Semua Barang Jemaah yang Hilang Pasti Diganti Balik, Ini Sejarah Masjid Jogokariyan yang Unik, Cikal Bakalnya Berawal dari Koperasi Batik

Kamis, 14 April 2022 | 14:42
Instagram/@masjidjogokariyan

Suasana depan Masjid Jogokariyan

GridHot.ID -Terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, siapa sangka, rupanya Masjid Jogokariyan memeliki sejumlah fakta unik yang jarang diketahui orang.

Dikutip Gridhot.ID dari Suar, selain karena kegiatan dakwahnya yang selalu ramai, ada beberapa hal unik terkait dengan Masjid Jogokariyan.

Baca Juga : Tunjukkan Solidaritas Pada Korban Pembantaian Masjid Christchruch, Wanita Selandia Baru Kompak Kenakan Hijab Pada Hari Jumat

Hal unik ini dijelaskan oleh Jayadi Amir Abu Nabil dalam status Facebook-nya, 3 Maret 2019 lalu.

KesohoranMasjid Jogokariyan semakin viral saat beberapa akun Instagram ikut memostingnya, salah satunya adalah akun @makassar_iinfo.

"Bagi jamaah yang kehilangan apa pun di masjid ini, baik sendal, sepeda, atau bahkan motor, maka pengurus masjid bertanggung jawab menggantinya dengan yang baru dengan merek yang sama," begitu Jayadi memulai statusnya.

Dia kemudian melanjutkan, bagi warga kampung yang muslim yang tidak pergi ke masjid akan didata.

Baca Juga : Tunjukkan Solidaritas Pada Korban Pembantaian Masjid Christchruch, Wanita Selandia Baru Kompak Kenakan Hijab Pada Hari Jumat

Instagram @masjidjogokariyan
Instagram @masjidjogokariyan

Jamaah salat tarawih masjid Jogokariyan.

Baca Juga : Cowok Jomblo Boleh Lega Hati, Cewek Cantik Ini Cari Pasangan Nobar Dilan 1991, Tapi Ada Syaratnya!

Dia akan didatangi rumahnya oleh pihak masjid untuk dicarikan solusi dalam hidupnya.

"Kalau miskin dituntaskan, kalau anaknya tidak mampu sekolah langsung diberi beasiswa, kalau rumahnya rusak langsung dibedah denga uang saldo masjid," tulisnya lagi.

Katanya, saldo masjid harus NOL RUPIAH setiap dilaporkan ke jamaah, tidak ada yang “menganggur”.

Baca Juga : Top! Bukan Cuma Melayat di Masjid Al Noor, Geng Black Power Juga Pernah Hadiri Kondangan Pernikahan

"Uang infak dan sedekah mesti langsung tersalurkan ke jamaah."

Tak hanya itu, dari keterangan Jayadi,Masjid Jogokariyan juga menyediakan penginapan gratis untuk para musafir yang tidak mampu bayar hotel, fasilitasnya bintang tiga.

"Gratis makan, bahkan kalau ada musafir kehabisan ongkos ke masjid ini saja, dijamin dikasi ongkos pulang."

Baca Juga : Pria Beristri Begal Payudara Dua Orang Gadis, Wajahnya Babak Belur Usai Ditangkap dan Digebuki Warga

Di masjid ini juga ada ATM beras.

"Yang tidak mampu beli beras ke masjid saja gesek ambil beras, yang sakit ada klinik masjid gratis, ada ngopi, ngeteh gratis tiap waktu."

Yang juga menarik, masjid ini buka 24 jam dan pintunya enggak boleh digembok.

Instagram @masjidjogokariyan
Instagram @masjidjogokariyan

Jamaah masjid Jogokariyan.

Semua persoalan jamaah masjid ini dikoordinasikan denga pengurus dan dicarikan solusinya.

Peran penting para pengrajin bantik setempat.

