GridHot.ID - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB Papua), seolah tak ada hentinya menebar teror.
Dikutip dari Tribunmanado.co.id, Panglima KKB Papua Egianus Kogoya dan TPNPB OPM Kodap III Ndugama ( Nduga ) menyikapi wacana pembentukan Daerah Otonomi Baru atau DOB oleh pemerintah pusat.
Rencana DOB Papua itu ternyata juga diikuti KKB Papua.
Pimpinan KKB Papua Kodap Nduga itu menyatakan tegas menolak DOB atau pemekaran provinsi di Papua.
Dilansir dari Pos-kupang.com, Panglima KKB Papua Egianus Kogoya melontarkan ultimatum terkait Pemekaran Wilayah Papua yang baru saja dilakukan Pemerintah.
"Silakan pilih, mau ditembak mati ataukah lanjutkan pemekaran. Kalau mau lanjutkan pemekaran DOB ( Daerah Otonomi Baru) berarti kalian akan kami tembak mati. Sebab semua masyarakat Papua sekarang inginkan kemerdekaan."
"Kalau para pejabat pemerintah terus memaksakan kehendak, maka KKB ( Kelompok Kriminal Bersenjata ) pasti tidak akan diam."
"Kami akan terus berperang dan para pejabat itu jadi target KKB. Kami akan tembak mati para pejabat itu kalau mereka berani melawan KKB," ancam Egianus Kogoya dalam sebuah video berdurasi singkat.
Dari video yang viral di media sosial, saat melontarkan ancaman tersebut, Egianus Kogoeya tidak sendirian.
Dalam video viral tersebut, ia didampingi sejumlah Anggota KKB lengkap dengan senjata api di tangan. Mereka bahkan mengarahkan moncong senjata api tersebut ke arah kamera.
Cara itu hanya untuk menyampaikan pesan bahwa mereka sudah siap menghabisi siapa pun yang dianggap melawan atau berseberangan dengan spirit perjuangan Papua merdeka.
Tak diketahui secara pasti di wilayah mana Egianus Kogoya menyampaikan pernyataan bernada ancaman tersebut.
Namun dari cara penyampaiannya, tampak jelas Egianus Kogoya tak mau berkompromi soal itu. Baginya, Papua merdeka harga mati, sehingga siapa pun yang melawan akan dibantai.
Hingga saat ini belum diketahui siapa yang menjadi sasaran Egianus Kogeya dalam ancaman terhadap para pejabat tersebut.
Tapi belakangan ini diketahui bahwa Penjabat Gubernur Papua Barat, Paulus Waterpauw menjadi incaran KKB Papua.
Pasalnya, Mantan Kapolda Papua itu sangat gencar mendorong pemekaran Papua. Karena tujuannya adalah memacu percepatan laju pembangunan di daerah itu.
Mungkin karena ketegasan sikapnya itu, sehingga saat ini Paulus Waterpauw jadi musuh utama KKB. Ia juga telah dinyatakan sebagai bagian dari DPO ( Daftar Pencarian Orang ).
Hingga saat ini belum ada respon dari Penjabat Gubernur Paulus Waterpauw terhadap ancaman Panglima Kodap III Ndugama tersebut.
Untuk diketahui, Egianus Kogoya merupakan salah satu sosok yang paling dicari oleh aparat TNI Polri di Papua.
Pasalnya, ia terlibat dalam sejumlah aksi kejam, baik terhadap prajurit TNI Polri maupun kepada warga sipil lainnya.
Bahkan tindakan Egianus Kogoya itu disebut-sebut telah melanggar hak asasi manusia. Karena para korban dibantai secara kejam, melampaui batas-batas perikemanusiaan.
Meski Egianus Kogoya telah dinyatakan jadi buronan aparat penegak hukum, namun sampai saat ini yang bersangkutan belum juga dicokok.
Dalam sejumlah video yang viral di jagat maya, Egianus Kogoya tampak terus bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Setiap pergerakannya, ia dikawal ketat anak buahnya.
