GridHot.ID - Armand Wahyudi Hartono merupakan putra Robert Budi Hartanto, orang terkaya di Indonesia.
Berdasarkan data forbes real time net worth per Kamis (17/3/2022), kekayaan Robert Budi Hartono mencapai USD23,8 Miliar atau setara Rp340,6 triliun (kurs Rp14.312 per USD).
Robert Budi Hartono merupakan pemiik BCA dan Grup Djarum.
Melansir Tribun Medan, meski memiliki orang tua yang berlimpah harta, Armand Hartono menunjukkan hidup yang hemat, sederhana dan cukup.
Pria yang menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur BCA ini tidak suka bertingkah aneh-aneh.
Sehari-hari, Armand juga tidak boros dalam menggunakan uang dan fasilitas yang ia miliki.
"Saya selalu berusaha hemat. Mulai dari hal kecil seperti listrik, kita bisa saving. Nyalain AC sebentar saja," ujarnya.
"Kalau sudah dingin, begitu mau tidur, AC kita matikan. Kan yang paling penting pas mau tidur saja. Di tengah-tengah panas dikit, tidak apa-apalah," sambung Armand, melansir dari Kompas.
Menurut Armand Hartono, boros tidak ada manfaatnya.
Justru agar bisa sukses dan kaya, Armand lebih suka menghabiskan uangnya untuk menabung dan investasi.
Salah satu prinsip Armand adalah SRI (Simpanan, Riset dan Investasi).
Dikutip Gridhot.ID dari Intisari, Armand Hartono tak sendirian, keluarganya yakni Suster Lucy Agnes rupanya juga menjunjung tinggi hidup sederhana meski berasal dari keluarga terkaya di Indonesia.
Dari Alumnimaterdei.com, Suster Lucy Agnes adalah anak tunggal dari Paul dan Cecilia Darmoko yang merupakan pemilik restoran Ayam Bulungan.
Cecilia adalah saudara sepupu dari pemilik Djarum, Robert Budi Hartono.
Suster Lucy Agnes terlahir dengan nama Maria Donna Dewiyanti Darmoko.
Meskipun berasal dari keluarga orang paling tajir di Indonesia, Lucy Agnes ternyata memilih hidup sederhana dan melayani umat.
Yang paling membuat kagum adalah Lucy merupakan pengikut Ibu Teresa yang dikenal hanya memiliki dua set pakaian.
Menurut rekan-rekannya, Suster Lucy yang kuliah S2 di Amerika Serikat ini sangat setia menjalankan kaul kemiskinan dan menikmati kehidupannya.
Di Kalkuta, India, di mana ia pernah menjadi sekretaris pimpinan kongregasi Missionaris Claris, konon Lucy paling sedia jika harus mendampingi orang-orang yang sekarat.
Ia juga tanpa ragu dengan sabar dan kasih mau mencabuti belatung-belatung dari luka-luka membusuk di tubuh dan kepala pasien.
Suster Lucy mengaku mengalami pencerahan saat ia dan keluarganya berlibur ke Hong kong.
"Awalnya saya sangat terganggu saat melihat begitu banyak tunawisma di jalanan Hong Kong, yang meringkuk, sakit dan kotor."
"Insting emosional pertama saya adalah melarikan diri saat melihat mereka dan saya hampir muntah."
"Saat saya meninggalkan orang-orang ini, sesuatu membuat saya melambat, seolah-olah ada yang menyuruh saya kembali kepada mereka untuk melakukan sesuatu yang baik untuk orang-orang yang tidak beruntung itu," ujarnya.
Maria Donna memutuskan untuk masuk Kongregasi Misionaris Cinta Kasih dengan nama Suster Lucy Agnes.
Orang tuanya sangat menentang pilihan ini.
Sekarang dia bertugas di Timor Timur, salah satu negara paling miskin di Asia.
Luar biasa, bukan?
Sebagai anak yang berasal dari keluarga kaya, Maria Donna sempat merasakan sekolah di luar negeri.
SMA dan kuliah di Pert Australia, kemudian menyelesaikan jenjang master/magister (S2) di salah satu kampus di Chicago, Amerika Serikat.
Sifat sederhana Suster Lucy sudah terlihat sejak remaja.
"Saat masih SMA, kalau dibeli orangtuanya tas-tas mahal, dia enggak mau pake," kata kerabatnya
(*)