GridHot.ID - Selama kurun waktu lima tahun terakhir Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat aktivitas kegempaan diwilayah tersebut mengalami peningkatan.
Melansir surya.co.id, berdasarkan catatan BMKG, sepanjang tahun 2013-2015, jumlah gempa bumi di Jawa Timur dengan beragam magnitudo terjadi kurang dari 230 kali per tahun.
Akan tetapi pada 2016 hingga 2020, jumlah gempabumi dengan beragam magnitudo meningkat menjadi lebih dari 450 kali setahun, dengan frekuensi tertinggi 655 kali yaitu pada 2016.
Dilansir dari Kompas tv, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi gempa bumi berkekuatan besar di selatan Jawa Timur.
Pemerintah setempat diminta waspada dan harus ada penanganan dan persiapan sejak dini.
Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG Rahmat Triyono menjelaskan, prediksi gempa bumi yang melanda selatan Jawa Timur ini dari sejumlah catatan gempa di Jatim yang terjadi sepanjang tahun 2013-2015.
Menurut Rahmat dari periode tersebut jumlah gempa bumi di Jatim dengan beragam magnitudo terjadi kurang dari 230 kali per tahun.
Namun masuk tahun 2016 hingga 2020, jumlah gempa bumi dengan beragam magnitudo meningkat menjadi lebih dari 450 kali setahun, dengan frekuensi tertinggi 655 kali yaitu pada 2016.
Teranyar yakni gempa yang mengguncang warga di Kabupaten Jember pada 16 Desember 2021.
"Sebenarnya gempa bermagnitudo 5,1 itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami maupun kerusakan parah, namun permasalahan ada pada struktur bangunan warga yang tidak kuat," ujar Rahmat, Sabtu (18/12/2021). Dikutip dari Antara.
Rahmat menambahkan skenario terburuk gempa bumi yang terjadi di selatan Jawa yakni dengan skala VI VII MMI.
Potensi kerusakan dari dampak gempa dinilai akan luar biasa dan bisa menimbulkan tsunami sampai 29 meter.
Menurutnya sumber gempa berada di perairan selatan Jawa Timur serta daratan. Sedangkan potensi gempa akan menyebabkan kerusakan yang berdampak ke 200-250 kilometer dari bibir pantai.
"Sumber gempa sudah ada di sana (perairan selatan Jatim) dengan magnitudo 7,0, termasuk di daratan juga ada, sehingga sudah harus bersiap dari sekarang," ujarnya.
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan selain persiapan dampak gempa, pemerintah daerah juga perlu menata kembali pembangunan daerah.
Hal ini penting untuk mencegah korban gempa dan kerugian meteri dari dampak gempa. Ia mencontohkan dampak gempa yang terjadi di Kabupaten Jember.
Karena bangunan yang rapuh, membuat kerugian meteri meningkat. Catatan BNPB per tanggal 17 Desember 2021, sebanyak 46 rumah dan 92 kepala keluarga terdampak gempa, dan sebanyak enam kecamatan dan 18 desa terdampak atas bencana tersebut.
"Ini tugas kita bersama. Pemerintah harus ketat dalam memberikan izin untuk bangunan. Pengecekan konstruksi harus ketat pula, jadi struktur bangunan harus dibuat siap untuk skenario terburuk," ujarnya.
Sebelumnya gempa bumi tektonik dengan magnitudo 5,0 terjadi di wilayah selatan Jatim yang berpusat pada koordinat 8,55 derajat Lintang Selatan - 113,48 derajat Bujur Timur.
Atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 43 km arah barat daya Kota Jember pada kedalaman 26 km, namun gempa itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Berdasarkan data BPBD Jember sedikitnya terdapat 46 unit rumah yang mengalami kerusakan yakni 34 unit mengalami rusak ringan, 11 unit mengalami rusak sedang, dan 1 unit mengalami rusak berat.
Kemudian 5 unit fasilitas umum berupa 4 sekolah dan 1 aula balai desa juga terdampak gempa yang terjadi pada Kamis (16/12/2021).(*)