Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Kasus mutilasi warga Timika Papua oleh oknum TNI masih jadi sorotan.
Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunKalim, 8 September 2022, tengok kisah keluarga korban mutilasi oknum TNI cari keadilan.
Keluarga korban mutilasi oknum TNI ngaku masih trauma.
Sementara KKB Papua merespon dengan mengklaim bahwa korban merupakan simpatisan KKB Papua.
Dan KKB Papua menyatakan bakal membalas kepada TNI.
Selengkapnya ada dalam artikel ini.
Keluarga 4 korban mutilasi yang dilakukan anggota TNI Angkatan Darat (AD) di Mimika, Papua, minta keadilan pemerintah karena merasa trauma dan tidak bisa berbicara lebih banyak.
Hal ini disampaikan perwakilan Keluarga Korban, Andrean Gwijangge dengan terbata-bata karena merasa takut saat memberikan keterangan pers pada Konferensi Pers yang diselenggarakan Koalisi Kemanusiaan untuk Papua, Rabu (7/9/2022).
Sebagai warga Papua, dengan adanya kasus ini merasa diperlakukan layaknya binatang di tanahnya sendiri.
"Kami dipotong-potong seperti binatang, seperti ayam yang mau dimasak, dibuang. Kami juga pengen hidup seperti kalian di sini, orang-orang di sini," ujar Andrean.
"Terus terang saja, kami menyampaikan bahwa kami dari keluarga korban masih trauma sehingga kami mau bicara lebih banyak atau yang lain-lain masih trauma, itu yang pertama," lanjut Andrean.
Keluarga korban minta kasus proses hukum ini harus dilakukan di pengadilan umum, tidak di pengadilan militer.
Harapannya, pihak keluarga bisa bisa melihat perkembangan kasus ini dengan terbuka dan jelas.
Pasalnya, ia menilai banyak kasus-kasus besar yang dengan mudah ditutup, apalagi terhadap kasus pelanggaran HAM yang menimpa rakyat biasa seperti mereka.
"Kasus besar saja bisa ditutup ya apalagi kami yang rakyat kecil ini, pasti akan ditutup.
Sehingga kami meminta kepada Amnesty internasional maupun teman-teman lainnya untuk mengangkat suara kami untuk kasus ini. Supaya kasus ini benar-benar terbuka transparan dan jelas," kata Andrean.
Berikutnya keluarga korban meminta para pelaku harus diadili secara undang-undang yang ada di Indonesia, dengan seadil-adilnya.
"Saya menangis, karena saya punya keluarga yang dibunuh dan dimutilasi, dibuang-buang seperti binatang. Kami orang hitam ini dicap sebagai orang OPM. Kulit hitam rambut keriting itu sebagai OPM. Kami mau hidup tenang tidak bisa. Kita harus hidup di mana, di tanah kami sendiri dibantai seperti itu, dibunuh dimutilasi," ujarnya.
Fakta-fakta
Dikutip Girdhot.ID dari artikel terbitan TribunPalu, 6 September 2022, berikut ini adalah beberapa faktornya.
1. Tubuh korban belum lengkap
Kepolisian Daerah (Polda) Papua mengatakan jasad empat korban mutilasi hingga kini masih berada di RSUD Timika menunggu kesepakatan keluarga korban terkait pemakaman.
Mengingat yang ditemukan hanya bagian badan, sedangkan bagian lain belum ditemukan.
Direskrimum Polda Papua Kombes Faizal Rahmadani kepada ANTARA, di Jayapura, Sabtu, mengakui hingga kini masih menunggu keputusan keluarga terkait pemakaman, sedangkan pencarian bagian tubuh lainnya hingga kini masih terus dilakukan, meskipun Tim SAR sudah menutup operasi pencarian.
"Yang belum ditemukan adalah dua karung berisi potongan kepala dan kaki keempat korban yang dimasukkan dalam karung terpisah dan dibuang di sungai di Kampung Pigapu," paparnya.
2. Satu pelaku masih buron
Keempat korban mutilasi itu dibunuh oleh 12 pelaku, delapan di antaranya adalah oknum TNI AD.
Sebanyak 11 pelaku sudah ditahan, termasuk delapan anggota TNI, namun seorang lagi berinisial RMH masih buron, kata Faizal.
Ia mengatakan motif pembunuhan diduga masalah ekonomi yang diawali para pelaku menawarkan senjata api seharga Rp250 juta dan harga tersebut disepakati namun korban dibunuh dan uangnya dibagi-bagi.
Tubuh keempat korban dimutilasi dan dimasukkan dalam enam karung berbeda, yakni empat karung masing-masing berisi badan korban dan dua karung berisi kepala dan kaki korban yang dibuang di Sungai Pigapu.
3. Jasad korban masih diidentifikasi
Terkait identitas korban, Faizal mengaku Tim Labfor Polda Papua sedang berupaya mengidentifikasi keempat jasad tersebut.
"Mudah-mudahan hasilnya segera diketahui untuk memastikan identitas korban, " harap Kombes Faizal Rahmadani.
4. Belum dipastikan terlibat KKB Papua
Direktur Reskrimum Polda Papua Kombes Pol Faizal Rahmadani menyatakan belum bisa memastikan keterlibatan keempat korban mutilasi dengan Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua.
"Belum didalami adanya dugaan keterlibatan keempat korban dengan KKB, karena masih diselidiki," kata Kombes Faizal, Jumat.
Dia mengakui, saat ini anggota kepolisian masih melakukan penyelidikan, untuk mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan korban dengan KKB Papua.
Selain itu, pihaknya belum bisa mengetahui identitas keempat jasad yang masih disemayamkan di RSUD Timika, karena menunggu hasil identifikasi yang dilakukan Puslabfor Polda Papua.
"Butuh waktu sekitar seminggu untuk memastikan identitas keempat jasad korban mutilasi yang hingga kini hanya ditemukan bagian tubuh korban," kata Kombes Faizal lagi.
(*)