Gridhot.ID - Kisah anak-anak yang membanggakan orang tua mereka selalu menarik untuk disimak.
Dikutip Gridhot dari Tribunstyle sebelumnya, seorang pemuda di Boyolali sempat viral karena jadi rebutan tujuh kampus luar negeri pada Mei 2022 lalu.
Ardian Hafidz Annafi yang merupakan anak seorang kuli bangunan ini membuktikan kalau apapun bisa diraih dengan usaha luar biasa.
Kini adalagi kisah serupa muncul di salah satu sudut Indonesia.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Rifky Bujana, siswa SMAN 28 Jakarta tak berani bermimpi untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri.
Meski begitu, ia memiliki semangat besar untuk meraih satu mimpi, yakni meringankan beban orangtua.
Belajar dan berupaya menggapai prestasi menjadi salah satu upaya Rifky untuk meringankan beban ayahnya yang bekerja sebagai driver ojek online (ojol).
Selama masa pendidikannya, Rifky memanfaatkan bantuan Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang diterima sebagai siswa kurang mampu untuk membeli peralatan sekolah seperti seragam, buku, dan lain-lain.
Ia berharap, sang ayah dapat mengalokasikan pendapatannya, tak hanya untuk uang pendidikan Rifky namun juga kebutuhan sehari-hari.
Selama bersekolah di SMAN 28 Jakarta, Rifky pun menjadi siswa berprestasi.
Berbagai prestasi yang diperoleh Rifky selama duduk di bangku SMA adalah Medali Emas di Kompetisi Robot Nusantara (KRON) Tahun 2019 kategori Creative, Juara 2 Thamrin Olympiad and Cup Kategori Robotic Competition, Juara 1 Animasi VI Robotic Competition 2020, Runner Up Gameloft Student Gameday Competition, dan Silver Medal KoPSI 2021 Kategori FTR (Fisika Terapan dan Rekayasa).
Dengan "bekal" prestasi yang telah didapatnya, Rifky memberanikan diri untuk mendaftar Beasiswa Indonesia Maju (BIM) yang dibuka pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Kehadiran beasiswa BIM memberi harapan kepada Rifky untuk berani bermimpi lanjutkan kuliah ke luar negeri.
Sebab, BIM terbuka bagi semua lulusan berprestasi yang berkeinginan melanjutkan studi di perguruan tinggi impian baik di dalam maupun luar negeri.
Saat mendaftar BIM, Rifky berkeinginan untuk melanjutkan kuliah di tiga besar kampus terbaik di Kanada, yakni University of British Columbia (UBC).
Terkadang, ia bersenda gurau bersama temannya yang juga mempunyai mimpi untuk sama-sama kuliah di UBC.
Informasi BIM ini pun diperolehnya dua minggu sebelum penutupan sehingga persiapan yang dilakukannya sangat singkat.
Rifky meminta bantuan berupa bimbingan dan dukungan orang di sekitarnya agar persiapan lebih maksimal.
Persiapan IELTS, wawancara, dan esai berhasil diselesaikannya dalam kurun waktu dua minggu.
Remaja asal Jakarta ini sempat merasa tidak percaya diri karena nilai rata-rata rapor yang tidak terlalu tinggi.
Namun, Rifky berusaha untuk menulis esai yang terbaik, memberikan informasi mengenai prestasi-prestasi yang telah diraihnya, dan juga keinginan besar untuk menambah prestasi.
Berbagai kendala juga berhasil diatasinya berkat bantuan, motivasi, dan dukungan dari teman, guru, dan orangtuanya.
Berkat perjuangannya dalam meraih prestasi dan dukungan sekolah serta keluarga, Rifky dinyatakan lolos untuk melanjutkan kuliah di Kanada.
Pesan juga disampaikan oleh Rifky di akhir wawancara.
“Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin suatu saat kita gagal dalam mencapai sesuatu, namun pasti ada saatnya kita mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik, yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya," tuturnya dilansir dari laman Pusat Prestasi Nasional Kemendikbud Ristek.
(*)