Gridhot.ID - China baru-baru ini digeruduk beberapa menteri luar negeri dari Timur Tengah.
Ternyata, para menteri dari Arab dan negara-negara Timur Tengah ini memiliki tujuan khusus mendatangi China.
Mereka mengunjungi China minggu ini untuk bertemu dengan para pejabat dari ekonomi terbesar kedua dunia, yang juga konsumen minyak utama dan sumber investasi asing, seperti dilansir Associated Press, Senin (10/1/2022).
Kementerian Luar Negeri China hari Senin tidak memberikan rincian agenda kunjungan, tetapi mengatakan mereka diharapkan untuk “memperdalam hubungan antara kedua belah pihak.”
Pertemuan yang berlangsung hingga hari Jumat dan akan diikuti menteri luar negeri Arab Saudi, Kuwait, Oman dan Bahrain, bersama dengan sekretaris jenderal Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian juga akan berada di China pada akhir minggu ini, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh, di Teheran.
Namun tidak dijelaskan apakah Menteri Luar Negeri Iran akan bergabung dalam pertemuan dengan yang menteri luar negeri dari Timur Tengah lainnya.
Khatibzadeh mengatakan menteri luar negeri berangkat ke Oman hari ini.
Sementara Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, negaranya tidak puas dengan progres negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang compang-camping dengan kekuatan dunia.
Seperti diketahui, pertemuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 telah berlarut-larut di Wina.
China adalah pihak dalam pembicaraan dan kritikus terkait sanksi Amerika Serikat terhadap Iran.
“Waktu penting bagi kami, tetapi tidak mungkin pihak lain bergerak seperti kura-kura dan kami bergerak dengan kecepatan cahaya,” kata Khatibzadeh.
Para diplomat Iran di bawah Presiden garis keras yang baru terpilih Ebrahim Raisi, mengajukan tuntutan maksimal sehingga menjengkelkan negara-negara Eropa.
Delegasi Barat telah memperingatkan waktu hampir habis untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu.
China dan Amerika Serikat semakin berebut pengaruh di Timur Tengah, di mana perusahaan China menemukan pasar untuk barang dan jasa mulai dari jalan raya hingga drone militer.
Ekonomi China sangat bergantung pada minyak dan gas Timur Tengah.
Beijing juga mempertahankan hubungan dekat dengan Iran di tengah ambisi nuklir mereka, dan di tengah perselisihan dengan negara-negara Teluk lainnya.
"China dan negara-negara Teluk telah saling memberikan dukungan kuat pada isu-isu mengenai kepentingan inti mereka, dan mempromosikan kerja sama praktis di berbagai bidang dengan hasil yang bermanfaat,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada briefing harian Senin.
Peserta pertemuan tersebut antara lain Menlu Saudi Faisal bin Farhan Al Saud, Menlu Kuwait Ahmed Nasser Al-Mohammed Al-Sabah, Menlu Oman Badr Albusaidi, Menlu Bahrain Abdullatif bin Rashid Alzayani dan Sekjen Dewan Kerja Sama Teluk Nayef Falah Al -Hajraf.(*)