GridHot.ID - Bulan Ramadhan memang menjadi salah satu bulan yang membahagiakan bagi umat muslim.
Menjalani ibadah puasa dan tarawih menjadi kegiatan yang paling ditunggu-tunggu.
Terlebih saat mudik lebaran telah tiba.
Selain beribadah, umat muslim juga dapat berwisata religi ke sejumlah masjid loh.
Tenang saja, pandemi Covid-19 ini tidak membuat masjid-masjid ditutup.
Beberapa diantaranya tetap buka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Salah satu masjid itu adalah masjid Menara Kudus.
Terletak diDesa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah membuat masjid yang satu ini menjadi ikon warga sekitar.
Dilansir dari Kompas.com, nama resmi Masjid Menara Kudus adalah Masjid Al-Aqsa Menarat Qudus.
Menara masjid ini sangat unik karena menyerupai bangunan candi yang melambangkan akulturasi budaya masa lalu.
Hingga saat ini, Masjid Menara Kudus masih aktif digunakan untuk beribadah umat Islam.
Selain itu masjid juga dibuka untuk peziarah ke makam Sunan Kudus.
Bagaimana dengan sejarah berdirinya ? Yuk simak ulasan berikut ini.
Sejarah Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus dibangun oleh Ja’far Shadiq, atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Kudus.
Usia masjid ini disinyalir sudah hampir 500 tahun.
Prasasti yang ada di atas mihrab masjid ini sendiri berangka tahun 956 Hijriah, atau 1549 Masehi.
Nama asli masjid ini adalah Masjid Al-Quds yang merujuk kota suci di Palestina yang bernama Al-Quds, atau juga dikenal Yerusalem.
Nama Al-Quds yang kemudian diucapkan sebagai Kudus.
Penamaan ini dipilih Sunan Kudus untuk mengobati kerinduannya terhadap tanah kelahirannya tersebut.
Pasalnya, Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq dilahirkan di Al-Quds, Palestina sekitar tahun 1500-an.
Keunikan Ornamen
Seperti masjid bersejarah lainnya, masjid Menara Kudus juga memiliki ciri khas yang uunik.
Menariknya, menara masjid peninggalan Sunan Kudus didesain seperti bangunan candi.
Gaya arsitektur Masjid Menara Kudus secara keseluruhan bergaya tradisi seni Hindu.
Hal ini dapat dilihat pada struktur dan bentuk atap berupa tumpang bersusun tiga.
Sementara bangunan menara masjid menyerupai candi Jago merupakan peninggalan Raja Singasari Wishnuwardhana.
Tak hanya itu,pintu gerbang Masjid Menara Kudus juga didesain menyerupai candi belah atau Candi Bentar.
Sementara dua daun pintu dibuat kembar sebagai totalitas tradisi seni kori agung atau paduraksa.Meski secara umum bangunan Masjid Menara Kudus kental aroma Hindu, namun secara ornamen masjid sangat kental dengan unsur-unsur Arab dan Islam.
Ornamen berunsur Arab dan Islam salah satunya dapat ditemukan di padasan atau bak air, yang letaknya di samping bangunan masjid.
Daya Tarik Masjid
Menaranya yang menyerupai candi menjadi keunikan tersendiri pada masjid ini.
Dilansir dari Tribunjateng.com, keberadaanmenaratersebut menunjukkan tingginya toleransi umat beragama pada masa Wali Sanga.
Menara yang berbentuk bangunan Hindu itu semula menjadi tempat mengumandangkan adzan.
Seiring perkembangan zaman dengan keberadaan pengeras suara,menaraitu pun menjadi tempat menabuh beduk.
Kelestarian masjid tersebut saat ini berada di bawah Yayasan Masjid Menara dan Makam SunanKudus(YM3SK).
Mitos Masjid
Meski merupakan bangunan masjid, rupanya tetap ada mitos yang berhembus dan diyakini masyarakat sekitar.
Melansir Kompas.com, mitos Masjid Menara Kudus berkaitan dengan ajian berupa rajah milik Sunan Kudus, yang disebut dengan nama Rajah Kalacakra.
Konon, Rajah Kalacakra ini ditanam Sunan Kudus di bagian pintu gerbang menuju kompleks masjid.
Tujuandari penanaman Rajah Kalacakra oleh Sunan Kudus itu untuk melemahkan kekuatan orang-orang yang berniat jahat.
Bahkan, akibat dari mitos yang beredar itu, membuatpejabattak berani berkunjung ke masjid ini.
Pasalnya, ada keyakinan bahwa pejabat yang datang berkunjung, shalat, dan berziarah ke makam Sunan Kudus, mereka akan kehilangan kekuasaan.
Perayaan Hari Jadi MasjidDikutip Gridhot dari Tribunjateng.com, pengurus masjid Menara Kudus selalu memperingati hari berdirinya masjid itu.
Peringatan pun digelar rutin tiap tahun agar masyarakatKuduskembali mengingat jasa SunanKudusyang terkenal akan toleransinya dan kesejukannya dalam berdakwah.
Sebelum pandemi Covid-19 menyebar, berbagai kegiatan disiapkan untuk merayakan tahun berdirinya masjid ini, mulai festival kuliner, terbangan, kirab banyu panguripan, hingga acara puncak yaitu Pasamuan Ta’sisMasjid Al-Aqsha.
Tak perlu khawatir, saat ini masjid perpaduan budaya hindu dan jawa itu dapat dikunjungi.
Pengunjung dapat beribadah, berziarah sekaligus berwisata religi di kawasan itu. (*)