Laut Selatan Jawa Bercahaya di Tengah Malam, Ahli Oseanografi Singgung Soal 'Milky Seas', Berikut Penjelasannya

Kamis, 09 September 2021 | 11:42
KOMPAS

Ilustrasi Samudera Hindia

Gridhot.ID - Sebuah fenomena alam baru-baru ini menghebohkan masyarakat Indonesia.

Fenomena alam tersebut sampai viral di media sosial.

Dilansir Gridhot.ID dari Twitter,soal fenomena laut bercahaya di Selatan Jawa pada Rabu (8/9/2021) ini pun heboh.

Foto tersebut diambil oleh satelit dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), yang mendeteksi keberadaan Milky Seas di laut Selatan Jawa.

Baca Juga: Kini Dinikahi Pengusaha Tajir Melintir, Artis Shandy Aulia Tempati Huniah Mewah nan Megah, Kamar Mandinya yang Dihiasi Marmer Bikin Salfok

Beberapa warganet yang baru mengetahui hal tersebut berasumsi, fenomena laut itu terjadi karena pergerakan lempeng.

"Mungkin itu buih-buih air karena terjadi pergerakan lempeng Bumi bawah laut, siap-siap saja gempa dahsyat Jawa," tulis pengguna Twitter.

Lalu, apa sebenarnya fenomena tersebut?

Dilansir dari situs jurnal Nature, para peneliti dari AS menemukan Milky Seas (lautan susu karena dalam satelit terlihat seperti larutan susu) berukuran besar di Samudra Hindia bagian Timur, atau tepat di Selatan Jawa.

Baca Juga: Gagal Jadian dengan Cita Citata Gegara Tak Ada Kecocokan, Indra Bruggman Kini Umumkan Sudah Punya Pacar Baru yang Berinisial S, Siapa Gerangan?

Temuan ini berdasarkan pencitraan dari alat pendeteksi Milky Seas bernama Day/Night Band (DNB).

Keberadaan Milky Seas di Selatan Jawa ini terjadi pada 2019, dan peristiwa ini berlangsung selama dua siklus bulan penuh yakni 26 Juli-9 Agustus 2019 dan 25 Agustus-7 September 2019.

Pada malam 25 Juli, DNB mendeteksi anomali bercahaya di Selatan Surakarta, Jawa, dekat 9,5 derajat LS, 111 derajat BT.

Baca Juga: Beda Nasib dengan Mantan Suaminya yang Terjerat Kasus Hukum, Gracia Indri Kini Hidup Bahagia di Negeri Tirai Bambu Bersama Suami Bulenya, Intip Potretnya

Deteksi di tengah kondisi cahaya bulan yang moderat menunjukkan sumber emisi yang sangat kuat.

Diketahui, luas area lautan yang berwarna ini atau dikenal Milky Seas kira-kira 100.000 meter persegi atau setara dengan luas Islandia.

Namun, fenomena ini tidak terdeteksi pada siang hari.

Penyebab terjadinya Milky Seas Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan pada Pusat Riset Kelautan, Badan Riset, dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr Widodo Setiyo Pranowo menjelaskan, pengertian Milky Seas.

Baca Juga: 'Tugas Saya Jaga Nama Baik Tyna!' Kenang Mirdad Tutup Rapat Aib Istrinya Meski Digugat Cerai Setelah Heboh Isu Perselingkuhan

"Milky Seas itu terminologi ketika permukaan laut dengan area yang sangat luas berwarna terang seperti putihnya susu, sehingga ketika malam hari pun bisa terdeteksi/terlihat glowing dari satelit," ujar Widodo kepada Kompas.com, Rabu (8/9/2021).

Ia menyebutkan, penyebab terjadinya fenomena tersebut bisa diakibatkan oleh adanya warna iluminasi yang dipancarkan oleh organisme laut, seperti mikro atau nano plankton yang mengandung fosfor, sehingga seperti bercahaya di dalam gelapnya air laut saat malam hari.

"Mikro atau nano plakton tersebut berjumlah sangat masif sehingga bisa memuhi kolom air di lapisan permukaan laut dalam wilayah yang sangat luas," lanjut dia.

