GridHot.ID - Pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) seperti Benny Wenda mendapat kecaman dari komandan KKB wilayah Nduga Egianus Kogoya.
Melansir Tribun-Papua.com, Egianus Kogoya menyebut pentolan OPM yang hidup di luar negeri hanya mengambil keuntungan atas perang yang dilakukan KKB.
"Saudara Benny Wenda, tahukah kalian bagaimana perjuangan di Tanah Papua? Saudara Sebby Sambom, apakah kalian rasakan bagaimana susahnya para pejuang kemerdekaan di Papua?" ujar Egianus Kogoya dalam video yang menyebar di dunia maya.
"Kalian enak tinggal di luar sana, tapi kami di sini, siang malam berperang untuk Papua merdeka," lanjutnya.
Egianus Kogoya yang murka lantas melontarkan pertanyaan pedas yang ditujukan kepada para pentolan OPM.
"Pernahkah kalian merencanakan bagaimana merekrut anak-anak untuk jadi anggota supaya berperang?" tanya Kogoya.
"Pernahkah kalian pikirkan bagaimana anak-anak Papua bisa sekolah, supaya nantinya mereka bisa membangun Papua?" lanjutnya.
Profil Pentolan OPM Benny Wenda
Melansir Surya.co.id, Benny Wenda adalah petinggi Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang lahir di Lembah Baliem tepat pada HUT Republik Indonesia 1974.
Wenda kemudian menjadi antipati dengan pemerintah Indonesia setelah dirinya mengklaim jika ada serangan udara yang membuat keluarganya menjadi korban.
Dirinya juga mengklaim akibat serangan udara itu kakinya putus satu.
Maka setelah rezim Soeharto tumbang, Wenda lantas angkat senjata meminta papua merdeka walaupun keluarganya sendiri memilih bergabung dengan NKRI
Ia melakukan lobi-lobi kepada pemerintahan Indonesia.
Pada pemerintahan Megawati, usaha lobi Wenda sebenarnya berhasil yakni menjadikan papua sebagai daerah otonomi khusus.
Namun rupanya Wenda masih kurang puas dan menuntut lagi kemerdekaan papua.
Aparat keamanan Indonesia yang tak bisa lagi mentolerir aksi Wenda lantas menangkap sang pentolan OPM pada tahun 2001 karena dianggap mengacaukan keamanan.
Wenda kemudian ditahan di Jayapura pada6 Juni 2002.
Akan tetapi, Wenda berhasil kabur dari penjara pada 27 Oktober 2002.
Dibantu simpatisan OPM, Wenda diselundupkan ke Papua Nugini.
Wenda kemudian ngacir ke Inggris bersama LSM Eropa setelah mendapat suaka politik.
Sampai saat ini Wenda hidup aman dan nyaman di bawah perlindungan dan pengawasan negeri Ratu Elizabeth II.
Di Inggris, ia hanya bisa menyuarakan kemerdekaan Papua lewat media massa dan media sosial.
Sedangkan anak buahnya harus keluar masuk rimba, tidur di hutan, kekurangan makanan, dan harus menyabung nyawa, berperang dengan aparat keamanan Indonesia.
Benny Wenda diketahui tinggal di Oxford, Inggris.
Benny bahkan mendapat penghargaan dari Dewan Kota Oxford.
Pemerintah Indonesia tentu mengecam pemberian penghargaan kepada Benny.
Melalui Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa Dewan Kota Oxford tak memahami rekam jejak Benny yang terlibat dalam permasalahan separatisme di Papua.
Padahal, pemerintah menyatakan, saat ini Papua telah mengalami kemajuan di bidang pembangunan.
Dalam wawancara kepada Majalah Tempo, Benny Wenda mengaku telah mengeluarkan surat edaran yang berisi instruksi agar rakyat Papua tak mengikuti upacara kemerdekaan.
Akan tetapi, Benny menyatakan bahwa aksi demonstrasi yang kemudian disertai kerusuhan di Papua dan Papua Barat dianggap sebagai spontanitas masyarakat di sana.
"Saya memang mengeluarkan surat edaran beberapa pekan sebelum selebrasi kemerdekaan Indonesia. Isinya menyerukan kepada rakyat Papua supaya tidak ikut upacara," ucap Benny.
"Tapi aksi di Surabaya yang merembet ke Papua itu spontanitas saja. Rakyat Papua yang bergerak," ujar dia.
Kepada Majalah Tempo, Benny juga mengkritik kebijakan Presiden Joko Widodo soal Papua yang masih menggunakan pendekatan militer.
Dia memuji presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang melakukan pendekatan kemanusiaan.
Cara yang dilakukan Gus Dur antara lain mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua dan membolehkan pengibaran bendera Bintang Kejora selama bersanding dengan bendera Merah Putih.
"Hanya Gus Dur yang berani membela Papua. Dia juga menyebutkan Bintang Kejora sebagai lambang budaya kami," ujar Benny Wenda.
(*)