Gridhot.ID - Bali sedang berduka.
Sosok budayawan yang berkontribusi besar terhadap kebudayaan Bali, I Wayan Geriya, tutup usia.
I Wawan Geriya tutup usia di usia 80 tahun.
Melansir TribunBali.com, I Wawan Geriyamenghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara, Sabtu(30/11/2021) sekitar pukul 11.00 Wita atau dihari keempat dia dirawat atas berbagai penyakit.
Anak mendiang, I Komang Ria Sutriawan mengungkapkan, sebelum menghembuskan napas terakhir di RSUD Bali Mandara, mendiang sempat mengeluh sakit tenggorokan sekitar sebulan lalu.
Dimana saat itu, mendiang dibawa ke dokter dan masih dilakukan rawat jalan.
Namun lantaran tidak ada perubahan, sehingga dilakukan pemeriksaan lagi.
Namun saat dilakukan pemeriksaan lebih intensif, mendiang didiagnosa gangguan organ dalam. Di antaranya, jantung, paru-paru dan ginjal.
Karena penyakitnya tersebut, beliau pun menjalani cuci darah. Dan saat itu sempat dilakukan uji PCR, dimana dua kali hasilnya negatif covid-19.
"Keluhan pertama dari sebulan lalu, diawali radang tenggorokan, kita pikir biasa, obati ke dokter. Dikasi antibiotik, namun seminggu tidak ada perubahan," ujar pria yang menjabat Ketua Umum Toyota Land Cruiser Indonesia (TLCI) Chapter Gianyar tersebut.
"Karena masih radang, sampai susah menelan, susah makan. Kondisi bapak otomatis drop. Kita panggil dokter dan perawat, merawat bapak di rumah. Karena agak sulit membujuk bapak ke rumah sakit," ujarnya.
Namun dikarenakan kondisi mendiang tidak kunjung membaik, pihak keluarga lantas mengajak mending berobat ke Rumah Sakit Premagana Batubulan.
Saat itu, tes swab mendiang masih menunjukkan hasil negatif. Saat itu, yang bersangkutan dirujuk ke RS Udayana. Di sana, mendiang sempat opname di ruang ICU selama tiga hari.
Selama perawatan itu pula, Wayan Geriya menjalani tes PCR dua kali dengan hasil negatif.
Namun karena harus cuci darah, Wayan Geriya kembali harus pindah perawatan ke rumah sakit yang melayani hemodialisis.
Dalam perawatan ini ada dua pilihan rumah sakit, yakni RSUP Sanglah dan RSUD Bali Mandara.
Namun dikarenakan di Sanglah dikatakan penuh, sehingga mendiang dibawa ke RSUD Bali Mandara.
"Baru cuci darah 15 menit, kondisi Bapak kembali drop, tensi turun sehingga cuci darah dilanjutkan besoknya lagi," ujarnya.
Setelah tuntas melakukan cuci darah, hari keempat opname di Bali Mandara, mendiang ada di kondisi terburuknya. Dimana saat itu pihak medis memberikan penanganan terbaik.
Saat itu, mendiang kembali dilakukan swab, dan hasilnya positif.
"Bapak diswab lagi, hasilnya keluar siang ternyata positif," jelasnya.
Sutriawan mengungkapkan, hasil positif covid-19 diduga mempengaruhi psikologis mendiang.
Dimana sejak dinyatakan positif, kondisi mendiang semakin drop, akhirnya meninggal pada Sabtu pukul 11.00 Wita.
Saat ini jenazahnya masih dititipkan di RSUD Bali Mandara. Dimana sesuai prosedur penanganan pasien terkonfirmasi covid-19, jenazah langsung dimasukkan ke peti.
"Upacara pengabenan akan digelar di krematorium Punduk Dawa, Klungkung pada Selasa 2 November ini," ujar anak mendiang Wayan Geriya.
Perlu diketahui, I Wayan Geriya berasal dariBanjar Batur, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali.
Beliau merupakan murid kesayangan antropolog ternama Prof.Dr. Koentjaraningrat.
Beliau pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana (sekarang Faklutas Ilmu Budaya).
Beliau sering menjadi Tim Ahli yang pemikiran dan konsep-konsepnya banyak digunakan oleh Pemprov Bali Bali dan Kabupaten/Kota di Bali.
Beliau penerima berbagai penghargaan dalam bidang kebudayaan. Sebagai budayawan beliau adalah pribadi yang hangat, selalu menginspirasi anak-anak muda.
(*)