Gridhot.ID - Sempat heboh beberapa waktu lalu terkait penemuan jasad seorang wanita muda Indonesia yang berusia 7000 tahun.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, jasad tersebut ditemukan di Sulawesi Selatan.
Diduga fosil tersebut merupakan remaja berusia 18 tahun yang meninggal dunia di zaman batu.
KiniJejak genetik dalam tubuh seorang wanita muda yang meninggal 7.000 tahun lalu memberikan petunjuk pertama, bahwa pencampuran antara manusia purba di Indonesia dan yang berasal dari Siberia jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Dikutip Gridhot dari Kontan, teori tentang migrasi manusia purba di Asia bisa berubah oleh penelitian yang terbit dalam jurnal ilmiah Nature pada Agustus lalu, setelah analisis asam deoksiribonukleat (DNA) atau sidik jari genetik dari wanita yang dimakamkan di sebuah gua di Indonesia.
“Ada kemungkinan kawasan Wallacea bisa menjadi titik pertemuan dua spesies manusia, antara Denisovans dan homo sapiens awal,” kata Basran Burhan, arkeolog dari Griffith University Australia, kepada Reuters.
Burhan, salah satu ilmuwan yang ikut dalam penelitian tersebut, merujuk pada wilayah Indonesia yang mencakup Sulawesi Selatan, tempat ditemukannya jasad dengan batu di tangan dan panggulnya, di kompleks Gua Leang Pannige.
Denisovans adalah sekelompok manusia purba yang dinamai dari sebuah gua di Siberia, tempat jenazah mereka pertama kali diidentifikasi pada 2010.
Para ilmuwan hanya memahami sedikit tentang mereka, dan bahkan detail penampilan mereka tidak diketahui secara luas.
DNA dari Besse
DNA dari Besse, demikian peneliti menamai perempuan muda asal Indonesia, menggunakan istilah untuk bayi perempuan yang baru lahir dalam bahasa Bugis, adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis.
Baca Juga: Depresi Sampai Niat Bunuh Diri, Anak Iis Dahlia Mengaku Lelah Hadapi Kontroversi yang Dibuat Ibunya
Ini menunjukkan, meskipun dia adalah keturunan dari orang-orang Austronesia yang umum di Asia Tenggara dan Oseania, ia juga memiliki jejak genetik Denisovan, menurut para ilmuwan.
“Analisis genetik menunjukkan, penjelajah pra-Neolitikum ini berbagi penyimpangan genetik dan kesamaan morfologi paling banyak dengan kelompok Papua dan Pribumi Australia saat ini,” sebut mereka.
Jenazah perempuan muda tersebut saat ini disimpan di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Sampai saat ini, para ilmuwan mengira orang-orang Asia Utara seperti Denisovans baru tiba di Asia Tenggara sekitar 3.500 tahun yang lalu.
DNA Besse mengubah teori tentang pola migrasi manusia purba tersebut dan mungkin juga menawarkan wawasan tentang asal usul orang Papua dan penduduk asli Australia yang memiliki DNA Denisovan.
“Teori tentang migrasi akan berubah, teori tentang ras juga akan berubah,” kata Iwan Sumantri, dosen Universitas Hasanuddin, yang juga terlibat dalam proyek tersebut.
Jenazah Besse memberikan tanda pertama Denisovans di antara orang Austronesia, yang merupakan kelompok etnis tertua di Indonesia.
“Sekarang coba bayangkan, bagaimana mereka menyebarkan dan mendistribusikan gen mereka untuk mencapai Indonesia,” ujar dia.
(*)