Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Ketua RT 05/RW 01 Komplek Polri Duren Tiga, Seno Sukarto (84) sempat mengira suara petasan saat insiden baku tembak terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Bukan tanpa alasan, Seno mengatakan warga biasa menyalakan petasan saat hari raya.
Dilansir dari TribunJakarta pada 14 Juli 2022, selain itu, Seno juga menuturkan sekuriti di pos jaga melihat orang-orang yang diduga anggota polisi mulai mendatangi rumah dinas Kadiv Propam Polri.
Insiden baku tembak antara Bharada E dan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J itu berlangsung di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 17.00 WIB.
"Kalau saya ditanya suara letusan itu, itu suaranya seperti petasan. Sedangkan pada saat itu kan menjelang Idul Adha dan di sini biasanya menjelang Idul Adha, tahun baru, itu biasanya membunyikan kembang api," kata Seno di kediamannya, Rabu (13/7/2022).
Rumah dinas Ferdy Sambo dan kediaman Seno berjarak sekitar 300 meter.
Selain dirinya, Seno mengaku warga sekitar juga mengira letusan tersebut merupakan suara petasan.
Seno pun akhirnya bertanya kepada sekuriti yang berjaga pada saat insiden baku tembak tang menewaskan Brigadir J itu terjadi.
"Waktu itu saya tanya sama satpam yang jaga di sana, 'kamu mendengar?'. 'Mendengar Pak, tapi ya saya kira petasan juga'. Itu lah yang masalah letusan," ucap Seno.
Satpam tersebut kemudian bertanya tentang peristiwa yang sebenarnya terjadi.
Namun, kata Seno, orang-orang yang ada di rumah dinas Ferdy Sambo mengatakan tidak terjadi apa-apa.
"Satpam mulai bertanya-tanya kok yang datang itu makin lama makin banyak ke rumah itu. Ditanya lah sama satpam, 'ada apa? Nggak ada apa-apa'," ucap Seno.
Sebelumnya, Brigadir J tewas dalam baku tembak dengan rekannya sesama polisi, Bharada E, di rumah dinas Kadiv Propam di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 17.00.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto mengungkapkan, baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam dipicu pelecehan seksual yang dilakukan oleh Brigadir J terhadap istri Ferdy Sambo.
Ketika itu disebutkan bahwa istri Ferdy Sambo baru saja pulang dari perjalanan luar kota dan sedang menjalani isolasi mandiri sambil menunggu hasil tes PCR.
Istri Kadiv Propam itu kemudian beristirahat di kamar pribadinya yang berada di lantai dasar.
"Setelah berada di kamar, sambil menunggu karena lelah mungkin pulang dari luar kota, ibu (istri Ferdy Sambo) sempat tertidur," ujar Budhi, Selasa (12/7/2022).
Secara tiba-tiba, jelas Budhi, Brigadir J masuk ke kamar istri Ferdy Sambo dan melakukan pelecehan seksual.
"Tiba-tiba Brigadir J masuk dan kemudian melakukan pelecehan terhadap ibu," terang Kapolres.
Budhi menuturkan, istri Ferdy Sambo terkejut dengan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J.
Istri Ferdy Sambo lalu berteriak meminta tolong. Teriakan itu membuat Brigadir J panik.
"Saudara J membalas 'diam kamu!' sambil mengeluarkan senjata yang ada di pinggang dan menodongkan kd ibu Kadiv," ucap Budhi.
Bharada E dan seorang saksi berinisial K yang sedang berada di lantai 2 bergegas turun tangga mendengar teriakan meminta tolong.
"Baru separuh tangga, kemudian melihat saudara J keluar dari kamar tersebut. Saudara RE menanyakan ada apa, bukan dijawab tapi dilakukan dengan penembakan," kata Budhi.
Setelahnya, baku tembak antara Bharada E dan Brigadir J tak terelakkan.
Dalam baku tembak di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, Bharada E menggunakan senjata jenis Glock yang berisi 17 butir peluru.
"Kami menemukan di TKP bahwa barang bukti yang kami temukan tersisa dalam magasin tersebut 12 peluru. Artinya ada 5 peluru yang dimuntahkan atau ditembakan," ungkap Budhi.
Sementara itu, Brigadir J menggunakan senjata jenis HS 9 berisi 16 butir peluru.
Ia disebutkan melepaskan 7 tembakan ke arah Bharada E.
Namun, dari 7 tembakan yang ditembakan, tak ada satu peluru pun yang mengenai Bharada E.
Sebaliknya, Brigadir J menderita 7 luka tembak dari 5 tembakan yang dilepaskan Bharada E.
Satu tembakan di antaranya bersarang di dada Brigadir J.
"Dari 5 tembakan yang dikeluarkan Bharada RE tadi, disampaikan ada 7 luka tembak masuk. Satu proyektil bersarang di dada," ujar Budhi.
Belakangan diketahui bahwa Bharada E masuk dalam tim penembak nomor satu di Resimen Pelopor.
"Sebagai gambaran informasi, kami juga melakukan interogasi terhadap komandan Bharada RE bahwa Bharada RE ini sebagai pelatih vertical rescue, dan di Resimen Pelopor dia sebagai tim penembak nomor satu kelas satu di Resimen Pelopor," ungkap Budhi.
Polisi menyatakan belum menemukan alat bukti untuk meningkatkan status Bharada E menjadi tersangka.
Dikutip dari Tribunnews pada 14 Juli 2022, Kombes Budhi mengatakan, hingga kini Bharada E masih berstatus sebagai saksi.
"Perlu kami sampaikan bahwa yang bersangkutan sebagai saksi," kata Budhi.
Budhi menjelaskan, penyidik belum menemukan alat bukti untuk meningkatkan status Bharada E menjadi tersangka.
"Sampai saat ini kami belum menemukan satu alat bukti pun yang mendukung untuk meningkatkan statusnya sebagai tersangka," ujar dia.
Sementara itu, istri Ferdy Sambo telah menjalani pemulihan trauma atau trauma healing setelah peristiwa baku tembak di rumah dinasnya.
Dalam hal ini, Polres Metro Jakarta Selatan menunjuk psikolog Novita Tandry untuk memberikan trauma healing kepada istri Ferdy Sambo.
Sebelum aksi baku tembak, istri Ferdy Sambo diduga sempat mengalami pelecehan seksual oleh Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J yang merupakan sopir dinasnya.
Novita menyebut istri Ferdy Sambo masih trauma seusai peristiwa baku tembak dan pelecehan yang dialaminya.
"Beliau sangat syok ya, goncangan pastinya. Memang dalam proses pendampingan," kata Novita dalam keterangannya, Rabu (13/7/2022).
Bahkan, sambung Novita, istri Ferdy Sambo mengalami gangguan traumatis dan terus menangis.
"Yang pasti, beliau sekarang mengalami gangguan traumatis karena langsung berada saat kejadian itu terjadi. Sangat syok dan terus-menerus menangis, keadaannya secara mental psikologis memang sangat butuh pendampingan dari ahlinya atau psikolog," ungkap Novita.
Selain memberikan pendampingan kepada istri Ferdy Sambo, Novita mengaku juga mengawasi anak dari jenderal bintang dua itu.
Ia mengungkapkan, Irjen Ferdy Sambo dan istri memiliki tiga orang anak. Satu di antaranya masih berusia 1,5 tahun.
"Tidak lepas juga anak-anak, karena bagaimana pun walau yang pertama sudah dewasa, 17 tahun, 15 tahun dan 1,5 tahun. Itu semuanya saya dampingi," ujarnya.
(*)