Makin Tambah Pusing, Kasus Covid-19 di Beberapa Daerah Belum Tuntas, WHO dan UNICEF Desak Indonesia Segera Gelar Sekolah Tatap Muka

Selasa, 21 September 2021 | 14:13
Koleksi pribadi

Ilustrasi sekolah belum gelar pembelajaran tatap muka

Gridhot.ID - Pelaksanaan sekolah tatap muka di Indonesia hingga kini masih belum bisa dilaksanakan secara merata.

Pasalnya pemerintah daerah masih was-was dengan kondisi angka Covid-19 yang belum tuntas.

Namun,Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) mendesak agar Indonesia kembali membuka dan melanjutkan pembelajaran tatap muka di seluruh sekolah di tanah air sesegera mungkin.

Bahkan di daerah dengan tingkat Covid-19 yang tinggi, WHO merekomendasikan agar sekolah tetap dibuka kembali.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang, Jawa-Bali Musnahkan Wilayah Level 4, Luhut Minta Hati-hati

Dilansir dari Kompas.com, rekomendasi tersebut keluar setelah selama 18 bulan sekolah di Indonesia memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Adapun pembukaan sekolah harus dilakukan secara aman mengingat adanya penularan varian delta yang tinggi.

Pembukaan sekolah harus dilakukan dengan langkah-langkah untuk meminimalkan virus, seperti menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat di antaranya menjaga jarak fisik setidaknya satu meter, dan mencuci tangan dengan sabun secara teratur.

“Jadi, penting bahwa ketika kami membuka sekolah, kami juga mengendalikan penularan di komunitas-komunitas itu,” ujar Dr Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia dalam keterangan tertulis sebagaimana disampaikan dalam laman resmi WHO, 16 September 2021.

Baca Juga: Gombali Ayu Ting Ting hingga Buat Janda Enji Salah Tingkah, Ini Sosok Bripda Mustakim, Anggota Polda Aceh yang Disebut-sebut Mirip Herjunot Ali

Dampak penutupan sekolah

WHO juga menyebut dengan protokol keamanan yang ketat, sekolah dapat menjadi lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak daripada di luar sekolah.

Dalam keterangannya, WHO juga menyampaikan, penutupan sekolah berdampak tidak hanya pada pembelajaran siswa.

Tetapi juga pada kesehatan dan kesejahteraan di tahap perkembangan kritis anak yang dapat menimbulkan efek jangka panjang.

Baca Juga: Bikin Mayangsari Kegirangan, Bambang Trihatmodjo Rela Turun Tangan Lakukan Hal Ini Sendiri Demi Hadiahi Barang Limited Edition untuk Sang Istri

Selain itu, anak-anak yang tidak bersekolah juga menghadapi risiko eksploitasi tambahan termasuk kekerasan fisik, emosional dan seksual.

Dalam keterangan tersebut, WHO maupun UNICEF juga menyoroti peningkatan pernikahan anak, dan kekerasan anak yang menunjukkan tingkat mengkhawatirkan.

Peradilan agama mencatat kenaikan tiga kali lipat permintaan dispensasi perkawinan, dari 23.126 pada 2019 menjadi 64.211 pada 2020.

Baca Juga: Dipinang Pengusaha Tajir dengan 17 Bisnis Menggurita, Artis Cantik Ini Ganti Nama Hingga Ngaku Tak Lagi Cari Popularitas, Alasannya Bikin Kaget

Prioritas utama program pembukaan sekolah

Sementara itu, perwakilan UNICEF Debora Comini menyampaikan, sekolah bagi anak-anak lebih dari sekedar ruang kelas.

Sekolah memberikan pembelajaran, persahabatan, keamanan dan lingkungan yang sehat.

Menurutnya, semakin lama anak-anak tidak bersekolah, maka mereka tak lagi mendapatkan hal tersebut.

Baca Juga: Hot News, Kenangan Mantan Istri Masih Tertinggal di Rumahnya, Ahmad Dhani Pamerkan Bekas Kamar Maia Estianty yang Kini Dipenuhi Barang Favoritnya Ini

“Ketika pembatasan Covid-19 dilonggarkan, kita harus memprioritaskan pembukaan kembali sekolah yang aman sehingga jutaan siswa tidak menderita kerusakan seumur hidup pada pembelajaran dan potensi mereka,” kata dia.

Ia mengingatkan, ketika pembukaan sekolah dilakukan, maka sekolah harus memberikan respons pemulihan yang tepat guna meminimalkan dampak penutupan sekolah jangka panjang pada kehidupan anak-anak yang terjadi selama ini.

UNICEF menyerukan mengenai tiga prioritas utama yang harus dilakukan sekolah terkait pemulihan tersebut, yakni:

Baca Juga: 7 Weton Ini Punya Nasib Beruntung, Ditakdirkan Bakal Sukses dan Kaya Raya Karena Wataknya Menurut Primbon Jawa

1. Program yang ditargetkan untuk membawa semua anak dan remaja kembali ke sekolah dengan aman di mana mereka dapat mengakses layanan untuk memenuhi pembelajaran individu, kesehatan, kesejahteraan psikososial, dan kebutuhan lainnya.

2. Membuat rencana penyegaran kembali pembelajaran atau remedial untuk membantu siswa mengejar pembelajaran yang hilang sambil tetap melanjutkan materi akademik baru.

3. Dukungan bagi guru untuk mengatasi kehilangan pembelajaran, termasuk melalui teknologi digital.(*)

Baca Juga: Tangisannya Tak Terbendung Saat Doakan Pernikahan Mantan Suaminya, Larissa Chou Ngaku Sudah Putus Komunikasi dengan Alvin Faiz, Sejak Kapan?

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, Kontan.co.id