GridHot.ID - Istri eks Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi terus menjadi sorotan sejak tewasnya Brigadir J.
Nasib Putri Candrawathi yang awalnya mengaku sebagai korban pelecehan seksual telag berubah 180 derajat.
Putri Candrawathi diketahui telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana Brigadir J oleh Bareskrim Polri pada Jumat (19/8/2022).
Putri Candrawathi dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, junto Pasal 55 dan 56 KUHP.
Ancamannya yakni hukuman maksimal pidana mati, penjara seumur hidup, dan 20 tahun penjara.
Meski begitu, dilansir dari Kompas TV, Putri Candrawathi belum ditahan.
Putri Candrawathi seharusnya menjalani pemeriksaan pada Kamis (18/8/2022), namu istri Ferdy Sambo itu mengajukan surat sakit dan harus istirahat selama tujuh hari.
"Kemarin ibu PC seharusnya diperiksa, tetapi karena ada surat sakit maka di-hold," kata Irwasum Polri Komjen Agung Budi Maryoto kepada awak media di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Jumat (19/8/2022).
"Saat ini PC (berada) di kediamannya, di rumah," sambung Agung.
Dilansir dari TribunnewsBogor.com, belum ditahannya Putri Candrawathi memunculkan pertanyaan dari pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amril.
Dalam talkshow di kanal Youtube TV One News, Reza Indragiri mencurigai istri Ferdy Sambo itu sedang melakukan malingering atau rekayasa berencana guna menghindari penyidikan polisi.
Malingering adalah gejala palsu atau sangat berlebihan yang ditimbulkan secara sengaja dan termotivasi oleh insentif ekternal, seperti untuk memperoleh kompensasi atau obat, menghindari diri dari pekerjaan atau tugas miter atau tuntutan kriminal.
Malingering atau berpura-pura sakit adalah suatu perilaku yang disengaja untuk tujuan eksternal.
Hal tersebut sejatinya tidak dianggap sebagai bentuk penyakit mental atau psikopatologi, meskipun penyakit mental dapat disertai dengan malingering.
"Penting untuk jadi catatan tentang kemungkinan malingering, perekayasaan berencana, baik terhadap kondisi fisik maupun psikis yang membuat orang yang sejatinya sehat, tampak atau terkesan sebagai orang yang sakit," ujar Reza Indragiri dilansir TribunnewsBogor.com pada Sabtu (20/8/2022).
Polisi Harus Jeli
Diungkap Reza Indragiri, polisi harus jeli melihat celah malingering yang diduga dilakukan Putri Candrawathi.
Hal itu terkait dengan pihak dokter yang telah memvonis bahwa istri Ferdy Sambo itu sedang sakit.
"Kalau dalam masa istirahat ini, ibu PC (Putri Candrawathi) lagi-lagi hanya berpura-pura sakit, bahkan ada keterlibatan profesional agar ibu PC sakit, nanti teman-teman di kepolisian akan semakin bersemangat menersangkakan ibu PC, di persidangan akan lebih berat hukumannya," ungkap Reza Indragiri.
Bukan hal baru dan tabu, diakui Reza Indragiri, seseorang yang sedang tersangkut masalah hukum memang kerap melakukan praktik malingering.
Bentuk yang paling sering dilakukan adalah dengan ber pura-pura sakit.
"Orang-orang yang sedang bermasalah dengan hukum, akan mencari siasat agar bisa lolos dari peninjauan pidana. Paling tidak orang yang tersangkut masalah hukum ini berharap bisa mendapat hukuman ringan. Salah satu tipu muslihat yang lazim dilakukan mereka adalah malingering, pura-pura sakit," kata Reza Indragiri.
Baca Juga: Macam-macam Arti Kedutan di Punggung Menurut Primbon Jawa
Bukan tanpa alasan Reza Indragiri menduga-duga bahwa Putri Candrawathi hanya sedang berpura-pura.
Bukti pertama yang diyakini Reza Indragiri adalah sebagai dugaan simbol kepura-puraan itu saat melihat Putri Candrawathi muncul di depan media.
Padahal menurut Reza Indragiri, jika Putri Candrawathi memang korban pelecehan, seharusnya ia tidak boleh muncul dan tidak akan kuat memberikan keterangan di depan khalayak ramai.
"Hal ini yang sejak awal saya khawatirkan tengah diperagakan ibu PC. Terutama sekali lewat kemunculan beliau di Mako Brimob. Kalau yang bersangkutan sungguh-sungguh mengalami pelecehan seksual, semestinya ibu PC tidak akan sanggup berdiri di situ, menyampaikan pernyataan kepada media," ujar Reza Indragiri.
Firasat sang pakar pun terbukti, beberapa waktu lalu, polisi memutuskan untuk menghentikan laporan pelecehan seksual yang dilayangkan Putri Candrawathi lantaran peristiwa itu tidak terbukti.
Lebih lanjut, Reza Indragiri pun mengungkap obrolannya dengan LPSK, lembaga yang sempat bertemu Putri Candrawathi.
Dari hasil pertemuan itu, tidak ditemukan adanya gangguan kejiwaan pada Putri Candrawathi.
"Saya berkesempatan dua kali berkomunikasi dengan LPSK. Dari dua perbincangan tersebut, tidak ada satupun saya dengar yang menyebut adanya gangguan jiwa pada ibu PC. Semuanya mengatakan bahwa ibu PC tidak bisa digali informasinya. Ibu PC tidak komunikatif (tidak mau bercerita)," ucap Reza Indragiri.
Trauma?
Pernyataan LPSK itu berbanding terbalik dengan hasil pemeriksaan pihak tertentu yang menyebut istri Ferdy Sambo mengalami trauma atau PTSD.
"Semuanya mengindikasi malingering itu semakin jelas. Karena ada kekontrasan perilaku. Ketika diperiksa oleh pihak tertentu, ibu PC komunikatif, terbukti ada kesimpulan bahwa ibu PC mengalami ABC. Tapi ketika ibu PC diperiksa oleh pihak lain oleh lembaga yang akan memberikan perlindungan, ibu PC bungkam," ungkap Reza Indragiri.
"Apa iya ada orang yang gangguan jiwa tapi gangguan jiwanya situasional, hanya muncul ketika diperiksa pihak tertentu. Alih-alih teryakinkan bahwa ibu PC sakit, justru semakin kuat dugaan saya bahwa malingering ini siasat berencana yang tengah dimainkan ibu PC," sambungnya.
Karenanya, penanganan lebih lanjut dari Putri Candrawathi yang diduga melakukan malingering adalah bukan dengan cara penyembuhan atau terapi ke rumah sakit.
Melainkan lewat putusan tegas dari pengadilan.
"Isunya bukan lagi pada menyembuhkan orang, tapi justru membuktikan apakah yang bersangkutan benar-benar sakit atau pura-pura sakit. Rekomendasinya bukan terapi, konseling, tapi lanjut atau tidak proses hukumnya," imbuh Reza Indragiri.
Cara-cara atau praktik dugaan malingering yang dilakukan Putri Candrawathi menurut Reza Indragiri adalah taktik kampungan.
"Seseorang yang disangka melakukan perbuatan pidana tapi memainkan drama seolah-olah korban. Walaupun dengan cara yang menurut saya "kampungan"," tegas Reza Indragiri dilansir dari tayangan Kompas TV. (*)