Dituduh KKB Papua Jadi Mata-mata, Pendeta Turut Jadi Korban Pembantaian, Egianus Kogoya Klaim Bertanggung Jawab Atas Insiden Berdarah di Nduga: Mereka Mengambil Gambar Kami!

Selasa, 19 Juli 2022 | 15:42
IST

Pimpinan KKB Papua, Egianus Kogoya

Gridhot.ID - KKB Papua mengaku bertanggung jawab atas penembakan 10 warga sipil di Papua pada Sabtu (16/7/2022).

Diberitakan sebelumnya, 10 warga sipil di Kampung Nogoliat, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua, tewas setelah diserang KKB Papua.

Selain 10 korban tewas, dalam kejadian itu terdapat 2 orang yang mengalami luka.

Mengutip Kompas.com, KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya diduga jadi pelaku pembantaian warga sipil di Nduga.

"Kami sangat yakin ini kelompok Egianus," kata Direskrimum Polda Papua Kombes Faizal Ramadhani, di Jayapura, Sabtu (16/7/2022).

Faizal mengatakan, sebagian korban tewas mengalami luka tembak dan sebagian lagi luka akibat senjata tajam.

"Salah satu korban yang tewas adalah seorang pendeta, yaitu Eliaser Baner," ungkapnya.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan KKB Papua pada Senin (18/7/2022), mereka menuduh para korban adalah mata-mata Pemerintah Indonesia.

Dikutip Pos-Kupang.com dari straittimes.com, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), mengatakan mereka menembak mati warga sipil karena dianggap sebagai mata-mata Jakarta yang menyamar sebagai pekerja.

Baca Juga: Umur 23 Tahun Sadisnya Minta Ampun, KKB Papua Egianus Kogoya Diyakini Bantai Warga Nduga, Menguasai Pelontar Granat Hingga Senjata Minimi yang Bisa Tembakkan 1.000 Peluru dalam 1 Menit

"Kami menembak 11 orang (Indonesia), dan seorang Papua karena dia mengambil gambar kami dan melawan ketika TPNPB menanyainya," kata Egianus Kogoya.

Egianus Kogoya memperingatkan warga Indonesia dari pulau-pulau lain untuk meninggalkan daerah bergolak dan mengancam akan membunuh mereka jika mereka mengabaikan peringatan tersebut.

Para pemberontak tidak akan berkompromi dengan siapa pun, "baik non-Papua atau orang Papua yang mencurigakan", sampai Papua memperoleh kemerdekaannya, tambahnya.

"Jika Anda mengabaikan peringatan ini, Anda adalah bagian dari pasukan keamanan teroris Indonesia," katanya.

Dikatahui, serangan KKB Papua pada Sabtu lalu adalah salah satu yang paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Papua.

Aparat gabungan TNI-Polri sedang menyelidiki insiden itu tetapi memprioritaskan evakuasi warga sipil.

Pada tahun 2018, 19 karyawan PT Istaka Karya ditembak mati oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya saat memperbaiki jembatan.

Pada bulan Maret, delapan pekerja telekomunikasi juga ditembak mati KKB Papua.

Adapun Egianus Kogoya (23) memang dikenal sadis dan tak segan melakukan serangan brutal dengan membunuh warga sipil hingga aparat keamanan dan pekerja kemanusiaan lain.

Baca Juga: Dipergoki Pastor Langsung Ngaku Tentara Hutan, Keji Aksi KKB Papua Tembak dan Mutilasi Petani di Intan Jaya, Warga Tak Berdosa Dituduh Jadi Mata-mata

Egianus Kogoya adalah putra tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) Solas Kogoya.

Sebelum mendirikan kelompok militer sendiri, Egianus bergabung dengan Goliath Tabuni, pimpinan KKB Papua di Puncak Jaya.

Nama Egianus Kogoya sebelumnya telah mencuat seusai insiden sadis pembunuhan 19 karyawan PT Istaka Karya pada Desember 2018 lalu.

Kombes Pol Faizal menuturkan bahwa Egianus dan anggotanya memiliki 15 pucuk senjata api yang semuanya adalah hasil rampasan dari pos keamanan.

"Terdapat sekitar 15 pucuk senjata organisasi milik TNI-Polri dan itu hasil rampasan," ungkap Faizal, belum lama ini.

Kelompok KKB Egianus Kogoya juga dilaporkan memiliki Granade Launcher Mortir (GLM) atau granat pelontar, dan senjata Minimi yang mampu menembakkan 1000 amunisi dalam 1 menit.

"Minimi satu pucuk sedangkan GLM ada dua, itu digunakan saat mereka beraksi yang menewaskan satu perwira TNI AL beberapa waktu lalu," ujarnya.

Baca Juga: Sekongkol dengan 2 Oknum TNI, Terungkap Harga per Butir Peluru yang Dibeli KKB Papua dari ASN Nduga, Ini Sosok 4 Pelaku Penjual Amunisi yang Diciduk Aparat

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari