Baru Hirup Udara Segar Usai Tsunami Covid-19, India Kembali Ketar-ketir Kedatangan Wabah Virus Baru, Bawa Efek Lebih Mematikan dari Corona

Jumat, 10 September 2021 | 13:13
John Hopskin University

Ilustrasi Virus Nipah di India

Gridhot.ID - Momok pandemi virus corona membuat hampir seluruh dunia ketakutan.

Pasalnya, virus ini dikenal lumayan mematikan dan sudah banyak memakan korban.

Namun, di tengah pandemi corona yang belum selesai, muncul virus baru di India yang diklaim lebih mematikan.

Baca Juga: Jor-joran Beri Mahar Rp 1 Miliar, Rizky Billar Diisukan Terlilit Utang Setelah Gelar Pesta Pernikahan, Suami Lesti Kejora Beberkan Fakta Sebenarnya

Dilansir dari Kontan.co.id, Para pejabat di India kini tengah berlomba untuk menahan wabah virus yang telah merenggut nyawa seorang bocah lelaki berusia 12 tahun.

Virus ini disebut-sebut lebih mematikan daripada Covid-19.

Virus tersebut bernama Nipah.

CBS News melaporkan, anak laki-laki itu dibawa ke rumah sakit pada minggu lalu di negara bagian Kerala selatan dengan demam tinggi dan diduga radang otak.

Baca Juga: 'Ijonk Ririn Tak Berjodoh!' Ahli Tarot Ungkap Hal Mengejutkan Jika Jonathan Frizzy Kembali Nikah Beda Agama, Bakal Senasib dengan Dhena Devanka?

Setelah tes darah, ia didiagnosis dengan virus Nipah dan meninggal pada hari Minggu

Pejabat menggunakan pelacakan kontak, karantina, dan rawat inap pada 188 orang yang telah melakukan kontak dengan remaja tersebut untuk mencegah penyebaran wabah yang lebih luas.

“Ini adalah salah satu virus yang benar-benar perlu kita perhatikan,” jelas John Lednicky, seorang profesor peneliti di departemen Kesehatan Lingkungan dan Global Universitas Florida, mengatakan kepada USA Today.

Kemunculan kembali virus Nipah semakin memperumit masalah di negara yang sudah bergulat dengan dampak Covid-19, di mana lebih dari 30.000 kasus Covid-19 baru dilaporkan pada hari Senin.

Baca Juga: Foto Pakai Seragam TNI, Arya Saloka Dipuji Tampan, Pemeran Aldebaran Ungkap Hal Ini

Apa itu virus Nipah?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Virus Nipah pertama kali ditemukan di Malaysia dan Singapura pada 1999 setelah banyak hewan babi dan manusia jatuh sakit.

Sejauh ini, Nipah merupakan satu-satunya wabah yang hanya terjadi di Asia.

Virus ini diklasifikasikan sebagai virus zoonosis yang awalnya menyebar dari hewan ke manusia. Virus ini juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi dan secara langsung di antara orang-orang.

Baca Juga: Biasanya Punya Chemistry Apik sebagai Ayah dan Anak, Fara Shakila Mendadak Pasang Ekspresi Geli-geli Jijik ke Arya Saloka, Ada Apa?

Virus Nipah tidak terkait dengan Covid-19, tetapi mungkin memiliki sumber asal yang sama, yakni kelelawar.

Inang virus ini adalah kelelawar buah, juga dikenal sebagai rubah terbang karena ukurannya yang besar.

Lednicky mengatakan babi sangat rentan terhadap virus dan dapat bersentuhan dengannya melalui bahan buah yang dikonsumsi kelelawar.

Baca Juga: Konsleting Jadi Salah Satu Penyebab Tragedi Kebakaran, Yasonna Laoly Sebut Instalasi Listrik Lapas Tangerang Tak Pernah Diperbaiki Sejak 50 Tahun Lebih Bangunan Berdiri

Hewan domestik lainnya seperti kuda, kambing, domba, kucing dan anjing dapat terinfeksi, menurut CDC.

Manusia yang tidak curiga juga dapat bersentuhan dengan buah yang terkontaminasi dan terinfeksi.

"Mungkin ada yang meremehkan orang yang telah terinfeksi virus karena orang tidak didiagnosis dengan benar," kata Lednicky.

Baca Juga: Sepercik Harapan Indonesia Bangkit dari Covid-19 Mulai Terlihat, Kasus Harian Turun Drastis hingga Sisakan 5 Zona Merah, Tersebar di Provinsi Berikut

Apa tanda-tanda dan gejalanya?

Melansir USA Today yang mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala virus Nipah bervariasi, dari tanpa gejala hingga infeksi saluran pernapasan akut dan – yang paling buruk – ensefalitis, pembengkakan jaringan aktif di otak yang bisa berakibat fatal.

Orang yang terinfeksi dapat mengalami sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, dan nyeri otot.

Jika infeksi berlanjut, pusing dan kesadaran yang berubah bisa menjadi tanda ensefalitis.

Baca Juga: Kini Sudah Lahirkan Anak Brotoseno, Tata Janeeta Bongkar Pernah Tahajud Sampai Mewek-mewek Gara-gara Mantan Suami, Ini Permintaannya

Awal gejala berkisar antara 4 hingga 14 hari setelah terpapar dan saat ini tidak ada vaksin yang tersedia untuk mengobati virus.

"Tidak ada pengobatan yang baik untuk itu," kata Lednicky.

"Mereka memasukkanmu ke rumah sakit, tapi sebenarnya tidak banyak yang bisa mereka lakukan untukmu."

WHO melaporkan bahwa 40% hingga 75% kasus Nipah berakibat fatal dibandingkan dengan tingkat kematian Covid-19 yang berkisar 2%.(*)

Baca Juga: Pulau Dewata Siap Sambut Kembali Kedatangan Wisatawan, Tempat-tempat Wisata Pulau Bali Mulai Dibuka Meski PPKM Berlangsung, Simak Syarat dan Aturannya untuk Berkunjung

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber USA Today, Kontan.co.id