Sekutu Rusia Rapatkan Barisan, Padahal Perang Ukraina Belum Juga Selesai, Ancaman Baru dari Afghanistan Bikin Ketakutan

Rabu, 18 Mei 2022 | 09:42
YouTube

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko

Gridhot.ID-Perang Rusia Ukraina hingga kini masih terus membuat geger beberapa negara barat dan Eropa.

Dikutip Gridhot dari Kontan, Amerika Serikat bahkan terus menyuplai senjata perang ke Ukraina agar bisa melumat pasukan Vladimir Putin.

Peperangan Rusia dan Ukraina belum ada tanda-tanda akan segera berhenti.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Ukraina bahkan dilaporkan sampai membuat beberapa wilayahnya banjir bandang agar Rusia tidak bisa meneruskan invasinya.

Dikutip dari Intisari, sekutu Rusia berpendapat jika Barat sedang mengobarkan perang tanpa perlu mengangkat senjata. Kok bisa?

Pada Senin, pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa Barat telah mengobarkan perang hibrida penuh melawan Belarus dan Rusia.

"Tatanan dunia unipolar menjadi sesuatu dari masa lalu, namun Barat kolektif mengobarkan perang agresif untuk mempertahankan posisinya," kata presiden Belarusia, berbicara pada pembukaan pertemuan puncak CSTO, melansir TASS, Senin (16/5/2022).

"Itu menggunakan segala cara, termasuk di zona tanggung jawab organisasi kami - mulai dari mengancam penggunaan senjata NATO di sepanjang perbatasan barat kami hingga mengobarkan perang hibrida penuh, terutama melawan Rusia dan Belarusia," katanya.

Menurut presiden Belarusia, pertemuan para pemimpin CSTO saat ini sedang diadakan di masa sulit dari pembagian ulang dunia ketika NATO "secara agresif membangun kekuatannya," berusaha untuk memasukkan negara-negara netral dan bertindak di bawah prinsip Anda-bersama-kami-atau-melawan-kami dan "dengan munafik terus menyatakan sifat defensifnya".

Baca Juga: Kondisi Kesehatannya Memburuk Parah, Vladimir Putin Disebut Sedang Berusaha Ditendang dari Kursi Kekuasaannya, Kepala Intelijen Ukraina Yakin Akhir Tahun Perang Bakal Berakhir

"Posisi Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang benar-benar defensif dan damai sangat kontras dengan latar belakang ini," tegasnya.

"Jelas bahwa tidak ada satu negara pun yang menjadi ancaman bagi blok Atlantik Utara."

Lukashenko mencatat bahwa partisipasi Belarus di Uni dengan Rusia dan di CSTO telah menyadarkan lawan potensialnya di Barat.

"Kalau tidak, saya khawatir perang panas akan meletus di Belarus. Omong-omong, mereka mencoba melakukannya pada tahun 2020," tambahnya.

Negara-negara Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) sendiri melakukan pertemuan yang berlangsung di Moskow pada hari Senin.

Melansir TASS, Senin (16/5/2022), menurut materi yang disiapkan untuk acara tersebut oleh Kremlin, para pemimpin negara-negara dalam CSTO akan membahas kerja sama militer dan biosekuriti yang lebih dalam selama KTT untuk menandai peringatan 30 tahun organisasi tersebut.

Negara-negara tersebut berencana "untuk membahas kerja sama militer yang lebih dalam dan interaksi yang lebih efisien pada seluruh rentang tantangan dan ancaman saat ini dan baru, termasuk yang berasal dari Afghanistan", menurut Kremlin.

Mereka juga akan fokus pada masalah biosekuriti.

Para pemimpin sebelumnya dilaporkan berencana untuk fokus pada peningkatan sistem keamanan kolektif mereka, potensi pemeliharaan perdamaian, dan mekanisme tanggapan cepat terhadap krisis, dengan memperhatikan pengalaman yang diperoleh organisasi tersebut selama operasi pemeliharaan perdamaiannya di Kazakhstan.

Baca Juga: Dirancang untuk Hancurkan Bom hingga Pesawat Tempur, Sistem Rudal IRIS-T SLM Bakal Jadi Andalan Ukraina Menantang Rusia, Tinggal Tunggu Jerman Memasoknya

CSTO adalah organisasi keamanan pasca-Soviet, yang saat ini menyatukan enam negara: Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, Rusia, dan Tajikistan.

Perjanjian untuk mendirikan organisasi ditandatangani oleh para pemimpin Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, Rusia, Tajikistan, dan Uzbekistan pada 15 Mei 1992 (Uzbekistan meninggalkan CSTO pada 2012).

Azerbaijan, Georgia dan Belarus bergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 1993.

Sementara Azerbaijan dan Georgia keluar pada tahun 1999.(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber intisari, kompas, kontan