS, dan rekan-rekannya.

Penelitian mereka berjudul “Khasiat dan Keamanan Analog Nukleosida GS-441524 untuk Pengobatan Kucing dengan FIP yang Terjadi Secara Alami”.

Baca Juga: Hot News! Rizky Billar Disebut Hadiahi Calon Istrinya Mobil Hasil dari Endorse, Lesti Kejora Langsung Bereaksi Begini

Penelitian Niels C Pedersen dan rekan-rekannya ini dimuat dalam Journal of Feline Medicine and Surgery edisi 13 Februari 2019.

Pedersen dan rekan-rekannya meneliti 31 kucing yang menderita FIP, 26 kucing FIP tipe basah dan enam kucing tipe kering. Usianya berkisar antara usia 3,4–73 bulan dengan rata-rata 13,6 bulan.

Kucing-kucing penderita FIP mendapat terapi GS-441524 dengan dosis 2,0 mg/kg yang disuntik di bawah kulit (subkutan) setiap 24 jam selama setidaknya 12 minggu dan meningkat dosisnya apabila diindikasikan menjadi 4,0 mg/kg subkutan setiap 24 jam.

Hasil penelitiannya menunjukkan, empat kucing dieutanasia atau mati dalam dua sampai lima hari karena penyakit berkembang menjadi parah dan komplikasi lainnya. Kucing kelima dieutanasia setelah 26 hari karena kurangnya respons pengobatan.

Respon klinis dari 26 kucing yang menyelesaikan setidaknya 12 minggu pengobatan sangat dramatis. Demam sembuh dalam 12-36 jam, bersamaan dengan peningkatan nafsu makan, tingkat aktivitas, dan penambahan berat badan setiap hari. Cairan perut menghilang dengan cepat selama satu hingga dua minggu mulai sekitar 10-14 hari pasca-perawatan.

Baca Juga: Pakai Dres Kembang-kembang, Benda Mungil yang Dijinjing Prilly Latuconsina Jadi Sorotan, Harganya Capai Ratusan Juta

“GS-441524 terbukti menjadi pengobatan yang aman dan efektif untuk FIP. Dosis optimal ditemukan 4,0 mg/kg subkutan setiap 24 jam selama setidaknya 12 minggu,” tulis Pedersen dalam kesimpulan penelitiannya.

Setahun kemudian, obat FIP ini digunakan juga sebagai antivirus SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Obat kucing yang juga digunakan untuk Covid-19 adalah ivermectin. Ivermectin sudah lama digunakan sebagai obat antiparasit untuk kucing dan mamalia lainnya seperti anjing, babi, kambing, domba, dan sapi.

Selain pengobatan Covid-19, Leslie A Lyons lebih lanjut menyebutkan, penelitian kanker darah atau leukemia pada kucing tahun 1975 telah membantu menemukan penyebab kanker.

Menggunakan kucing dalam penelitian benar-benar diabaikan peneliti selama ini, karena orang tidak menyadari keuntungannya untuk penelitian genomik.

Baca Juga: Kisah Tragis Kapal Selam Perang Stickleback, 62 Tahun Ditelan Lautan dan Ditemukan dalam Kondisi Mengenaskan, Begini Perjalanannya Saat Perang

“Bekerja dengan primata membutuhkan biaya yang mahal, tetapi keterjangkauan kucing dan sifatnya yang jinak menjadikan mereka salah satu hewan yang paling layak untuk diajak bekerja sama untuk memahami genom manusia,” kata Lyons, seperti dikutip Science Daily, 28 Juli 2021.

Oleh karena itu Hari Kucing Internasional yang awalnya diusulkan Dana Internasional untuk Kesejahteraan Hewan tahun 2002 ini menjadi momentum untuk menyejahterakan kucing sekaligus untuk kesejahteraan manusia.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Antara, kompas.id