Baca Juga : Silent Kill, Kisah Tim Halilintar Kopassus Merayapi Sarang Ular Kobra Sebelum Diam-diam Sergap Markas Pemberontak

Pembangunan Masjid Jogokariyan tak bisa dipisahkan dari peran penting para pengrajin batik dan tenun yang ada di sekitar situ.

Mereka yang tergabung dalam kelompok Koperasi Batik “Karang Tunggal” dan Koperasi Tenun “Tri Jaya” di awal bulan Jui 1966 telah berhasil membeli tanah wakaf seluas 600 m2.

Tanah itulah yang kemudian menjadi cikal bakal pembangunan masjid.

Para pengusaha batik dan tenun itu sebagian besar adalah simpatisan partai politik MASYUMI dan pendukung kegiatan dakwah Muhammadiyah.

Sebelumnya, para pelopor pembangunan masjid berpikir bahwa masjid itu akan lebih baik apabila dibangun di tempat yang strategis.

Baca Juga : Remaja Dihukum Guling-guling di Sungai Pembuangan Air Kotor Usai Tawuran : Berantem Seenaknya Aja!

Persisnya di perempatan yang ada di tengah-tengah Kampung Jogokariyan.

Meski begitu, rencana ini sempat mau gagal, lantaran tanah yang ada di situ sudah dimiliki orang lain.

Tapi setelah melalukan beberapa diskusi, masjid akhirnya bisa didirikan di tempat yang direncanakan.

Baca Juga : Soeharto Usir Bung Karno Usai Turunnya Supersemar : Segera Tinggalkan Indonesia Atau Undurkan Diri Sebagai Presiden

Pada tanggal 20 September 1965, dilakukan peletakan batu pertama di tanah tersebut.

Dan pada Agustus 1967, persis berbarengan dengan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia, Masjid Jogokariyan diresmikan.

Bahkan, dikutip Gridhot.ID dari Kompas, di bulan Ramadhan tahun 2022 ini, Masjid Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, berkomitmen untuk mengganti semua barang jemaah yang hilang.

Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Muhammad Jazir mengatakan, pada Ramadan tahun ini telah mengganti sebanyak empat pasang sandal milik jemaah yang hilang.

Total harga keempat pasang sandal yang hilang mencapai Rp 3,5 juta rupiah.

"Program itu sudah lama sejak 2003, Ramadan kali ini sandal empat hilang. Ada sandal harganya Rp 1,25 juta jumlahnya ada dua lalu dua sandal lagi. Total sekitar Rp 3,5 juta kita memberi ganti," kata dia saat dihubungi, Kamis (7/4/2022).

Sumber dana yang digunakan mengganti sandal jemaah tidak diambil dari infaq Masjid, karena sudah ada peruntukannya.

Dana diambil dari Badan Usaha Milik Masjid (BUMM).

Masjid Jogokariyan sendiri memiliki beberapa BUMM seperti hotel dan home stay.

Baca Juga: Cocok Dikunjungi Saat Liburan ke Solo, Ini Sejarah Masjid Agung Surakarta yang Umurnya Lebih dari 4 Abad

"Kita punya hotel dan mengelola home stay," imbuh dia.

Pada Ramadan tahun ini, menurut Jazir, jumlah jemaah Masjid Jogokariyan mengalami peningkatan.

Hal itu terjadi karena belum banyak masjid yang menyelenggarakan kegiatan seperti Kampung Ramadan Jogokariyan (KRJ).

"Jadi sekarang orang buka puasa, karena belum semua masjid menyelenggarakan jadi sekarang tumpuan ke Jogokariyan," katanya.

Hal kedua yang membuat membeludaknya pengunjung adalah mulainya pembelajaran tatap muka (PTM) di tingkat perguruan tinggi.

"Mahasiswa juga mulai tatap muka, ini jadi banyak sekali mahasiswa dan mahasiswa baru yang baru pertama ke Yogyakarta kan pengin ngerti (Masjid) Jogokariyan. Jadi 60 persen pengunjung itu mahasiswa," pungkas dia.(*)

Editor : Dewi Lusmawati