Afghanistan Jatuh, PM Inggris Tak Sudi Akui Taliban Sebagai Pemerintahan yang Baru, Boris Johnson Sampai Keluarkan Ajakan Ini ke Negara-negara Sekutu

Selasa, 17 Agustus 2021 | 20:13
longwarjournal.org

Pasukan khusus Taliban Red Group atau Red Unit yang jadi kekuatan utama Taliban

Gridhot.ID - Taliban diketahui telah berhasil merebut ibu kota Afghanistan.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, negara-negara sekutu langsung berboyong-boyong mengevakuasi rakyatnya masing-masing akibat kondisi ini, termasuk Indonesia.

Selama masa bangkitnya Taliban, Amerika Serikat langsung mengirimkan 6000 pasukan untuk membantu segala evakuasinya.

Baca Juga: Dibocorkan Telik Sandi, China Diam-diam Sokong Kekuatan Taliban Duduki Afghanistan, Terungkap Timbal Balik Ini yang Diinginkan Beijing

Dikutip Gridhot dari Kontan, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dengan tegas mengatakan pada hari Minggu (15/8) bahwa dirinya tidak mengakui Taliban.

Johnson juga menyarankan agar tidak ada pihak yang secara bilateral mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan.

"Kami tidak ingin siapa pun secara bilateral mengakui Taliban," kata Johnson, seraya mendesak sekutunya untuk bekerja sama di Afghanistan melalui mekanisme seperti PBB dan NATO.

Baca Juga: Dorong Andin Hingga Jatuh, Elsa Tak Takut Diancam Aldebaran, Berikut Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta 17 Agustus 2021

Lebih lanjut, Johnson bertekad untuk mencegah Afghanistan kembali menjadi tempat berkembang biaknya teror melalui kerja sama dengan semua pihak yang sejalan dengan sikap Inggris.

Sama seperti banyak negara lainnya, Inggris juga mulai mengevakuasi warga negaranya yang ada di Kabul, termasuk para diplomat dan pejabat.

"Duta Besar Inggris bekerja sepanjang waktu, telah berada di bandara untuk membantu prosesnya," ungkap Johnson, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Ingat Sinetron Ronaldowati? 13 Tahun Berlalu Begini Kabar 2 Pemainnya, Nasib Omo Kucrut Berbanding Terbalik dengan Nona Berlian, Ini Profesinya

Johnson juga mengakui bahwa keputusan AS untuk menarik pasukannya dari Afghanistan telah mempercepat pergerakan Taliban di negara tersebut.

Pada Minggu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan dia telah meninggalkan negaranya untuk menghindari pertumpahan darah ketika Taliban memasuki ibu kota Kabul.

"Taliban meraih kemenangan dalam penghakiman dengan pedang dan senapan. Mereka kini memiliki tanggung jawab untuk melindungi kehormatan, kemakmuran dan harga diri rekan-rekan kita," kata Ghani, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Heboh, Ricky Harun Diangkat Jadi Komisaris PT HK Metals Utama, Ini Alasan Perusahaan Rekrut Sang Aktor

Juru bicara kantor politik Taliban mengatakan kepada Al Jazeera TV bahwa perang di Afghanistan telah berakhir dan jenis pemerintahan dan bentuk rezim baru akan segera terbentuk.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, kontan