Ngeri, Taliban Lempar Ancaman Sebut Dunia Bakal Kena Masalah Jika Amerika Serikat Tak Segera Mengakui Pemerintahan Mereka

Minggu, 31 Oktober 2021 | 20:00
REUTERS/Abdul Khaliq Achakza

People standing on a vehicle hold Taliban flags as people gather near the Friendship Gate crossing point in the Pakistan-Afghanistan border town of Chaman, Pakistan July 14, 2021. Picture taken July 14, 2021. REUTERS/Abdul Khaliq Achakzai

Gridhot.ID - Taliban memang kini masih terus menjadi sorotan tersendiri bagi dunia.

Dikutip Gridhot dari Kontan sebelumnya, Taliban kini telah mengambil alih pemerintahan negara Afghanistan.

Mereka berhasil menduduki negara tersebut usai militer AS sepakat untuk meninggalkan negeri tersebut.

Meski sudah mengusai satu negara, Taliban nyatanya masih belum diakui oleh dunia.

Baca Juga: Cerai Setelah 6 Tahun Nikahi Duda Beda Agama, Yuni Shara Akur dengan Henry Siahaan dan Mantan Istri Pertama, Intip Potret Kebersamaan Mereka

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Taliban meminta Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain mengakui pemerintah Taliban di Afghanistan, dengan mengatakan kegagalan melakukannya dan pembekuan dana Afghanistan yang terus berlanjut di luar negeri akan menimbulkan masalah tidak hanya bagi negara itu tetapi juga Dunia.

Tidak ada negara yang secara resmi mengakui pemerintah Taliban di Afghanistan sejak gerilyawan mengambil alih negara itu pada Agustus.

Sementara miliaran dollar aset dan dana Afghanistan di luar negeri juga telah dibekukan, bahkan ketika negara itu menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan yang parah.

"Pesan kami kepada Amerika adalah, jika tidak diakui terus, masalah Afghanistan berlanjut, itu adalah masalah kawasan dan bisa berubah menjadi masalah bagi dunia," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada wartawan pada konferensi pers pada Sabtu (30/10/2021).

Baca Juga: Nyemplung ke Musik Tapi Tak Sepopuler Adiknya, Begini Nasib Kakak Tiri Ridho Rhoma, Putra Raja Dangdut Banting Setir Jualan Bakso Aci Karena Hal Ini

Menurutnya alasan Taliban dan Amerika Serikat berperang terakhir kali juga karena keduanya tidak memiliki hubungan diplomatik formal.

AS menginvasi Afghanistan pada 2001 setelah serangan 11 September 2001. Pemerintah Taliban saat itu menolak untuk menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden.

"Isu-isu yang menyebabkan perang itu, bisa diselesaikan melalui negosiasi, bisa juga diselesaikan melalui kompromi politik," kata Mujahid melansir Reuters.

Dia menambahkan bahwa pengakuan adalah hak rakyat Afghanistan.

Meskipun tidak ada negara yang mengakui pemerintahan Taliban, para pejabat senior dari sejumlah negara telah bertemu dengan para pemimpin gerakan itu, baik di Kabul maupun di luar negeri.

Baca Juga: Lowongan Kerja Lulusan S1 dan S2, PT AKR Corporindo Buka Kesempatan Emas untuk Posisi Ini, Intip Syarat dan Cara Mendaftarnya

Kunjungan terakhir dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Turkmenistan Rasit Meredow, yang berada di Kabul pada Sabtu (30/10/2021).

Mujahid sebelumnya di Twitter mengatakan, pertemuan kedua belah pihak membahas implementasi cepat dari pipa gas Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI).

Menteri luar negeri China, Wang Yi, bertemu dengan pejabat Taliban di Qatar awal pekan ini. Mujahid mengatakan pada Sabtu (30/10/2021), bahwa China telah berjanji untuk membiayai infrastruktur transportasi, dan untuk memberikan akses ekspor Kabul ke pasar China melalui negara tetangga Pakistan.

Mujahid juga berbicara panjang lebar tentang masalah yang dihadapi penyeberangan perbatasan, terutama dengan Pakistan.

Baca Juga: Bikin Syok Satu Indonesia, Farhat Abbas Bongkar Kondisi Kejiwaan Olivia Nathania, Mantan Suami Nia Daniaty Sebut Anak Tirinya Punya Kelainan Mental Sejak SMA

Masalah itu yang sering menimbulkan penutupan perbatasan dan protes dalam beberapa hari terakhir.

Penyeberangan tersebut sangat penting untuk Afghanistan yang wilayahnya kini terkurung.

Dia mengatakan pembicaraan serius tentang masalah itu diadakan ketika menteri luar negeri Pakistan melakukan perjalanan ke Kabul minggu lalu.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, kontan