Sementara pada video viral lainnya, terlihat Panglima tertinggi TPNPB-OPM ( Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka ), Damianus Magai Yogi disambut luar biasa ketika memasuki sebuah kampung.
Para awak organisasi sayap TPNPB-OPB membuat pagar betis saat Damianus Magai Yogi dan rombongan memasuki wilayah tersebut.
Mengenakan pakaian loreng ala TNI, sosok tersebut dikawal sangat ketat.
Bahkan tatkala ia tiba di kampung itu, sosok ini disambut luar biasa.
Rupanya kehadiran Damianus Magai Yogi, pria bertubuh tinggi tegap di tempat tersebut untuk sebuah upacara resmi.
Hanya saja tidak disebutkan di tempat mana upacara itu dilangsungkan. Dan dalam rangka apa acara tersebut diselenggarakan.
Dalam video berdurasi singkat tersebut, yang ditampilkan hanyalah suasana ketika upacara tersebut digelar.
Dan, dari video viral tersebut tampak jelas kalau TPNPB-OPM terus mengokohkan cengkeramannya di Tanah Papua.
Kelompok separatis itu terus bergerak dan dibawah komando Damianus Magai Yogi, aksi-aksi kriminal terus terjadi di daerah itu.
Apalagi di berbagai kodap, para panglimanya terus menggelorakan semangat untuk Papua merdeka. Tak hanya itu, mereka juga merancang aksi kriminal.
Aksi-aksi kriminalitas itu bertujuan merongrong wilayah NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ). Selain itu menunjukan kepada dunia internasional bahwa Papua tak aman bagi seluruh rakyat.
Aksi-aksi yang direncanakan itu, bila tak menyerang prajurit TNI Polri, maka mereka menyerang warga sipil. Bahkan dengan berbagai alibi, KKB menyatakan bertanggung jawab atas setiap insiden.
Mahasiswa Jayawijaya Tolak DOB Pegunungan Tengah
Sementara itu, Solidaritas Mahasiswa Peduli Pembangunan Masyarakat Jayawijaya (SMPPMJ) di Jayapura angkat bicara, terkait pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Wilayah Pegunungan Tengah Papua.
Ketua SMPPMJ, Alius Himan mengatakan, pihaknya perlu berbicara mengenai Daerah Otonom Baru (DOB) di Pegunungan Tengah yang dinilainya tidak layak, namun tetap dipaksakan oleh Pemerintah Pusat.
"Dari letak wilayah Jayawijaya dengan jumlah penduduk pribumi yang amat sangat sedikit, serta lokasi yang tidak strategis, DOB Pegunungan Tengah tidak layak hadir di Jayawijaya," terang Alius Himan, kepada Tribun-Papua.com, Rabu 27 Juli 2022 di Kampkey, Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Lebih lanjut Himan mengatakan, Jayawijaya, Provinsi Papua merupakan lembah di dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata 1.855 meter di atas permukaan air laut, sehingga tidak mungkin menjadi ibu kota Papua Pegunungan Tengah.
"Dahulu orangtua kami hidup dalam tata krama yang baik, indah serta sejahterah. Namun datang lagi dengan berbagai macam tawaran dari negara, maka sangat berdampak terhadap eksistensi hidup," ujarnya.
Himan menegaskan, dampak yang akan ditimbulkan amat sangat besar dan bisa mengancam eksistensi hidup orang Hubula di Tanah Hubulam, Jayawijaya, Provinsi Papua.
"Masyarakat adat di Lapago, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, akan terkena dampak DOB tersebut. Untuk itu, kami mengambil sikap tegas menolak DOB di Pegunungan Tengah Papua," tegasnya.
Himan berharap beberapa oknum yang mendukung DOB untuk segera berhenti melakukan manuvernya.
"Kami sampaikan juga kepada para petinggi BY, BW, LK untuk segera kembalikan DOB ini ke Jakarta, karena ulah dan kerakusaan jabatan maka rakyat bisa menjadi tumbal," tandasnya. (*)