Gridhot.ID -Sudah 16 tahun berlalu sejak pertama kali bencana Lumpur Lapindo menyembur.
Bencana itu pertama kali terjadi di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Sidoarjo pada 29 Mei 2006.
Bencanalumpur Lapindo bermula dari kebocoran sumur pengeboran gas milik PT Lapindo Brantas.
Mengutip pemberitaan Kompas (30/5/2006), semburan lumpur disertai gas keluar dari permukaan tanah melalui rawa yang ada di sekitar lokasi pengeboran.
Dalam sepekan semburan lumpur terus meluas menggenangi areal sekitar lokasi pengeboran.
Semburan lumpur lapindo itu setidaknya menggenangi 16 desa di tiga kecamatan.
Total 10.426 unit rumah terendam lumpur dan puluhan ribu jiwa terpaksa mengungsi.
Berdasarkan peta area terdampak, luas wilayah penanganan sosial kemasyarakatan dari bencana semburan lumpur Lapindo mencapai 1.143,3 hektare.
Penyebab terjadinya semburan gas disertai lumpur panas hingga kini masih misterius.
Juga tak diketahui secara pasti kapan lumpur dari kedalaman 2.734 meter itu akan berhenti menyembur.
Hari ini, ketika lumpur sudah menyembur selama 16 tahun hingga membentuk bagian menyerupai kawah yang aktif mengeluarkan asap, di antara hamparan luapan lumpur yang telah mengering.
Untuk menangani bencana ini, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terus menggelontorkan anggaran dalam jumlah yang tidak sedikit.
Namun siapa sangka, lumpur Lapindo rupanya menyimpan kandungan logam super langka yang disebut rare earth atau logam tanah jarang.
Temuan tersebut dibenarkan langsung oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Melansir artikel SerambiNews.com, umumnya rare earth sulit ditemukan pada permukaan bumi.
Dengan demikian keberadaan logam tanah jarang sulit ditemukan, namun bencana Lapindo menjadi berkah bagi adanya rare earth.
Dikutip dari Pusat Sumber Daya Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), logam tanah jarang atau rare earth sudah mulai ditemukan pada abad ke-18.
Sejak saat itu para peneliti berupaya menemukan keberadaan rare earth yang tergolong langka.
Tak hanya itu saja, Kementerian ESDM juga menemukan harta karun lainnya di lahan lumpur Lapindo, berupa logam raw critical material yang jumlahnya lebih besar dari kapasitas logam tanah.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan penyelidikan terkait mineral logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo sejak tahun 2020 lalu.
"Tahun 2020 penyelidikan di sana, dan teman-teman kami terlibat dan lakukan kajian secara umum di Sidoarjo."
"Ada indikasi logam tanah jarang ini, selain logam tanah jarang ada logam raw critical material yang jumlahnya lebih besar dari logam tanah jarang," paparnya.
Tahun 2021, Badan Geologi Kementerian ESDM sudah melakukan kajian secara mendetail atas temuan tersebut dan hingga kini hasilnya masih dalam pemrosesan.
Eko mengatakan hasil kajian baru akan diberikan kepada publik jika sudah tuntas dilakukan.
"Tahun 2022 kami lakukan kajian dengan Ditjen Minerba, dan kerjasama dengan salah satu Litbang ESDM pusat yakni Tekmira terkait potensi untuk logam tanah jarang tersebut," imbuhnya.
"Ini kerja sama dengan dua institusi dan perlu koordinasi akan hasilnya dan diintegrasikan. Saat ini sedang diintegrasikan sehingga nanti kita bisa tahu potensi logam tanah jarang di Sidoarjo," tambah dia.
Sebagai informasi, keberadaan logam tanah jarang atau rare earth dapat digunakan sebagai bahan baku energi dalam pembuatan baterai, tak hanya itu rare earth juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama baterai kendaraan listrik hingga daya bagi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Diperkirakan beberapa seperti industri seperti komputer, telekomunikasi, nuklir, dan dirgantara.
Kedepannya juga akan membutukhan pemanfaatan dari adanya rare earth.
Dilansir dari World Today News, Indonesia sendiri memiliki potensi menjadi lokasi penyebaran rare earth.
Mineral yang terkandung dalam rare earth berpeluang untuk dibudidayakan sebagai produk sampingan yang dapat memberikan nilai tambah.
Tercatat beberapa wilayah Indonesia menjadi Jalur timah Asia Tenggara di antaranya Kepulauan Karimunjawa, Singkep, Bangka serta Belitung.
Kementerian ESDM juga membuka peluang investasi untuk menggarap eksplorasi logam tanah jarang ini.
Khususnya pada sektor teknologi untuk memproses perolehan eksplorasi.
Penggunaan logam tanah jarang sangat luas dan erat kaitannya dengan produk industri teknologi tinggi, seperti industri komputer, telekomunikasi, nuklir, dan ruang angkasa.
Di masa mendatang diperkirakan penggunaan tanah jarang akan meluas, terutama unsur tanah jarang tunggal, seperti neodymium, samarium, europium, gadolinium dan yttrium.
Peluang jangka panjang dan untuk pemenuhan bahan industri teknologi tinggi seperti baterai kendaraan listrik akan dikembangkan di Indonesia, maka produk sampingan berupa mineral-mineral yang mengandung logam/unsur tanah jarang tersebut dapat dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan industri baterai listrik nasional.
Manfaat dari rare earth atau tanah jarang bisa dipakai untuk teknologi, otomotif dan militer dan masih banyak lagi.
Karena itu, adanya temuan harta karun eksplorasi logam tanah jarang dalam tanah Indonesia, diharapkan bisa membuka peluang investasi, khususnya pada sektor teknologi.
(*)