Gridhot.ID - Kopassus memang jadi salah satu pasukan khusus yang sangat diperhitungkan dunia.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, berbagai misi mengerikan sudah dilalui para anggota Kopassus sejak pertama kali pasukan tersebut terbentuk.
Banyak tentara internasional yang kagum dengan Kopassus.
Kemampuan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memang tak diragukan lagi.
Dengan kemampuan di atas rata-rata tentara reguler, Korps Baret Merah tersebut sanggup menyelesaikan misi-misi sulit.
Tak heran jika Kopassus membuat institusi TNI cukup disegani di dunia.
Namun, bukan berarti prajurit Kopassus tak pernah mengalami kegagalan dalam menjalankan misi.
Dikutip Gridhot dari Intisari, ada cerita menarik dari salah seorang anggota Kopassus yang dianggap gagal dalam menjalankan tugasnya.
Pelda Suwito, seorang prajurit Kopassus menceritakan bagaimana dulu para pelatih menempanya sangat keras.
Usai dikukuhkan menjadi prajurit komando bukan berarti Suwito dkk bisa berleha-leha layaknya mahasiswa habis wisuda.
Mereka langsung diterjunkan ke medan perang di Timor Timur kala itu.
Jika gagal dalam menjalankan tugas maka hukuman menanti mereka sekembalinya ke basis kesatuan.
"Pengalaman saya jika tugas perang Timor Timur dan tidak berhasil mendapatkan senjata musuh, sudah pasti tidurnya di kandang sapi!" kata Pelda Suwito.
Saat itu di Grup 2 Kopassus di Kartasura, banyak sapi.
Prajurit yang gagal akan ditidurkan bersama sapi.
Bukan hanya itu saja.
Prajurit yang gagal bakal ditempa, dilatih lebih keras lagi kemudian ditugaskan kembali ke medan perang.
Kalau gagal lagi? ya tidur bersama sapi lagi.
"Dilatih lagi tiga bulan, diberangkatkan lagi enam bulan. Kalo gagal lagi, tidur sama sapi lagi," kata Pelda Suwito.
Pelatih lebih menakutkan dari pada setan sekalipun
Seperti diungkapkan oleh Pelda Suwito di atas.
Pelatih akan menempa siswa komando sangat keras dan tak pandang bulu.
Bayangkan saja, saban hari fisik dan mental siswa digojlok sampai benar-benar habis.
Mereka disuruh latihan di gunung, hutan, rawa, terjun payung hingga di laut.
Stress, lapar, lelah ditambah 'siksaan' dari para pelatih menjadi teman akrab sehari-hari siswa komando.
Makanya mereka punya anggapan lebih takut dengan para pelatih bertopi merah dari pada setan sekalipun.
"Kami tidak takut setan, lebih takut pelatih," menjadi semacam semboyan tak resmi para siswa komando Kopassus ketika digembleng di Pusdikpassus.
Ya, Kopassus memang tak takut setan. Faktanya, Kopassus pun pernah menyamar menjadi "hantu putih" demi menembus sarang musuh.
Kisah ini terjadi pada tahun 1962 di Kongo.
Saat itu, Kopassus yang masih bernama RPKAD, diminta PBB untuk menjaga perdamaian .
(*)