GridHot.ID - Maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk kembali merugi.
Anak Gusdur sekaligus eks Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk,Yenny Wahid, mengungkapkan hal mengejutkan yang jaraang diketahui.
Melansir Wartakotalive.com, Yenny mengungkapkan jika maskapaipelat merah ini melakukan pengadaan barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan di tubuh Garuda Indonesia.
Hal itu terjadi sejak lama.
Ia mencontohkan, pesawat Bombardier jenis CRJ 1000.
"Pesawat ini tidak cocok dengan landscape Indonesia kalau diterbangkan rugi apalagi diparkir. Diterbangkan, penumpang penuh semua saja rugi. Apalagi disewa. Kita mau mengembalikan susah," ujar Yenny.
Hal tersebut disampaikan Yenny Wahid saat berdiskusi secara virtual bersama jajaran redaksi Tribunnews.com, Senin (16/8/2021).
Catatan manajemen Garuda rugi US$ 30 juta per tahun karena mengoperasikan pesawat Bombardier jenis CRJ 1000.
"Pengadaan barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan terjadi sudah lama. Sebelum saya masuk Garuda. Tapi dampaknya sampai sekarang," kata Yenny.
Yenny menerangkan, seharusnya pengadaan pesawat disesuaikan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Garuda Indonesia.
"Pilot itu bukan seperti pengemudi mobil, kalau bisa pakai mobil sedan, bisa pakai mobil yang lainnya merek apapun. Kalau pilot harus training lagi," ucap Yenny.
Menurut Yenny, yang menjadi problem lainnya, adalah ketika jumlah pesawat tidak sebanding dengan jumlah pegawai.
"Pegawai Garuda banyak sekali, ketika pesawatnya tidak ada, pilotnya masih ada. Ratusan juga. Problem-probelm semacam ini mesti dituntaskan. Strategi HR harus jelas mau dialihkan untuk apa," kata Yenny.
Melansir Kompas.com, PT Garuda Indonesia (Persero TBK (GIAA) mengalami kerugian di sepanjang 2020.
Hal itu berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan dalam keterbukaan BEI pada Senin (19/7/2021).
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, maskapai pelat merah ini membukukan rugi bersih sebesar 2,44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 35,38 triliun pada 2020 (asumsi kurs Rp 14.500 per dollar AS).
Kerugian di masa pandemi Covid-19 itu meningkat 61,74 persen dari kerugian Garuda Indonesia pada 2019 yang tercatat sebesar 38,93 juta dollar AS atau sekitar Rp 564 miliar.
(*)