Malapetaka Bagi Taiwan! Tak Cuma Kerahkan Pesawat Tempur, China Juga Tembakkan 11 Rudal Balistik Dongfeng ke Wilayah Dekat Taipei

Jumat, 05 Agustus 2022 | 12:25
NDTV

Ilustrasi - China mengerahkan sejumlah pesawat dan menembakkan rudal langsung di dekat Taiwan pada hari Kamis (4/8/2022).

GridHot.ID - Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi pada Selasa (2/8/2022) dan Rabu (3/8/2022) ke Taiwan membuat China marah besar.

Dilansir dari Hindustan Times, Kementerian Pertahanan Taipei mengatakan pada Kamis (4/8/2022), sebanyak 22 jet Angkatan Udara China melintasi 'garis tengah' selat Taiwan sehari setelah kunjungan Nancy Pelosi.

Selain itu, dilansir dari Kontan.co.id, China mengerahkan sejumlah pesawat dan menembakkan rudal langsung di dekat Taiwan pada hari Kamis (4/8/2022).

Penembakan rudal tersebut dilakukan dalam latihan terbesar China di Selat Taiwan, sehari setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi melakukan perjalanan solidaritas ke Taiwan.

Melansir Reuters, militer China mengkonfirmasi dilakukannya sejumlah penembakan rudal konvensional di perairan Taiwan sebagai bagian dari latihan yang direncanakan di enam zona yang akan berlangsung hingga Minggu siang.

Menurut media CCTV, aktivitas ini mengaktifkan lebih dari 100 pesawat, termasuk jet tempur dan pembom, dan lebih dari 10 kapal perang.

Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan pihaknya mengerahkan jet untuk memperingatkan 22 pesawat tempur China yang melintasi garis tengah Selat Taiwan ke zona pertahanan udaranya.

Taiwan juga mengatakan pasukannya menembakkan suar pada Kamis malam untuk mengusir empat pesawat tak berawak yang terbang di atas wilayah kepulauan Kinmen, yang berada di lepas pantai tenggara China.

Dikatakan bahwa rudal yang ditembakkan oleh China terbang tinggi ke atmosfer dan tidak mengancam Taiwan.

Baca Juga: Nancy Pelosi ke Taiwan, China Siap Siaga, Terbangkan Lebih dari 20 Jet Tempur hingga Luncurkan Uji Coba Rudal di Laut Timur Taipei

Pernyataan ini merupakan tanggapan atas kekhawatiran publik tentang apakah rudal China melewati pulau utama Taiwan.

Di sisi lain, Jepang melakukan aksi protes dengan mengatakan bahwa lima rudal tampaknya mendarat di zona ekonominya.

"Kolusi dan provokasi AS-Taiwan hanya akan mendorong Taiwan ke jurang bencana, membawa malapetaka bagi rekan-rekan Taiwan," kata juru bicara kementerian pertahanan China.

Menanggapi latihan China, Presiden Tsai Ing-wen mengatakan Taiwan tidak akan memprovokasi konflik tetapi akan dengan tegas mempertahankan kedaulatan dan keamanan nasionalnya.

"Taiwan tidak akan pernah dirobohkan oleh tantangan," kata Tsai dalam pesan video yang direkam kepada orang-orang Taiwan.

"Kami tenang dan tidak terburu-buru, kami rasional dan tidak provokatif, tapi kami juga akan tegas," tambahnya.

Taiwan mengatakan 11 rudal balistik Dongfeng China telah ditembakkan di perairan terdekat - pertama kalinya sejak 1996.

Para pejabat Taiwan mengatakan latihan itu melanggar aturan PBB, menginvasi ruang angkasa, dan mengancam navigasi udara dan laut bebas.

Taiwan telah mendirikan pemerintahan sendiri sejak 1949, ketika komunis Mao Zedong mengambil alih kekuasaan di Beijing setelah mengalahkan nasionalis Kuomintang (KMT) Chiang Kai-shek dalam perang saudara.

Kondisi itulah yang mendorong pemerintah yang dipimpin KMT untuk mundur ke pulau Taiwan.

Baca Juga: China Akan Lakukan Serangkaian Tindakan Militer untuk 'Sambut' Kedatangan Nancy Pelosy ke Taiwan: Termasuk Penambakan Langsung Jarak Jauh

Kegiatan militer China dilakukan menyusul kunjungan Nancy Pelosi yang tidak diumumkan sebelumnya ke Taiwan sehingga membuat China marah besar.

Sebelum latihan secara resmi dimulai, kapal angkatan laut dan pesawat militer China secara singkat melintasi garis tengah Selat Taiwan beberapa kali pada hari Kamis.

Pada tengah hari, kapal perang dari kedua belah pihak tetap berada dalam jarak dekat karena Taiwan juga mengerahkan jet dan mengerahkan sistem rudal untuk melacak pesawat China yang melintasi garis tersebut.

"Mereka terbang masuk dan kemudian terbang keluar, lagi dan lagi. Mereka terus mengganggu kami," kata sumber Taiwan itu.

China, yang telah lama mengatakan berhak mengambil Taiwan dengan paksa, mengatakan perbedaannya dengan pulau itu adalah urusan internal.

Di Taiwan, kehidupan sebagian besar normal meskipun ada kekhawatiran bahwa Beijing dapat menembakkan rudal ke pulau utama seperti yang dilakukan Korea Utara di pulau Hokkaido di utara Jepang pada tahun 2017.

"Ketika China mengatakan ingin mencaplok Taiwan dengan paksa, mereka sebenarnya sudah mengatakan itu cukup lama," kata Chen Ming-cheng, seorang makelar barang tak bergerak berusia 38 tahun.

"Dari pemahaman pribadi saya, mereka mencoba untuk menangkis kemarahan publik, kemarahan rakyat mereka sendiri, dan mengubahnya ke Taiwan."

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Kontan.co.id, hindustan times