Gridhot.ID - Kondisi Afghanistan kini sedang menjadi sorotan dunia.
Dikutip Gridhot dari dari Tribunnnews, Taliban diketahui sudah mulai menguasai negara Afghanistan.
Bahkan ibu kota negara tersebut sudah diduduki dengan mudahnya.
Setelah pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan Afghanistan, Taliban merajalela dan kini telah menguasai negara tersebut.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Taliban hanya butuh waktu 10 hari sejak merebut ibu kota provinsi pertama sampai menduduki Kabul pada Minggu (15/8/2021).
Jumlah tentara Amerika di Afghanistan berbeda-beda dari tahun ke tahun, menyesuaikan penambahan dan penarikan.
Angka tertinggi adalah 110.000 pasukan pada 2011.
Ada juga tentara asing lainnya di Afghanistan, yaitu sekitar 7.000 personel yang sebagian besar dari NATO.
Alhasil, ketiadaan militer AS serta pasukan asing lainnya jelas membuat tentara Afghanistan yang sudah lemah semakin tak berdaya menghadapi Taliban.
Beberapa di antaranya bahkan menyerah tanpa syarat, meninggalkan pos begitu saja untuk lari menyelamatkan diri.
Melihat besarnya efek penarikan ini, lantas kenapa Amerika meninggalkan Afghanisntan? Ceritanya bisa kita tengok ketika AS dan Taliban membahas pembicaraan damai pada Februari 2020.
Kala itu AS dan Taliban mencapai kesepakatan berjudul "Perjanjian untuk Membawa Perdamaian ke Afghanistan".
Dalam perjanjian dinyatakan, AS akan menarik pasukan dari Afghanistan dan Taliban bakal mendapatkan kendali lagi, serta melarang Al Qaeda beroperasi di bawah daerah kekuasaan Taliban.
Kemudian, tanggal 14 April 2021, Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa semua pasukan AS akan ditarik pada 31 Agustus 2021 sebelum peringatan 20 tahun tragedi 9/11.
Melansir inews.co.uk, presiden ke-46 AS itu juga mengatakan, sudah waktunya bagi Afghanistan untuk memutuskan masa depan sendiri dan bagaimana menjalankan negaranya.
Lalu dikutip dari Washington Post, keputusan Biden dilandasi tinjauan administratif terhadap opsi-opsi AS di Afghanistan.
Sebab, pembicaraan damai antara Taliban dan Afghanistan tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kemajuan, dan kelompok milisi itu masih eksis meski AS melakukan invasi 20 tahun untuk membangun pemerintahan demokrasi yang stabil.
“Ini bukan berdasarkan kondisi. Presiden menilai pendekatan berbasis kondisi... adalah tinggal di Afghanistan selamanya," ujar salah satu orang dalam di rapat tertutup, yang seperti anggota lainnya berbicara dengan syarat anonim.
"Dia mencapai kesimpulan bahwa Amerika Serikat akan menyelesaikan penarikannya, dan bakal menarik pasukannya dari Afghanistan sebelum 11 September.”
Mahalnya biaya perang Amerika vs Taliban
Invasi Amerika ke Afghanistan menelan biaya yang sangat tinggi.
Inews menyebut dananya sampai triliunan dollar AS.
Kemudian dikutip dari BBC, pada 2010-2012 ketika tentara Amerika di Afghanistan berjumlah 100.000 lebih, biaya perang meningkat jadi hampir 100 miliar dollar AS (kini Rp 1,43 kuadriliun) per tahun, menurut angka pemerintah AS.
Ketika militer AS mengalihkan fokusnya dari operasi ofensif dan lebih berkonsentrasi pada pelatihan pasukan Afghanistan, biaya turun tajam.
Pada 2018 pengeluaran tahunan sekitar 45 miliar dollar AS (kini Rp 647 triliun), seorang pejabat senior Pentagon mengatakan kepada Kongres AS tahun itu.
Menurut Kementerian Pertahanan AS, total pengeluaran militer di Afghanistan dari Oktober 2001 hingga September 2019 mencapai 778 miliar dollar AS (Rp 11,18 kuadriliun).
Selain itu, Kementerian Luar negeri AS bersama Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dan lembaga pemerintah lainnya, menghabiskan 44 miliar dollar AS (Rp 632,5 triliun) untuk proyek-proyek rekonstruksi.
Itu membuat total biaya berdasarkan data resmi menjadi 822 miliar dollar AS (Rp 11,8 kuadriliun) selama 2001-2019.
Namun, itu tidak termasuk pengeluaran apa pun di Pakistan, yang digunakan AS sebagai basis untuk operasi terkait Afghanistan.
Menurut studi Brown University pada 2019, yang melihat pengeluaran perang di Afghanistan dan Pakistan, Amerika telah menghabiskan sekitar 978 miliar dollar (Rp 14 kuadriliun).
Perkiraan mereka juga termasuk uang yang dialokasikan untuk tahun fiskal 2020. Studi ini mencatat, sulit menilai biaya keseluruhan karena metode akuntansi bervariasi antara departemen pemerintah, dan berubah dari waktu ke waktu yang mengarah ke perbedaan total perkiraan.
Meskipun menarik hampir semua pasukan mereka, AS dan NATO telah menjanjikan total 4 miliar dollar AS (Rp 57,5 triliun) per tahun hingga 2024 untuk mendanai pasukan Afghanistan.
(*)