GridHot.ID - KKB Papua hingga kini masih sering melakukan serangkaian kekejaman terhadap masyarakat sipil.
Melansir posbelitung.co, kekejaman KKB Papua sudah kelewat batas.
Dalam membantai korbannya, KKB Papua tak pilih-pilih orang.
Tidak hanya aparat, balita, guru, tenaga kesehatan pun tega dibantainya secara sadis.
Dan hingga kini KKB Papua masih terus menteror masyarakat dan aparat yang berjaga di sana.
Sementara itu, dilansir dari Surya.co.id, pihak KKB Papua baru-baru ini kena skakmat dari salah satu tokoh adat di Kabupaten Jayapura, Yanto Eluay.
Yanto mengatan secara dejure, soal Papua sudah final di 1969.
Dikatakan, pada 1 Mei 1969 telah diputuskan dalam Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), serta dicatat oleh PBB dan Pemerintah Republik Indonesia soal Papua.
Menurut Yanto, apa yang diperjuangkan Petisi Rakyat Papua (PRP) soal referendum itu sama dengan tidak memahami sejarah Papua dengan baik.
"Semua itu telah diputuskan oleh para tokoh Papua yang mewakili masyarakat adat sebagai anggota dewan musyawarah Pepera di tahun 1969 dan menyerahkan masyarakat serta wilayah adat meraka di Papua menjadi wilayah kedaulatan negara Indonesia," kata Yanto kepada Tribun-Papua.com, di Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (2/6/2022).
Seperti dilansir dari Tribun Papua dalam artikel 'Yanto Eluay: Status Politik Papua di NKRI Sudah Final, Jangan Buat Gerakan Tambahan!'.
Yanto yang merupakan anak dari mantan ketua Presidium Dewan Papua, Dortheys Hiyo Eluay memegaskan, siapapun dia tidak tidak dapat mengubah semuanya.
"Saya tegaskan, yang mempunyai kewenangan untuk berbicara status politik Papua adalah tokoh adat karena merekalah sebagai pemilik hak wilayah dan masyarakat adat di Papua,” tegas Yanto.
Yanto juga sempat menyinggung gerakan-gerakan Papua Merdeka seperti OPM dan KKB Papua.
“Saya sampaikan ini supaya jelas. Jadi siapapun dia yang masih membuat gerakan-gerakan Papua merdeka dan mau melepaskan Papua dari NKRI maka saya minta, kalau sebagai anak adat, tolong hargai apa yang telah dilakukan tokoh-tokoh adat pada 1969 silam.”
"Tidak boleh ada aksi di wilayah adat kami di Kabupaten Jayapura, dan bagi mahasiswa, intelektual, LMS, TPNPB OPM, dan lain sebagainya yang tidak mempunyai kapasitas adat, saya minta hentikan aksi-aksi tersebut, sebab kalian harus tau sejarah bahwa status Papua didalam NKRI sudah final," pungkasnya.
Kecam Keberingasan KKB Papua
Sebelumnya, Yanto Eluay juga pernah mengecam keberingasan KKB Papua.
Yanto dengan tegas menyebut aksi keji Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Puncak, telah mencoreng wajah masyarakat adat Papua.
Seperti diketahui, KKB Papua melakukan serangkai kekejaman terhadap masyarakat dengan membunuh dua guru, seorang tukang ojek, seorang siswa SMA di Kabupaten Puncak, Papua.
Yanto mengatakan kekejaman yang dilakukan KKB Papua tersebut melanggar norma adat dan mencoreng wajah adat.
“Menyikapi beberapa peristiwa yang terjadi saat ini di Kabupaten Puncak, kami sangat menyesalinya.
Kami masyarakat Papua adalah masyarakat adat sehingga apa yang dilakukan oleh pelaku dalam hal ini KKB Papua merupakan pelanggaran terhadap adat," kata Yanto dalam keterang saat ditemui di kediamannya, Sentani, Jumat (16/4/2021).
Seperti dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'Yanto Eluay: Ulah KKB Mencoreng Wajah Masyarakat Adat Papua'
Yanto Eluay menegaskan, kepada para KKB Papua yang melakukan gangguan keamanan di Kabupaten Puncak untuk segera menghentikan aksi yang tidak berperikemanusiaan tersebut.
“Kami minta untuk KKB Papua segera hentikan segala perbuatan yang telah mengakibatkan jatuhnya korban dan hilangnya nyawa tak berdosa.
Perbuatan KKB Papua sangat mencemari dan mencoreng wajah kami masyarakat adat Papua," kata Yanto Eluay.
Selaku tokoh adat, ia menegaskan mendukung penuh upaya aparat keamanan TNI-Polri menciptakan rasa aman dan harmonis di tanah Papua.(*)