GridHot.ID - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua masih eksis hingga sekarang.
Aparat TNI-Polri sudah melakukan sejumlah cara untuk menghentikan aksi separatis mereka. Namun, KKB Papua tetap saja melancarkan aksinya.
Mereka seolah selalu menemukan celah untuk melancarkan teror dan serangan.
Hal itu tentu saja akan menjadi pekerjaan yang panjang untuk aparat keamanan.
Dilansir dari Kompas.com, tim gabungan TNI-Polri yang bertugas menangani situasi keamanan di wilayah Papua awalnya dikenal denganSatgas Nemangkawi.
Namun di tahun ini, namanya kemudian diganti menjadi operasi Damai Cartenz 2022.
Perbedaannya adalah operasi ini akan mengutamakan cara persuasif dan preventif untuk mengatasi KKB Papua.
Operasi Damai Cartenz 2022 mengedepankan tiga fungsi, yaitu fungsi intelijen, fungsi pembinaan masyarakat (binmas), dan fungsi humas.
Dilansir dari Pos Kupang, KKB Papua dan aparat TNI-Polri pernah bertemu di rumah duka.
Saat itu, seoarang tokoh Papua yang meninggal dunia.
Tokoh Papua itu telah berusia uzur dan selama ini menetap di pedalaman.
Hari pemakaman pun tiba. Namun anehnya, keluarga tak langsung mengebumikan tokoh terpandang itu.
Keluarga masih mengulur-ulur waktu pemakaman dengan pelbagai alasan, entah kenapa.
Ujung-ujungnya terungkap bahwa ditundanya waktu pemakaman, lantaran menunggu putranya yang masih dalam perjalanan.
Dari video yang viral di jagad maya, disebutkan bahwa anak lelaki dari mendiang, sedang dalam perjalanan pulang ke rumah duka. Hanya saja tak disebutkan dari mana sang putra itu datang, dan berada di mana ia selama ini.
Tak disebutkan pula apa kerjanya, sampai-sampai ia harus rela meninggalkan kampung halamannya dan tak pernah kembali untuk menjenguk sang ayah yang sakit keras.
Belakangan terungkap bahwa pria yang dinantikan itu adalah seorang anggota aktif KKB di Papua.
Meski tak disebutkan namanya, namun dari video itu tampak jelas betapa lelaki itu adalah petempur hebat KKB.
Bahkan karena kehebatannya itulah, sosok tersebut menjadi sangat disegani di kalangan KKB.
Mungkin karena itu, sehingga ketika sang petempur hebat itu mengalami kedukaan, ayahnya berpulang ke rahmatullah, sesama anggota KKB pun buru-buru datang ke rumah duka.
Para anggota KKB itu datang untuk satu tujuan, yakni memberikan penghormatan terakhir kepada sosok tersebut.
Sementara pria yang disebut sebagai petempur hebat itu sedang dalam perjalanan untuk pulang dan menghantar ayahnya ke tempat peristirahan kekal.
Lantaran yang didatangi adalah rumah duka, sehingga anggota KKB itu umumnya menanggalkan semua atribut tempurnya.
Mereka tak membawa satu pun peralatan senjata api yang biasanya dibawa ke mana pun kaki melangkah.
Mereka juga berperilaku layaknya warga sipil yang lai, walaupun mereka tahu kalau di rumah duka itu ada aparat TNI-Polri.
Sementara bagi prajurit TNI-Polri, meski tahu keberadaan anggota KKB, namun tetap bersikap biasa saja.
Prajurit TNI-Polri itu senantiasa membaur dalam rasa duka yang mendalam, atas meninggalnya sosok tersebut.
Bahkan di rumah duka itu, prajurit TNI-Polri duduk berdekatan dengan para pria KKB.
Sesekali terlihat mereka beradu pandang, meski cita rasanya berbeda antara satu sama lain.
Kendati kedukaan itu menyatukan berbagai rasa, tetapi gestur tubuh anggota KKB itu, beda dengan warga sipil lainnya.
Matanya jelalatan, sangat liar. Sementara gerakan tubuhnya seakan melampaui rasa waspada.
Tatapannya seolah hendak memangsai lawan, yang dalam hal ini adalah aparat TNI-Polri.
Mungkin karena hati telah buta oleh dendam kesumat, sehingga ketika aparat TNI-Polri beranjak pulang dari rumah duka, KKB pun buru-buru mengikutinya.
Entah dengan maksud apa anggota KKB tersebut bergegas meninggalkan rumah duka. Namun sinyal kejahatannya, telah ditangkap oleh aparat TNI-Polri.
Lantaran tahu akan adanya bahaya, para prajurit TNI pun mulai merancang skenario untuk membuktikan benar tidaknya dugaan tersebut.
Makanya, saat meninggalkan kampung itu, langkah kaki aparat TNI-Polri pun dipercepat.
Dan, setelah berada jauh dari pemukiman penduduk, prajurit TNI-Polri tersebut coba-coba menengok ke belakang.
Tak dinyana, dari belakang di jalur jalan yang sama, tampak beberapa orang dengan langkah kaki yang terburu-buru.
Dengan membawa senjata, anggota KKB itu sepertinya sedang mengejar sesuatu atau tepatnya membuntuti orang yang berada di depannya.
Melihat itu, prajurit TNI pun mulai pasang siasat. Sebab sepertinya ada bahaya yang menguntit dari belakang.
Dari satu regu personal TNI-Polri, beberapa di antaranya langsung berpencar dengan cara masuk ke dalam hutan. Sementara yang lainnya melanjutkan perjalanan.
Detik demi detik berlalu dengan cepat, hingga akhirnya terlihat sebuah momen yang tak disangka-sangka.
Para pria KKB itu memberi sinyal untuk adu kekuatan. Sementara prajurit TNI tak merespon hal tersebut.
Ketika KKB bermaksud mengejar untuk menghabisi para prajurit, mereka justru mendapatkan perlakuan yang mengejutkan.
Anggota KKB itu tiba-tiba dilempari dari belakang, sehingga kelompok pengacau tersebut terpancing dan balik mengejar sang pelempar.
Tak dinyana, KKB justeru terjebak dalam siasat TNI-Polri, karena mereka telah masuk dalam perangkap.
Tak diketahui apa yang terjadi di balik rimbunnya pepohonan di tengah hutan itu.
Tak diketahui pula, apakah ada insiden mengerikan di balik hutan belantara tersebut.
Sebab tak terdengar rentetan bunyi tembakan sebagaimana yang dilakukan KKB selama ini.
Tapi tak lama berselang, beberapa prajurit TNI-Polri keluar dari balik pepohonan dengan pakaian yang agak belepotan.
Terlihat mereka saling menepuk bahu antara satu sama lain, entah apa maksudnya.
Tapi sejak itu, tak terlihat lagi sosok KKB yang membuntuti perjalanan anggota TNI-Polri saat pulang ke Pos Keamanan.
Tak terdengar lagi pekikan khas Papua, jika KKB memenangkan 'pertandingan' di wilayah tersebut.
Mungkin ini sebagai tanda kalau awak KKB itu telah tidur panjang, selamanya.
(*)