Gridhot.ID-Deddy Corbuzier sempat 12 hari mengilang dari media sosial.
Deddy Corbuzier baru saja mengungkapkan bahwa dirinya sempat terpapar Covid-19.
Saat berjuang melawan Covid-19, Deddy Corbuzier mengalami badai sitokin yang membuat dirinya sempat berada di dalam fase kritis.
Beruntung ia berhasil melewati masa kritis dan sembuh dari Covid-19.
Ia kembali memulai podcast-nya di YouTube, dan berbincang dengan salah satu dokter yang menanganinya, Dokter Gunawan.
Kondisi badai sitokin sendiri adalah reaksi inflamasi atau peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi dari virus yang masuk ke tubuh.
Dalam arti lain badai sitokin merupakan sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan.
Sehingga badai sitokin seringkali menyebabkan kematian pada pasien Covid-19, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Namun demikian, badai sitokin tak hanya dialami mereka yang terinfeksi Covid-19.
Dikutip dari VeryWell Health, badai sitokin dapat dialami seseorang dengan kondisi berikut ini:
1. Sindrom Genetik
Orang dengan sindrom genetik tertentu cenderung mengalami badai sitokin.
Misalnya orang sengan kondisi yang disebut familial hemophagocytic lymphohistiocytosis (HLH).
HLH adalah kondisi genetik yang menyebabkan masalah spesifik pada sel sistem kekebalan tertentu.
Di mana orang yang memiliki kondisi genetik cenderung mengembangkan badai sitokin sebagai respons terhadap infeksi, biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama kehidupan.
2. Infeksi
Jenis infeksi tertentu juga dapat memicu badai sitokin pada beberapa orang, termasuk yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan agen lainnya.
Salah satu jenis virus yang paling umum menyebabkan badai sitokin adalah virus influenza A (virus yang menyebabkan flu biasa).
Dalam sejarahnya,, diperkirakan badai sitokin menjadi alasan kuat tingginya tingkat kematian pada orang dewasa muda selama pandemi influenza pada 1918.
Selain influenza, adappun penyebab infeksi umum lainnya yakni virus epstein-barr dan cytimegalovirus.
Di samping itu, virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 lebih rentan menyebabkan badai sitokin jika dibandingkan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya.
Inilah alasan besar mengapa virus Covid-19 ini menjadi masalah di seluruh dunia.
3. Penyakit autoimun
Orang dengan sindrom autoimun memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom badai sitokin.
Contohnya pada penyakit Still, lalu pada remaja dengan arthritis idiopatik sistemik (JIA), dan lupus.
Dalam kondisi tersebut, badai sitokin sering disebut sebagai sindrom aktivasi makrofag.
Selain ketiga kondisi di atas, badai sitokin juga terkadang timbul karena efek samping dari terapi medis tertentu.
Misalnya terjadi setelah seseorang terapi leukimia atau lebih dikenal dengan terapi CAR-T (sel T reseptor antigen chimeric).
Jenis lain dari imunoterapi juga kadang-kadang disebabkan badai sitokin sebagai efek samping.
Badai sitokin juga dapat terjadi dalam situasi medis lainnya seperti setelah menerima transplantasi organ atau sel induk.
Tak sampai di situ saja jenis kanker tertentu pun mampu menyebabkan badai sitokin, seperti halnya kondisi yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh layaknya AIDS.
Artikel ini telah tayang di Parapuan dengan judul Selain Covid-19, Berikut Ini Berbagai Kondisi yang Bisa Menyebabkan Badai Sitokin.(*)