Gridhot.ID - Indonesia memiliki pasukan militer mematikan yang sangat disegani dunia.
Dikutip Gridhot dari Intisari, pasukan tersebut adalah Komando Pasukan Khusus atau Kopassus.
Kopassus sendiri sudah berjasa mempertahankan negara dan juga melenyapkan musuh-musuh negara yang berpotensi membahayakan masyarakat.
Kini dikutip Gridhot dari Kompas.com, Korps Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat berusia 70 tahun pada hari ini, Sabtu (16 April 2022).
Sebagai sebuah pasukan khusus, Kopassus dituntut memiliki prajurit dengan kualifikasi tinggi.
Mereka diberi tugas untuk melakukan operasi khusus, perang hutan, perang non konvensional, kontra intelijen, pengintaian, serangan langsung, perang psikologi, hingga kontra terorisme.
Kopassus yang didirikan pada 1952 oleh Alex Evert Kawilarang dan Mochammad Idjon Djanbi mulanya bernama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Mereka mempunyai baret khas berwarna merah Kopassus juga pernah terlibat dalam sejumlah operasi militer di luar negeri.
Salah satunya adalah saat diminta oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menjaga perdamaian di Kongo pada 1962.
Ketika itu kondisi Kongo diliputi aksi kekerasan karena meletus pemberontakan.
Akhirnya, Indonesia mengirimkan tim Kopassus sebagai Kontingen Garuda III yang dipimpin Letjen Kemal Idris untuk bertugas sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian PBB.
Selama bertugas, Kontingen Garuda III bermarkas di kawasan Albertville, Kongo.
Supaya tugas berjalan lancar, pasukan Garuda III berbaur dengan warga setempat, seperti dikutip dari Tribunnews.
Di sela-sela tugas sebagai pasukan penjaga perdamaian, anggota Kopassus juga menjadi duta budaya dengan mengajarkan cara memasak makanan Indonesia.
Cara itu membuat hubungan antara pasukan Garuda III dan penduduk setempat sangat akrab. Selain itu, penduduk setempat merasa aman dengan pasukan Garuda III yang mengamankan daerah itu dari kelompok pemberontak.
Karena sudah terbina rasa percaya, maka penduduk setempat pun memberikan sejumlah informasi kepada pasukan Garuda III. Salah satunya tentang potensi serangan dari gerombolan pemberontak.
Prediksi itu terbukti.
Pada suatu saat kelompok pemberontak menyerang markas pasukan Garuda III.
Penyerbuan terjadi pada tengah malam ini. Pasukan pemberontak yang menyerang markas pasukan Garuda III diperkirakan mencapai 2.000 orang.
Sedangkan saat itu pasukan Garuda III yang berada di markas hanya 300 orang. Pasukan Garuda III memutuskan untuk bertahan.
Sejumlah prajurit terluka dalam baku tembak itu. Serangan berakhir menjelang subuh.
Pasukan Garuda III lantas menyiapkan strategi untuk melakukan serangan balik.
Sebanyak 30 anggota Kopassus pun dipilih menjadi tim pendahulu serangan ke pihak pemberontak.
Mereka mulai menyusuri wilayah menuju kawasan yang dikuasai kelompok pemberontak.
Mereka melakukan pergerakan dalam tiga kelompok dengan menyamar menjadi warga Kongo.
Tubuh mereka dilumuri arang sambil membawa sayuran atau ternak kambing dan sapi.
Setelah tiba di tepi sebuah danau saat matahari terbenam, pasukan Kopassus dalam regu itu beristirahat sambil menyusun strategi penyerangan.
Cara pasukan Kopassus menaklukkan kelompok pemberontak cukup cerdas.
Mereka menggunakan perang psikologi untuk membuat musuh gentar.
Operasi serangan digelar tepat pada tengah malam.
Para pasukan Kopassus membungkus diri menggunakan kain putih dan menaiki sejumlah perahu berwarna hitam.
Kain putih yang dikenakan para pasukan Kopassus berkibar terkena embusan angin malam.
Selain itu, mereka juga melumuri tubuh dengan bawang putih untuk menambah kesan angker.
Ternyata para pasukan Kopassus itu menyamar menjadi hantu untuk menundukan pasukan pemberontak.
Sebab, para milisi itu rupanya sangat percaya takhayul dan hal-hal bersifat gaib seperti hantu.
Taktik itu yang digunakan anggota Kopassus untuk menaklukkan para pemberontak.
Hal itu terbukti saat anggota Kopassus yang menyamar menjadi 'hantu putih' mendekat menerobos pintu masuk kamp pemberontak.
Para milisi pun tak bisa berkutik karena ketakutan sebab mengira melihat hantu.
Padahal para pemberontak memiliki senjata lengkap. Pasukan Kopassus lantas menguasai markas pemberontak dalam 30 menit. Sekitar 3000 pemberontak menyerah.
Operasi jitu yang dilakukan Kontingen Garuda III membuat Panglima Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Kongo saat itu, Letjen Kadebe Ngeso, kagum.
Kisah keberhasilan 30 pasukan Kopassus yang tergabung dalam Kontingan Garuda III membuat warga Kongo kagum. Bahkan warga setempat menjuluki pasukan "hantu putih" ini dengan Les Spiritesses.
(*)