Nasib Mengerikan Bumi di Saat Matahari Benar-benar Mati Dibongkar Peneliti, Segini Jangka Waktunya

Sabtu, 16 Oktober 2021 | 10:42
pixabay

matahari mati di masa depan

Gridhot.ID - Luar angkasa memang menyimpan banyak sekali misteri.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews, hari tanpa bayangan yang diduga terjadi akhir-akhir ini disebut-sebut juga hasil dari fenomena luar angkasa yang berkaitan dengan matahari.

Matahari memang memiliki kekuatan yang luar biasa.

Namun siapa sangka matahari juga memiliki umur dan tak bisa selamanya menghidupi planet-planet luar angkasa.

Baca Juga: Dulu Cari Nafkah Jadi Tuyul di Sinetron, Ony Syahrial Selesaikan Masa Pencarian dan Akhirnya Mantap Berhijrah, Begini Awal Mulanya

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, 5 miliar tahun lagi, Matahari diprediksi akan mengembang dan ketika kehabisan bahan bakar, mati menjadi bintang kerdil putih.

Ketika itu terjadi, bagaimana nasib Bumi dan manusia yang hidup di planet ini?

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh sekelompok tim astronom internasional mengungkap apa yang mungkin terjadi pada kita.

Prediksi ini dibuat berdasarkan observasi terhadap sebuah planet seukuran Jupiter yang ditemukan mengorbit sebuah bintang kerdil putih di galaksi Bima Sakti.

Dilansir dari The Guardian, Rabu (13/10/2021); planet tersebut, yang merupakan raksasa gas berukuran 1,4 kali Jupiter, berhasil selamat dari kematian bintang induknya, si bintang kerdil putih.

Baca Juga: Fotonya Mejeng di Billboard Pinggir Jalan, Prilly Latuconsina Syok, Sang Artis Ucapkan Hal Ini

Jarak raksasa gas ini dari bintang kerdil putihnya diprediksi 2,5 hingga enam kali jarak Bumi ke Matahari. Kira-kira sama dengan jarak Jupiter ke Matahari.

Menurut tim peneliti, temuan ini membuktikan prediksi sebelumnya bahwa lebih dari setengah bintang kerdil putih memiliki planet raksasa berukuran serupa yang mengorbitnya.

Namun, ini adalah kali pertama prediksi tersebut bisa diobservasi oleh para ahli.

Pasalnya, menemukan bintang kerdil putih bukan perkara gampang. Kerdil putih hanya memancarkan sedikit cahaya yang membuatnya sulit diamati menggunakan teleskop Bumi.

Dalam menemukan raksasa gas dan kerdil putih kali ini, tim peneliti menggunakan teknik yang disebut gravitational microlensing, di mana cahaya dari sebuah planet yang jauh-dalam kasus ini raksasa gas yang ditemukan-membelok ketika bertemu dengan gravitasi bintang terdekatnya (bintang kerdil putih).

Baca Juga: Kondisi Mengkhawatirkan Aryan Khan Selama Hidup di Tahanan Terkuak, Putra Sulung Shah Rukh Khan Disebut Alami Dehidrasi hingga Cuma Konsumsi Ini Tiap Hari

Penulis utama studi, Joshua Blackman dari University of Tasmania, mengatakan, ini adalah kali pertama kami menemukan sebuah sistem yang menyerupai apa yang kita duga akan terjadi pada tata surya kita dalam lima atau enam miliar tahun ke depan.

Nasib Bumi 5 miliar tahun lagi

Blackman berkata bahwa di Bima Sakti, 95 persen bintang diprediksi akan mati dan menjadi kerdil putih.

Namun, hal itu belum terjadi karena galaksi kita tergolong muda. Nah, Matahari diprediksi akan mati dengan cara mengembang menjadi raksasa merah dalam lima miliar tahun ke depan.

Baca Juga: Polisi Grebek Rumah Lucinta Luna Saat Billy Syahputra Ada di Sana, Adik Mendiang Olga Langsung Kebingungan, Begini Kronologinya

Temuan Blackman dan kolega menunjukkan bahwa dalam prosesnya menjadi raksasa merah, Matahari lantas akan menghancurkan planet-planet dalam seperti Merkuri dan Venus.

Bumi diprediksi akan selamat namun menjadi tidak bisa ditinggali oleh makhluk hidup. Artinya, manusia di Bumi akan binasa ketika saat itu tiba.

Sebaliknya, planet-planet raksasa yang berada di bagian luar tata surya, seperti Jupiter dan Saturnus, diprediksi bisa selamat dari kematian Matahari.

Baca Juga: 12 Tahun Absen dari Layar Kaca Penampilan Cornelia Agatha Membuat Kaget Penggemarnya, Tak Disangka Rupanya Penyakit Langka Ini yang Membuat Badannya Berubah Hingga Harus Konsumsi Obat Selama 15 Tahun

Lantas, setelah Matahari yang menjadi raksasa merah kehabisan bahan bakar, ia akan menyusut menjadi bangkai bintang yakni kerdil putih.

Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, tribunnews