GridHot.ID Hubungan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman dengan Jenderal TNI Andika Perkasa diisukan tidak harmonis.
Dilansir dari Kompas.com, anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDI-P Effendi Simbolonmenyinggung isu ketidakharmonisan itu dalam rapat bersama TNI dan Kementerian Pertahanan pada Senin (5/9/2022).
Effendi Simbolon juga menyinggungisu anak KSAD yang gagal masuk Akademi Militer (Akmil).
"Sampai urusan anak KSAD pun gagal masuk Akmil pun menjadi isu," ujarnya.
"Memangnta kalau KSAD kenapa? Memang harus masuk? Memang kalau anak presiden harus masuk? Siapa bilang itu? Ketentuan apa? Ini kita harus tegas Pak. Saya lebih tua dari Bapak-bapak semua, saya berhak bicara di sini," ujarnya lagi.
Effendi menjelaskan, jika anak seorang pejabat gagal lulus seleksi akademi tertentu, maka seharusnya itu tidak perlu dipermasalahkan.
Pasalnya, tidak ada ketentuan yang mengharuskan anak seorang pejabat lulus seleksi masuk TNI.
""Kalau ketentuan mengatakan tidak, ya tidak. Tidak ada diskresi. Apa diskresi begitu. 'Oh anak saya'. Kenapa urusannya memang kalau anakmu?" tuturnya.
Effendi lantas mengenang di mana dirinya pernah gagal masuk Akmil pada tahun 1982.
Saat itu, Effendi gagal lolos karena umurnya tidak cukup. Syarat masuk Akmil minimal berusia 18 tahun.
"Saya 1 Desember baru berumur 18 tahun. Tapi 1 Agustus itu harus berumur 18. Saya tidak bisa masuk," kata Effendi.
Untuk itu, Effendi meminta agar tidak ada kecurangan yang terjadi dalam seleksi terhadap anak seorang pejabat.
Dilansir dari Fotokita via Sosok.id, Effendi juga mengungkit kenapa anak Dudung tak masuk ke Akmil disebabkan lantaran umur dan tinggi badan.
"Saya punya catatan ini tidak elok kalau saya sampaikan, Pak, dari mulai pertentangan soal ini, soal ini, banyak sekali catatannya sampai ke urusan anak Pak Jenderal Dudung yang katanya tidak lulus karena umur dan karena tinggi badan katanya," terang Effendi dikutip dari Fotokita oleh Sosok.id.
"Saya nggak tahu, silakan nanti Bapak jelaskan," kata Effendi lagi.
Terlebih bagi Effendi, Panglima TNI kerap disindir mengurusi hal remeh temeh.
"Orang bilang ngapain sih Panglima urusin yang tetek bengek begini. Tapi saya tahu Anda orang perfeksionis," ujarnya.
"Tapi sayangnya punishment di Anda kurang. Kalau saya seperti itu, take it or leave it, dia apa saya, Pak, saya lapor presiden. Biar aja gemuruh republik ini. Ngapain, Pak, kita sandang-sandang semua jabatan kalau tidak ada ketegasan," katanya.
Effendi berpendapat jika ego kedua jenderal itu bisa mengganggu senioritas di tubuh TNI.
"Ego Bapak berdua itu merusak tatanan hubungan junior dan senior, Pak. Dengan segala hormat saya, Pak, saya dekat dengan Pak Andika, saya dekat dengan Pak Dudung," katanya. (*)