Diduga Semakin Menderita, Rusia Disebut-sebut Sampai Harus Beli Senjata dari Kim Jong Un Demi Tetap Meratakan Ukraina, Putin Kewalahan?

Rabu, 07 September 2022 | 09:42
Youtube Kompas TV

Kim Jong Un dan Vladimir Putin

Gridhot.ID - Peperangan Rusia dengan Ukraina masih terus memanas tak ada habisnya.

Sanksi yang dijatuhkan beberapa negara ke Rusia nyatanya tak membuat Putin mundur sama sekali.

Karenanya, dikutip Gridhot dari Kompas TV, Rusia diperkirakan bakal kehabisan senjata di akhir tahun ini jika dirinya terus membombardir Ukraina.

- Rusia diyakini dalam keadaan gawat akibat pasukan Vladimir Putin kehabisan persenjataan di Ukraina sebelum akhir tahun.

Pertempurannya dengan pasukan Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia disebut sebagai penyebab semakin menipisnya senjata artileri dan kendaraan lapis baja.

Kondisi itu yang diperkirakan bakal membuat habisnya kemampuan Rusia untuk melakukan serangan udara dan pasokan peluru kendali pada akhir tahun.

Keadaan tersebut berdasarkan laporan dari media berbasis di Latvia, Insider, Selasa (30/8/2022).

Bahkan dikutip Gridhot dari Tribun WOW, pasukan militer Rusia saat ini disebut tengah terpaksa membeli senjata dan peralatan militer dari Korea Utara (Korut) untuk konflik di Ukraina.

Rusia disebut tengah kesulitan menyuplai persenjataan ke pasukan militernya gara-gara efek sanksi.

Dikutip TribunWow dari bbc, temuan ini disampaikan oleh media asal Amerika Serikat (AS) yakni New York Times (NYT).

NYT mengklaim berhasil memeroleh informasi intelijen terkait Rusia yang telah membeli sebanyak jutaan peluru artileri dari Korut.

Baca Juga: Tampil Gagah dan Percaya Diri, Aksi Bonge Debut Jadi Model Sungguhan di Acara JF3 Fashion Festival 2022 Bikin Warganet Terpukau: Punya Karakter yang Kuat

Namun tidak pasti berapa jumlah persenjataan yang diperoleh Rusia dari Korut.

Seorang pejabat AS menjelaskan kepada Associated Press (AP), bergantungnya Rusia kepada Korut membuktikan bahwa pasukan militer Rusia kini tengah menderita akibat sanksi yang diberikan oleh negara-negara barat.

Korut sendiri telah mengakui kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.

Kim Jong Un selaku pimpinan tertinggi Korut juga menyatakan bahwa AS lah penyebab terjadinya konflik antara Rusia-Ukraina.

Sebelumnya, pejabat pemerintahan Presiden AS Joe Biden menjelaskan kepada media Rusia telah membeli drone buatan Iran.

Intelijen US juga menduga kuat sejumlah teknisi Rusia pergi ke Iran untuk menjalani pelatihan mengoperasikan senjata Mohajer-6 dan Shahed.

Iran sendiri telah tegas membantah mengirimkan senjata baik ke Ukraina atau ke Rusia.

REUTERS/Kevin Lamarque dan Instagram/Joe Biden
REUTERS/Kevin Lamarque dan Instagram/Joe Biden

Joe Biden kesulitan dekati Kim Jong Un

Sebelumnya komentar pedas dilontarkan oleh media pemerintah Korut terkait isu konflik antara Rusia dan Ukraina.

Negara pimpinan Kim Jong Un itu menilai Amerika Serikat (AS) sebagai provokator yang semakin memperburuk situasi konflik antara Rusia dan Ukraina.

Bahkan media pemerintah Korut tersebut menyebut Presiden AS Joe Biden sebagai kakek tua yang ceroboh.

Baca Juga: 42 Prajurit Bakal Disiapkan untuk Ajang AARM ke-30, Begini Potret Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Deddy Suryadi yang Turun Tangan Sendiri Tinjau Perwiranya Ikuti Lomba Tembak Bergengsi

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pernyataan ini disampaikan oleh kantor berita milik pemerintah Korut yakni Korean Central News Agency (KCNA).

Korut menyoroti bagaimana AS berusaha untuk mendiskreditkan Rusia dalam konflik ini.

KCNA lalu mengungkit bagaimana AS telah membunuh jutaan orang tak bersalah di Afghanistan hingga Irak.

Kemudian KCNA mengungkit momen Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang dan tak bisa dibiarkan berkuasa.

"Memanggil kepala negara lain sebagai seorang penjahat perang dan diktator pembunuh tanpa alasan yang jelas adalah sebuah penghinaan terhadap negara lain dan pelanggaran nyata terhadap kedaulatan," ujar KCNA.

KCNA lalu menyatakan Biden mengucapkan hal tersebut karena pikun dan ceroboh.

"Ucapannya yang sembrono menunjukkan kecerobohan seorang kakek tua yang pikun," tulis KCNA.

Biden sendiri diketahui saat ini telah berusia 79 tahun.

KCNA lalu menyindir bagaimana masa depan AS berada di tangan seseorang ynag begitu lemah.

Selanjutnya KCNA mengomentari bagaimana sanksi yang diberikan oleh AS kepada Rusia justru pada akhirnya akan merugikan AS sendiri.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Tribun Wow, Kompas TV