Baca Juga: Geregetan Hidupnya Terusik Gegara Diteror Pinjol Tagih Utang, Nafa Urbach Langsung Beri Ancaman Ini

Salah satu wilayah yang memiliki potensi seperti itu adalah di Samudera Hindia Selatan Jawa.

Sebab, probabilitas terjadinya adalah pada kurun waktu antara Juni hingga Oktober pada setiap tahunnya.

Widodo menambahkan, meski munculnya setiap tahun, kemunculannya belum tentu di sepanjang waktu tersebut (Juni-Oktober).

Mengapa Milky Seas terjadi antara Juni-Oktober?

Baca Juga: Berpangkat Kolonel CPN, Calon Suami Joy Tobing Ternyata Penerbang Terbaik TNI AD, Dulu Pernah Tempuh Pendidikan di US Army

Selain itu, Widodo menjelaskan, Milky Seas terjadi tiap Juni-Oktober karena hal itu berkaitan dengan fenomena upwelling atau naiknya massa air laut dari kedalaman tertentu menuju lapisan kedalaman yang lebih dangkal.

Artinya, ketika massa air laut tersebut naik, maka ada sejumlah zat hara massif yang ikut terangkat ke atas.

"Di lapisan permukaan yang mendapatkan sinar matahari yang cukup, kemudian zat hara tersebut digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis menghasilkan karbon dan oksigen," ujar Widodo.

Baca Juga: Ngaku Tak Kuat Bayar Listrik Istana Muzdalifah, Terkuak Pekerjaan yang Dulu Digeluti Fadel Islami, Hotman Paris: Gaji Sampai UMR Nggak?

"Ketika zat haranya sangat banyak, maka semakin banyak pulalah fitoplankton berkembangbiak. Fitoplankton juga akan menarik zooplankton," imbuh dia.

Perlu diketahui, masing-masing fitoplankton dan zooplankton memiliki banyak spesies.

Setiap spesies memiliki keragaman warna yang berbeda-beda.

Ketika jumlah mereka sangat banyak dalam luasan area tertentu namun sangat luas, maka akan menghasilkan orkestra warna laut yang unik tersendiri atau yang dikenal sebagai iluminasi warna.

Baca Juga: Tiap Hari Syuting Sinetron Ikatan Cinta, Pemeran Uya Mengaku Belum Bisa Beli Mobil, Ini Alasannya

Iluminasi warna yang terjadi di dalam laut pada malam hari, selain dimunculkan oleh organisme plankton tadi, juga dibantu oleh gelombang panjang dari energi matahari (long wave solar radiation) yang dilepaskan oleh laut ke angkasa.

Widodo melanjutkan, gelombang panjang dari energi matahari (long wave solar radiation) muncul saat siang hari antara pukul 6 pagi hingga 6 sore, lautan di Indonesia yang tropis akan menerima energi sinar matahari.

"Energi sinar matahari ini adalah suatu bentuk dari energi gelombang pendek atau sering disebut sebagai short wave solar radiation," ucap Widodo.

Kemudian, energi matahari tersebut ketika masuk kedalam air laut, akan disimpan sementara oleh air laut.

Baca Juga: Bak Hotel Bintang 5, Inilah Penampakan Rumah Baru Ivan Gunawan yang Buat Ayu Ting Ting Melongo Takjub: Pokoknya Aku Orang Pertama yang Menginap

Nantinya, energi akan dilepaskan kembali ke angkasa menjadi long wave solar radiation ketika malam hari.

Ia menambahkan, semakin asin air laut atau semakin tinggi kadar garam dalam air laut, maka akan semakin tinggi dan lama energi matahari yang disimpan sementara waktu.

Menurut dia, penyebab Milky Seas adalah masifnya fitoplankton di kedalaman permukaan hingga kedalaman sekitar 10 meter.

Oleh karena itu, saat semakin tinggi konsentrasi dari fitoplankton maka warna spektrum cahaya yang akan direfleksikan ke angkasa akan menjadi semakin terang atau putih mendekati warna susu, sehingga kemudian dikatakan sebagai fenomena Milky Seas.(*)

Baca Juga: Ingat Mas Sayuti Cs di Sitkom Office Boy? 15 Tahun Lalu Populer, Begini Kabar Pemainnya, Ada yang Jadi Sinden OVJ Sebelum Vakum dari Layar Kaca

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber kompas, Twitter