GridHot.ID - Angelina Sondakh meceritakan pengalamannya ketika masih di dalam penjara.
Dilansir dari kanal YouTube Keema Entertainment, Angelina Sondakh mengaku ditinggalkan teman-temannya satu per satu.
Mulai yang awalnya ratusan orang mengunjunginya, jadi hanya hitungan jari.
"3 bulan awal masih kunjungan. Lalu pindah ke rutan pondok bambu. Dari ratusan jadi puluhan dan akhirnya tinggal dihitung jari," kata Angelina Sondakah.
Wanita yang akrab disapa Angie itu pun mengaku merasa hina dan malu.
"Ada rasa sedih. Saya merasa hina, malu, ditinggal teman.Saya merasa mereka udah gak mau menerima saya sebagai teman. Baper saya," kata mantan politisi Partai Demokrat ini.
Di awal-awal ketika dia divonis 4,5 tahun di pengadilan tingkat pertama, dia bisa menerima kenyataan itu.
Namun, ketika akhirnya Mahkamah Agung melipatgandakan hukumannya menjadi 12 tahun penjara, ternyata semakin jarang teman yang mau membezuknya.
"Bisa 3 bulan 1 orang. Atau hanya titip salam saja," ucapnya.
Saat itu lah Angie benar-benar terpukul.
Beruntung sang ayah, Lucky Sondakh memberikan petuah padanya untuk ikhlas menerima putusan itu karena hanya ada satu pilihannya, yakni bertahan.
Saat itu lah Angie akhirnya membuka diri dengan lingkungan Lapas.
"Ternyata di dalam penjara, Allah menghadirkan begitu banyak teman, lebih dari teman, sahabat. Gak ada strata, semua statusnya sama, narapidana," katanya.
Bersama teman-teman sesama narapidana, Angie akhirnya membuat banyak kegiatan mulai dari kebersihan hingga kegiatan keagamaan.
"Saya mulai berteman dengan sampah, cacing, tanah. Item, dekil, bruntusan, gatal-gatal yang hanya diobati dengan salep harganya Rp 8.500 warnanya merah.
Kena bisul obatnya harga Rp 8.900 warna item," katanya.
Tak cuma bersih-bersih, Angie dan tim yang dinamakan sapu jagad ini bahkan pernah membersihkan septik tank yang ada di Lapas.
Tim ini beranggotakan 12 orang d iantaranya Ana (napi kasus pembunuhan), Ayu, Iyos, Aida, Daeng, Monik, Leona, Tasya , Ena, Ayu, Medi, dan Widya alias Jamet.
Nama terakhir itu lah yang membimbing Angie untuk bisa baca tulis Al Quran secara benar hingga dia mampu menghafalnya.
"Widya ngajarin banyak hafalan Al Quran karena dia anak pesantren. Dari dia aku belajar tajwid, iqro yang bener. Qho dari dalam. Itu dari Jamet (Widya)," aku Angie.
Dia menceritakan pengalaman yang tak terlupakan saat Widya menjadi imam salat Subuh dengan bacaan surat Ar Rahman sampai 78 ayat.
"Kita ini yang jamaahnya sampa begini-begini," kata Angie sambil menirukan gaya ngantuk.
Pelajaran berharga dari Widya ini lah yang akhirya membuat Angie kini mampu baca tulis Al Quran dengan baik.
"Makanya teman itu kita dapatkan di tempat yang sekalipun buruk," katanya.
Dan pelajaran ini pun dia amalkan kembali dengan melatih narapidana lain ibadah serta baca tulis Al Quran.
Dia bahkan meminta izin kalapas untuk menggelar salat jamaah Maghrib dan Isya di dalam blok.
Setelah salat Mahgrib, sambil menunggu Isya dia mengajak narapidana lain untuk hafalan surat pendek dan doa-doia pendek.
"Itu ganti-gantian. Mudah-mudahan bisan mengamalkan," katanya.
(*)