Ancaman Krisis Pangan Global Diduga Penyebabnya, Volodymyr Zelenskyy Akui Izinkan Rusia Ekspor Pupuk Amonia, Berikan Beberapa Syarat Ini

Minggu, 18 September 2022 | 19:25
Kontan.co.id

Ilustrasi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar

Gridhot.ID -Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Jumat kemarin mengaku akan mengizinkan Rusia untuk melanjutkan pengiriman ekspor amonia melalui negaranya agar dapat mengurangi kekurangan pupuk global.

Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Tribunnews, 17 September 2022, namun Rusia harus memenuhi satu syarat, yakni membebaskan tawanan perang Ukraina.

"Saya menentang pasokan amonia dari Federasi Rusia melewati wilayah kami. Saya hanya akan melakukannya jika mereka menukarnya dengan tentara kami yang ditawan, inilah yang saya tawarkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa)," kata Zelenskyy.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Jumat kemarin mengaku akan mengizinkan Rusia untuk melanjutkan pengiriman ekspor amonia melalui negaranya agar dapat mengurangi kekurangan pupuk global.

Namun Rusia harus memenuhi satu syarat, yakni membebaskan tawanan perang Ukraina.

"Saya menentang pasokan amonia dari Federasi Rusia melewati wilayah kami. Saya hanya akan melakukannya jika mereka menukarnya dengan tentara kami yang ditawan, inilah yang saya tawarkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa)," kata Zelenskyy.

Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (17/9/2022), Gedung Kremlin pun secara cepat menolak tawaran itu.

"Apakah manusia dan amonia adalah hal yang sama?," kata Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Zelenskyy sebelumnya mengklaim bahwa Ukraina telah menahan ratusan tentara Rusia sebagai tahanan selama serangan balasan baru-baru ini di Kharkov.

Baca Juga: PDKT Pakai Google Translate, Viral Kisah Bule Cantik Asal Inggris Dinikahi Pria Bekasi Setelah 1 Bulan Kenalan, Kini Bantu Suami Jualan Soto

Namun Peskov menegaskan, Rusia memiliki lebih banyak tawanan perang Ukraina.

Sementara itu, PBB telah menyarankan produsen pupuk Rusia Uralchem ​​untuk memompa gas amonia melalui pipa ke perbatasan Ukraina, di mana dapat dibeli oleh Trammo, pedagang komoditas yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Pipa tersebut dapat memompa sebanyak 2,5 juta ton amonia per tahun dari wilayah Volga ke pelabuhan Yuzhny di Laut Hitam.

Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 17 September 2022, namun, pelabuhan tersebut kini telah ditutup sejak dimulainya serangan militer Rusia pada Februari lalu.

Amonia adalah bahan penting dalam pupuk nitrat, dan kekurangan pasokan yang terjadi saat ini menjadi ancaman yang menambah krisis pangan global.

Padahal krisis pangan global ini telah diperburuk oleh konflik Rusia-Ukraina. karena sebagian besar gandum dunia berasal dari dua negara itu.

Menurut industri pupuk Rusia, sebanyak 70 persen pabrik amonia Eropa telah mengurangi atau menghentikan produksi dalam beberapa bulan terakhir karena rekor harga energi yang tinggi.

Rusia, Ukraina dan Turki telah menandatangani kesepakatan yang ditengahi PBB pada Juli lalu untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina demi mengurangi kekurangan bahan pangan.

Namun, perwakilan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia baru-baru ini menyalahkan sanksi negara Barat karena menahan pengiriman biji-bijian dan pupuk.

Baca Juga: Data Pribadinya Bocor Karena Ulah Bjorka, Menteri Johnny G Plate Ganti Nomor Ponsel Amerika, Fadli Zon Kritik Keras: Kominfo Harusnya Jadi Garda Terdepan

Ia menyebut pejabat Uni Eropa (UE) munafik, karena memblokir pengiriman Rusia ke Afrika, Asia dan Amerika Latin sambil membiarkan sumber daya penting mencapai pantai blok itu sendiri.

Dari 136 kapal yang meninggalkan pelabuhan Ukraina membawa gandum, hanya 6 yang pergi ke negara-negara termiskin yang menderita krisis pangan.

(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Kompas.com, tribunnews