Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Bulan September selalu khas dengan peristiwa G30S/PKI yang terjadi di masa Presiden Soekarno yang kala itu telah memperistri Ratna Sari Dewi.
Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Sosok.grid.id, 19 September 2022, seperti yang kita tahu, peristiwa G30S/PKI merupakan salah satu momen terburuk dalam sejarah Indonesia yang terjadi di masa Presiden Soekarno sebelum kemudian digantikan oleh Soeharto.
Bahkan peristiwa tragis itu sepertinya tidak akan pernah terlupa oleh Bangsa Indonesia terlebih setelah Soekarno tak jadi Presiden, Soeharto menggantikannya selama lebih dari 30 tahun lamanya.
Bagaimana tidak, enam perwira tinggi TNI Angkatan Darat dan beberapa orang lainnya oleh PKI atau Partai Komunis Indonesia.
Ke 7 korban peristiwa G30S/PKI itu kini kita sebut sebagai Pahlawan Revolusi.
Diketahui, sebelum membunuh para jenderal TNI itu, mereka diculik pada malam sebelumnya.
Nah, setelah peristiwa itu terjadi banyak yang bertanya di mana Jenderal Soeharto berada?
Sebagai salah satu Jenderal TNI, diduga Jenderal Soeharto akan menjadi salah satu korban penculikan.
Namun ternyata dia tidak menjadi korban penculikkan dan selamat.
Bahkan pada akhir peristiwa G30S/PKI, Soeharto muncul sebagai pahlawan. Karena dialah yang berakhir menyelesaikan kasus ini.
Lalu bagaimana dengan peran Soekarno?
Sebagai Presiden Indonesia pada saat itu, di mana Presiden Soekarno berada pada malam tragedi berdarah itu?
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunBatam.id, 30 September 2021, lokasi Presiden Soekarno pada malam tragedi G30S/PKI iti terungkap dalam buku Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno.
Dan ternyata pada malam itu, Bung Karno tengah begadang dan dia sama-sekali tidak tahu akan adanya penculikan para Jenderal TNI.
Pada malam itu, tanggal 29 September 1965, Bung Karno punya jadwal menghadiri acara Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) di Istora Senayan, Jakarta.
Dan Munastek itu tersebut diprakarsai oleh pemimpin Angkatan Darat dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Beberapa orang yang juga hadir dalam acara itu adalah Brigjen Hartono Wirjodiprodjo yang kala itu menjabat sebagai Direktur Pelalatan AD.
Lalu Menteri Pengairan Dasar saat itu, Ir PC Harjo Sudirdjo.
Brigjen Hartono lalu menjemput Bung Karno di Istana Merdeka dan mengawalnya ke lokasi acara.
Keberangkatan Bung Karno jugadidampingi oleh pengawal pribadinya Kolonel Maulwi Saelan dan ajudannya Kolonel Bambang Widjanarko.
BahkanSoekarno sempat melambaikan tangan kepada orang-orang yang ada di sana.
Terdengar jugateriakan “Merdeka”, “HidupBungKarno”, dan “Viva Pemimpin Besar Revolusi” dari para hadirin.
AcaraMunastekitu sendiri selesaisekitar pukul 23.00 WIB. Dan Bung Karno lantas kembali ke Istana Merdeka bersama pengawal pribadi dan ajudan.
Merasa tidak ada lagi tugas pengawalan, Maulwi kemudian melapor kepadaSoekarnountuk pulang ke rumahnya.
Maulwi pun pulang ke rumahnyadi Jalan Birah II No.81, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sekitar pukul 24.00 WIB.
Namun Maulwi tidak pernah tahu bahwaBung Karno pergi secara diam-diam dari istana.
Bahkan dia hanya dikawal Kompol Mangil dan timnya yang berpakaian preman.
TernyataBung Karnosedang menuju rumah istri termudanya, Ratna Sari Dewidi Jalan Gatot Subroto.
Akan tetapiRatna SariDewi rupanya tengahmenghadiri malam resepsi di Hotel Indonesia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Irak di Jakarta.
LantasBungKarnopun menyusul ke Hotel Indonesia. Tapi dia tidak masuk.
JustruBung Karno menunggu di parkiran hotel bersamaa Soeparto, sopir pribadi Presiden.
Lalu mereka menjemput Ratna Sari Dewi dengan dikawal anak buah Mangil, Ajun Inspektur II Sudiyo.
Setelah rombongan kembali ke rumahRatnaSariDewi.
Di saat yang sama, di timur Jakarta yang hanya berjarak sekitar 10 km dari rumahRatnaSariDewi, telah terjadi penculikan para Jenderal oleh PKI.
Presiden Soekarno sendiri baru mengetahui informasi pembantaian para jenderal itu pada keesokkan harinya, yaitu pada 1 Oktober 1965 jelang siang hari.
(*)