Perekonomiannya Jauh dari Sejahtera, Timor Leste Tetap Keukeuh Gunakan Dollar AS untuk Mata Uang, Ini Alasan Dibaliknya

Senin, 16 Agustus 2021 | 17:00
Wiken.id

Timor Leste

Gridhot.ID - Timor Leste adalah Negara yang memilih memerdekakan diri dari Indonesia.

Namun, usai memisahkan diri dari Indonesia, perekonomian Timor Leste justru memprihatinkan.

Meskipun begitu, negara ini memilih menggunakan dollar AS sebagai mata uang resmi setelah berpisah dari Republik Indonesia.

Baca Juga: Dulu Dibentuk Sebagai Organisasi Penentang Korupsi, Begini Sejarah Taliban yang Sekarang Luluh Lantahkan Afghanistan, Amerika Serikat Sampai Boyong Ribuan Prajurit Tambahan!

Sejauh ini, Timor Leste adalah satu dari sedikit negara yang belum memiliki mata uang sendiri.

Lalu mengapa Timor Leste memilih dollar AS sebagai mata uangnya dan apa alasannya?

Dikutip Kompas.com dari laman Peacekeeping Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dollar AS dipilih sebagai mata uang resmi di Timor Leste sejak tahun 2000 dengan dikeluarkannya Regulation 2000/7 pada 24 Januari 2000.

Aturan tersebut berbunyi, bahwa semua transaksi resmi harus menggunakan dollar AS.

Baca Juga: Sibuk Syuting Buatnya Merasa Telat Sadar, Amanda Manopo Blak-blakan Sebut Alami Sinyal Pamit Ini Sebelum Sang Ibunda Meninggal Dunia

Namun begitu, masyarakat masih diperbolehkan menggunakan mata uang lain yang juga masih beredar cukup banyak seperti rupiah, bath (Thailand), escudo (Portugis), dan dollar Australia.

Saat itu, UNTAET (PBB) dan pemerintahan transisi Timor Leste beralasan, dollar AS dipilih karena mata uang tersebut stabil dan kuat serta diterima di seluruh dunia.

Keputusan itu kemudian disahkan oleh National Concultative Council (NCC) yang wewenang dan tugasnya mirip dengan MPR RI di Indonesia.

Baca Juga: Muncul Tanpa Polesan Makeup, Iis Dahlia Banjir Hujatan Netizen Sampai Disebut Lelaki, Mantan Istri Aming Ikut Bela Hingga Ungkap Hal Ini

Pada awal penerapan, penggunaan dollar AS menimbulkan gelojak di tengah masyarakat.

Hal ini karena nilai dollar AS sangat tinggi untuk ukuran standar harga barang dan jasa di negara bekas koloni Portugis tersebut.

Menerapkan dollar AS sebagai mata uang resmi negara, membuat harga-harga barang dengan cepat melambung tinggi.

Namun pemerintah Timor Leste tidak bergeming, dan beranggapan bahwa penggunaan dollar AS tidak berpengaruh pada harga, namun masyarakatkah yang harus menyesuaikan melalui pengaturan jumlah barang atau jasa.

Baca Juga: Sutradara Ikatan Cinta Kecolongan, Bikin Fans Bertanya-tanya, Teka-teki Adegan Andin Cium Aldebaran Akhirnya Terjawab

Sederhananya, harga beras apabila dibeli dengan rupiah adalah seharga Rp 5.000 per liter, bukan berarti setelah transisi harga beras 1 liternya kemudian dihargai 1 dollar AS.

Yang berlaku adalah, saat seorang membeli beras dengan mata uang sebesar 1 dollar AS, maka beras yang didapatkan harus lebih banyak dari 1 liter.

Selain itu, kenaikan harga-harga barang di masa transisi, menurut pemerintah, bukan karena penggunaan dollar AS, namun terjadi karena adanya prinsip pasar (permintaan dan penawaran).

Baca Juga: Hot News! Beri Lampu Hijau Arie Untung Poligami, Fenita Arie Ajukan 3 Syarat Ini hingga Buat Suaminya Mati Kutu

Keputusan untuk mengadopsi dollar AS dibuat oleh PBB dan pemerintah Timor Leste untuk menyelamatkan negara dari ketidakstabilan politik dan ekonomi.

Adopsi dolar membuatnya lebih mudah untuk investor asing untuk berdagang dan melakukan bisnis di negara tersebut.

Turis Amerika hanya perlu membawa uang mereka ke negara itu dan membelanjakannya dengan cara apa pun yang mereka inginkan.

Selain itu, ada jenis uang bernama Centavo yang dipakai sebagai alat pembayaran berbentuk koin, tapi diproduksi dan dipasok langsung dari Portugal.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun ke Enam, Rafathar Dapat Hadiah Tak Terduga dari Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Wujudnya Bikin Syok

Sementara uang dollar AS disuplai secara langsung dari Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed sejak tahun 2000.

Baik PBB maupun pemerintahan transisi, saat itu mengklaim bahwa penggunaan dolar AS hanya dilakukan selama dua hingga tiga tahun setelah merdeka dari Indonesia.

Namun, pada praktiknya aturan tersebut masih berlaku sampai sekarang.

Baca Juga: Hot News! Alam Bawah Sadar Ayah Rozak Terbongkar, Suami Umi Kalsum Alami Hal Ini Saat Sebut Haters Ayu Ting Ting Iblis dan Dajjal

Hingga kini Timor Leste masih menggunakan dollar AS sebagai mata uang resminya.

Mata uang rupiah sendiri masih marak digunakan di Timur Leste, terutama daerah yang berbatasan dengan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sementara beberapa penduduk Timor Leste di pedesaan, masih memilih menggunakan barter.

Meski secara teori penggunaan dollar AS bisa menguntungkan Timor Leste, namun pada kenyataannya kondisi ekonomi negara tersebut masih belum stabil.

Baca Juga: Ayah, Ibu dan Kakak Laki-lakinya Dibakar Hidup-hidup, Adik Leo Bongkar Permintaan Dokter Mery Sebelum Kejadian, Singgung Uang Rp 300 Juta dan Pengusiran

Harga-harga barang pun relatif lebih mahal dibandingkan saat masih menjadi provinsi ke-27 Indonesia.

Tingginya harga-harga barang di Timor Leste tak lain merupakan warisan dari gejolak politik dan ekonomi pasca-merdeka 22 tahun silam.

Timor Leste masih bergelut dengan kemiskinan dan ekonomi yang tidak stabil.

Dengan kata lain, program mempersiapkan mata uang sendiri tak masuk dalam agenda prioritas pemerintah.(*)

Baca Juga: Mantan Istrinya Dinikahi Teman Sendiri, Zikri Daulay Jawab Kemungkinan Berjodoh dengan Janda Alvin Faiz, Duda Henny Rahman Akui Hal Ini

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, Intisari-online