GridHot.ID - Siapa yang tidak kenal dengan Rano Karno?
Nama Rano Karno mulai dikenal lewat film Si Doel Anak Betawi karya Sjuman Djaja yang diangkat dari cerita Aman Datoek Madjoindo.
Dalam film itu, putra ketiga dari enam bersaudara pasangan Soekarno M. Noer (Minang) dan Istiarti M Noer (Jawa) berperan sebagai pemeran utama.
Sejak itu, prestasinya pun mulai kelihatan.
Melansir wikipedia, lewat film Rio Anakku, Rano memperoleh penghargaan Aktor Harapan I PWI Jaya pada tahun 1974. Kemudian, dalam Festival Film Asia 1974 di Taipei, Taiwan, ia meraih hadiah The Best Child Actor.
Selanjutnya ia mendapat peran-peran remaja dan dewasa lewat film Wajah Tiga Perempuan (1976), Suci Sang Primadona (1977), Gita Cinta dari SMA (1979).
Untuk mendukung niatnya terjun ke dunia film, Rano pun belajar akting di East West Player, Amerika Serikat.
Melansir Kompas.com, aktor peran Rano Karno tercatat sudah membintangi 80an film sepanjang kariernya.
Namun dari sekian banyak film itu, ia tak pernah merasakan sekali pun disutradarai oleh mendiang Teguh Karya.
Teguh Karya merupakan salah satu sutradara terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Film Badai Pasti Berlalu merupakan mahakarya dari Teguh yang selalu diapresiasi oleh para penikmat film Indonesia.
Tak pernah disutradarai oleh seorang legenda seperti Teguh Karya merupakan sebuah penyesalan tersendiri bagi Rano Karno yang mengawali kariernya sejak 1971.
"Aku sayang satu-satunya sutradara yang gak pernah menyutradarai aku adalah Teguh Karya. Beneran aku sangat mau. Kepengin banget, siapa yang enggak mau?" kata Rano Karno seperti dikutip Kompas.com dari video si Rano, Kamis (23/7/2020).
Kepada Helmy Yahya, Rano Karno lalu bercerita tentang bagaimana industri film dulu bekerja.
Proses latihan untuk film yang lama membuat Rano Karno selalu tak memiliki kesempatan bisa berkolaborasi dengan Teguh Karya.
"Ya memang gak bisa juga disalahin, saya kenal sama beliau tapi memang dulu film itu kan rehearsalnya gila enggak kayak sekarang," ucapnya.
Rano Karno lalu memuji penampilan Slamet Rahardjo yang berduet dengan Christine Hakim dalam film Badai Pasti Berlalu.
Akting memukau keduanya merupakan buah dari latihan keras dan persiapan matang yang biasa dilewati untuk film di masa lalu.
"Bayangin dari mulai teater mereka harus latihan untuk mempersiapkan, misalnya Badai Pasti Berlalu, kan gila itu. Makanya Slamet Rahardjo sama Christine waduh mainnya gila," sambung pemeran Si Doel tersebut.
Industri film Indonesia sendiri kini sudah berubah. Proses latihan panjang demi penampilan maksimal menurut Rano Karno mulai semakin berkurang.
(*)