GridHot.ID - Angelina Sondakh baru saja merasakan kebebasannya dari Lapas Pondok Bambu pada Kamis (3/3/2022).
Sebagaimana yang diwartakan Gridhype.id, mantan politikus Angelina Sondakhh bebas setelah mendekam selama 10 tahun di penjara.
Angelina Sondakh resmi ditahan di Lapas Perempuan Jakarta pada 27 April 2012 usai tersandung kasus Wisma Atlet.
Rupanya, tak hanya hukuman penjara, Angelina Sondakh didenda Rp 500 juta subsider enam bulan kurungan.
Semenjak kebebasannya di awal bulan Maret, Angelina Sondakh mendapatkan sorotan dari publik.
Dilansir dari Tribunstyle.com, apa saja yang dialami Angelina Sondakh selama di dalam penjara?
Ungkap penderitaan, ibunda Keanu Massaid cerita berbagai kegiatannya sebagai napi hingga terkena penyakit kulit.
Bagaimana mantan istri mendiang Adjie Massai itu mengobati penyakit kulitnya saat di penjara?
Angelina Sondakh telah bebas dari penjara.
Artis yang juga istri mendiang Adjie Massaid itu menjalani hukuman 10 tahun lamanya.
Saat bebas, ibu Keanu Massaid terlihat kinclong.
Wajah Angelina Sondakh terlihat glowing.
Namun siapa sangka, kala di penjara wajah Angelina Sondakh jauh berbeda.
Dia mengaku, saat di penjara wajahnya dekil, bahkan sampai sakit bisul.
Memang, tak sedikit yang memuji istri mendiang Adjie Massaid tersebut tampak glowing dan manglingi.
Tubuh Angelina Sondakh juga terlihat lebih sehat dan ramping.
Sontak tak sedikit yang mengaku pangling dengan penampilan terbaru ibunda Keanu Massaid tersebut.
Namun tak ada yang tahu, saat berada di penjara, kondisi Angelina Sondakh sempat memperihatinkan.
Mantan Puteri Indonesia ini ternyata sempat dekil hingga terkena bisul.
Hal ini diungkap Angelina Sondakh dalam kanal YouTube Keema Entertainment.
Awalnya Angelina bercerita tentang dirinya yang mendapat sahabat baru saat mendekam di penjara.
Diakuinya, sebelum terjerat kasus dia memiliki banyak teman di politik, modeling hingga mantan Puteri Indonesia.
Namun, ketika dia terjerat kasus, teman-temannya itu sedikit demi sedikit meninggalkannya.
"3 bulan awal masih kunjungan. Lalu pindah ke rutan pondok bambu. Dari ratusan jadi puluhan dan akhirnya tinggal dihitung jari. Ada rasa sedih. Saya merasa hina, malu, ditinggal teman. Saya merasa mereka udah gak mau menerima saya sebagai teman. Baper saya," kata mantan politisi Partai Demokrat ini.
Di awal-awal ketika dia divonis 4,5 tahun di pengadilan tingkat pertama, dia bisa menerima kenyataan itu.
Namun, ketika akhirnya Mahkamah Agung melipatgandakan hukumannya menjadi 12 tahun penjara, ternyata semakin jarang teman yang mau membezuknya.
"Bisa 3 bulan 1 orang. Atau hanya titip salam saja," akunya.
Saat itu lah Angie benar-benar terpukul.
Beruntung sang ayah, Lucky Sondakh memberikan petuah padanya untuk ikhlas menerima putusan itu karena hanya ada satu pilihannya, yakni bertahan.
Saat itu lah Angie akhirnya membuka diri dengan lingkungan Lapas.
"Ternyata di dalam penjara, Allah menghadirkan begitu banyak teman, lebih dari teman, sahabat. Gak ada strata, semua statusnya sama, narapidana," katanya.
Bersama teman-teman sesama narapidana, Angie akhirnya membuat banyak kegiatan mulai dari kebersihan hingga kegiatan keagamaan.
"Saya mulai berteman dengan sampah, cacing, tanah. Item, dekil, bruntusan, gatal-gatal yang hanya diobati dengan salep harganya Rp 8.500 warnanya merah. Kena bisul obatnya harga Rp 8.900 warna item," katanya.
Tak cuma bersih-bersih, Angie dan tim yang dinamakan sapu jagad ini bahkan pernah membersihkan septik tank yang ada di Lapas.
Tim ini beranggotakan 12 orang diantaranya Ana (napi kasus pembunuhan), Ayu, Iyos, Aida, Daeng, Monik, Leona, Tasya , Ena, Ayu, Medi, dan Widya alias Jamet.
Nama terakhir itu lah yang membimbing Angie untuk bisa baca tulis Al Quran secara benar hingga dia mampu menghafalnya.
"Widya ngajarin banyak hafalan Al Quran karena dia anak pesantren. Dari dia aku belajar tajwid, iqro yang bener. Qho dari dalam. Itu dari Jamet (Widya)," aku Angie.
Dia menceritakan pengalaman yang tak terlupakan saat Widya menjadi imam Sholat Subuh dengan bacaan surat Ar Rahman sampai 78 ayat.
"KIta ini yang jamaahnya sampa begini-begini," kata Angie sambil menirukan gaya ngantuk.
Pelajaran berharga dari Widya ini lah yang akhirya membuat Angie kini mampu baca tulis Al Quran dengan baik.
"Makanya teman itu kita dapatkan di tempat yang sekalipun buruk," katanya.
Dan pelajaran ini pun dia amalkan kembali dengan melatih narapidana lain ibadah serta baca tulis Al Quran.
Dia bahkan meminta izin kalapas untuk menggelar sholat jamaah Maghrib dan Isya di dalam blok.
Setelah sholat Mahgrib, sambil menunggu Isya dia mengajak narapidana lain untuk hafalan surat pendek dan doa-doia pendek.
"Itu ganti-gantian. Mudah-mudahan bisan mengamalkan," katanya. (*)