Gridhot.ID- Masjid Agung Solo, atau Masjid Agung Keraton Surakarta Hadiningrat, menjadi satu landmark Kota Solo yang wajib dikunjungi.
Ini adalah salah satu bangunan bersejarah di Solo yang bentuknya tak banyak berubah meski sudah melewati 4 abad berbeda.
Dikutip Gridhot.ID dari Kompas, sejarah Masjid Agung Surakarta tidak lepas dari pemindahan Keraton Kartasura ke Surakarta.
Masjid Agung Surakarta dibangun di bekas Masjid Agung Kartasura mulai tahun 1745 Masehi.
Pemindahan Keraton Kartasura ke Surakarta sendiri tidak lepas dari peristiwa Geger Pecinan di masa Pakubuwono II.
Karena adanya peristiwa tersebut, Keraton Kartasura dipindah pada pada 17 Februari 1745 Masehi dan dilakukan pembangunan ulang, dikutip dari Sistem Registrasi Cagar Budaya.
Dikutip Gridhot.ID dari Tribun Video, pembangunan Masjid Agung Keraton Surakarta dilaksanakan pada masa kepemimpinan Sunan Paku Buwono III, tepatnya pada tahun 1763.
Sejak awal didirikan masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat salat namun, juga sebagai pendukung segala keperluan kerajaan seperti grebeg dan festival sekaten.
Berdiri di atas tanah komplek seluas 19.190 meter persegi, Masjid Agung Surakarta juga memiliki tinggi sekitar 20.765 meter dan tampak menjulang apabila dilihat dari tepi alun-alun.
Dilansir dari situs cagarbudaya.kemdikbud. go.id Masjid Agung Keraton Surakarta memiliki beberapa bagian antara lain ruang utama yang di dalamnya terdapat mihrab atau ruangan bagi imam.
Di tempat lain terdapat sayap kembar atau pawestren di sebelah utara dan selatan, emper, tratag rambat dan kuncung bangunan.
Adapun luas bangunan dengan seluruh sisi bangunan adalah 3.081.7 meter persegi.
Di bagian atas terdapat tiga lapis mustaka atau mahkota dengan gaya yang biasa disebut dengan tajuk masji dan lambang teplok.
Perkembangan jamaah yang hadir dalam kegiatan keagamaan baik shalat lima waktu dan lainnya membuat pihak masjid melakukan renovasi bangunan.
Bangunan sayap Masjid Agung Keraton selalu dibangun mengingat bangunan dalam selalu membludak oleh jamaah.
Dari seluruh bangunan masjid memiliki fungsi yang berbeda antara lain sayap bangunan selatan yang disebut pawestren digunakan sebagai tempat ibadah jamaah perempuan.
Bangsal Pradangga digunakan sebagai tempat wudlu, sumur, dan juga terdapat beberapa kolam yang tertutup.
Pada bagian belakang komplek Masjid Agung Surakarta terdapat beberapa makam.(*)