Simbol Toleransi Umat Beragama di Pulau Dewata, Begini Sejarah Berdirinya Masjid Ibnu Batutah, Jadi Destinasi Wisata Religi Menarik

Jumat, 04 Maret 2022 | 05:25
Kompas.com

Masjid Ibnu Batutah di Kawasan Puja Mandala, Bali

GridHot.ID - Pulau Dewata memang terkenal dengan destinasi wisata alamnya, namun, siapa sangka kamu juga dapat mengjungi sebuah masjid bersejarah di pulau yang satu ini.

Pulau Dewata ternyata tak lepas dari perjalanan perkembangan ajaran Islam di Indonesia, hal itu bisa di lihat dari salah satu masjid bersejarahnya.

Masjid bersejarah tersebut adalah Masjid Ibnu Batutah.

Masjid bersejarah ini terbilang unik lantaran menjadi simbol toleransi antar umat beragama.

Dikutip GridHot.ID dari Tribuntravel,Masjid Ibnu Batutah terletak di kawasan bernama Puja Mandala, Nusa Dua, dimana di area tersebut tidak hanya terdapat rumah ibadah untuk umatIslam saja, namun berdampingan dengan rumah ibadah umat Hindu, Katolik, Kristen, dan Budha.

Tak heran, jika Masjid Ibnu Batutah menjadi salah satu destinasi wisata religi yang wajib dikunjungi ketika berada di Bali.

Biasanya, selain beribadah dan melihat bukti nyata dari toleransi, para wisatawan mengunjungi Masjid Ibnu Batutah atau kawasan Puja Mandala untuk menikmati keindahan pemandangan sekitar.

Pasalnya, kawasan ini terletak di atas bukti yang menawarkan keindahan alam.

Lantas, bagaimana sejarah berdirinya Masjid Ibnu Batutah?.

Baca Juga: Arsitekturnya Kaya Akan Nilai Filosofis, Ini Sejarah Masjid Jami Palopo, Simbol Awal Peradaban Islam di Kawasan Indonesia Timur

Sejarah Masjid Ibnu Batutah

Dikutip GridHot.ID dari Kompas.com, kawasan Puja Mandala bermula dari keinginan warga Muslim yang umumnya pendatang dari Pulau Jawa yang bermukim di sekitar Benoa dan Nusa Dua untuk memiliki masjid sendiri.

Keinginan tersebut muncul pada tahun 1990.

Saat itu umat muslim merasa kesulitan menjangkau masjid, lantaran masjid terdekat berada di Kuta, yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari tempat tinggal mereka.

Akhirnya, keluhan mereka ditanggapi oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi saat itu, Joop Ave yang kemudian berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Menteri Joop Ave kemudian meminta agar dibangun suatu pusat peribadatan bagi lima agama yang diakui di Indonesia ketika itu.

Kehadiran tempat ibadah ini sekaligus memfasilitasi para karyawan dan tamu-tamu yang berkunjung untuk tetap bisa beribadah sesuai agamanya.

Kehadiran pusat peribadatan itu juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kerukunan beragama di Bali berlangsung dengan baik.Lalu, pada tahun 1992, sepetak lahan seluas 2,5 hektare di Desa Kampial yang menghadap ke Tanjung Benoan menjadi tempat dibangunnya 5 rumah ibadah.

Baca Juga: Punya Aristektur Khas Tiongkok, Ini Sejarah Masjid Cheng Hoo Sriwijaya Palembang, Jadi Bukti Perpaduan Tiga Budaya

Setiap rumah ibadah dibangun diatas lahan seluas 5.000 meter persegi. Namun, pembangunannya baru mulai dilakukan pada tahun 1994 dan berlangsung hingga tahun 1997,dengan menyelesaikan bangunan Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, dan Gereja GKPB Bukit Doa.

Selanjutnya, pada tahun 2003Vihara Buddha Guna selesai dibangun.

Terakhir, Pura Jagat Natha menjadi rumah ibadah yangpaling akhir diresmikan, yaitu pada 30 Agustus 2004.Destinasi Wisata ReligiMasjid Ibnu Batutah

Selain menjadi tempat beribadah, Masjid Ibnu Batutah didirikan sebagai salah satu tujuan wisata religi di Bali.

Setiap harinya, ratusan hingga ribuan wisatawan domestik dari berbagai penjuru Indonesia mengunjungi Masjid seluas 3000 meter persegi ini.

Para wisatawan yang beragama Islam biasanya tiba pukul 1 siang hingga 4 sore, saat waktu Sholat Dzuhur dan Ashar.

Selain menunaikan kewajiban Sholat, para wisatawan juga menikmati keindahan arsitektur Masjid yang unik dengan nuansa tradisional-modern.

Baca Juga: Jadi Bukti Perkembangan Ajaran Islam Sejak Abad ke-16, Begini Sejarah Masjid Tuo Kayu Jao, Berdiri Kokoh di Ketinggian 1.152 MDPL

Masjid Ibnu Batutah memiliki bentuk arsitektur berupa susunan limas seperti masjid pada umumnya di tanah Jawa.

Menariknya,Masjid serta kawasan Puja Mandalaini terletak di perbukitan, sehingga wisatawan dapat menikmati keindahan alam.

Untuk semakin memperkaya hasanah sebagai wisata religi, Takmir Masjid Ibnu Batutahjuga membangun sebuah Mihrab Qur'an atau pusat pendidikan AL-Qur'an.

Bangunan 6 lantai seluas 660 meter ini akan menjadi salah satu pusat pendidikan, pemahaman, dan perpustakaan AL-Qur'an terbesar di Bali.

Menariknya lagi, Masjid Ibnu Batutah di kawasan Puja Madala ini pernah menjadi perhatian saat Raja Salman dari Kerajaan Arab Saudi berlibur ke Pulau Dewata tahun 2017, lalu.

Beberapa anggota rombongannya menyempatkan diri melaksanakan shalat Jumat di Mesjid Agung Ibnu Batutah.Menjadi simbol toleransi antar umat beragama dan terletak di area perbukitan membuat masjid yang satu ini memang unik, menjadi salah satu destinasi yang patut dikunjungi jika berada di Bali.

Tentu, tak ada salahnya mencoba pengalaman wisata religi di Masjid Ibnu Batutah, Kawasan Puja Mandala Nusa Dua Bali. (*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Kompas.com, TribunTravel.com