Gridhot.ID - Belakangan ramai perbincangan soal keputusan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengubah syarat tinggi badan calon taruna TNI.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menurunkan syarat tinggi badan bagi calon taruna laki-laki dari 163 cm menjadi minimal 160 cm.
Sementara, bagi calon taruna perempuan, syarat tinggi badan diturunkan dari 157 cm menjadi minimal 155 cm.
Jenderal Andika mengatakan perubahan syarat itu dilakukan untuk mengakomodasi kondisi remaja Indonesia yang ingin menjadi taruna dan taruni.
"Jadi saya sudah membuat revisi sedemikian rupa sehingga lebih mengakomodasi kondisi umum remaja Indonesia," kata Andika dikutip di kanal YouTube miliknya, Selasa (27/9/2022).
Selain tinggi badan, Jenderal Andika juga mengubah ketentuan mengenai usia calon taruna dan taruni.
Sebelumnya, calon taruna dan taruni minimal berusia 18 tahun. Aturan itu diubah menjadi minimal 17 tahun 9 bulan.
Di tengah pro kontra keputusan Jenderal Andika menurunkan syarat tinggi badan calon taruna, nama prajurit Korps Pasukan Khusus (Kopassus) Asmujiono kembali mencuat.
Sosok Asmujiono sempat disinggung oleh Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid.
Dia bilang, Asmujiono merupakan salah satu personel terbaik di Kopassus yang tingginya "hanya" 165 cm.
Oleh karenanya, Meutya setuju dengan keputusan Panglima TNI menurunkan syarat tinggi badan calon taruna.
"Asmujiono misalnya, prajurit yang sempat terhambat tinggi badan ketika masuk Kopassus. Ternyata kuat sekali dan menjadi prajurit pertama yang sampai puncak Everest," kata Meutya saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (28/9/2022).
Meutya bilang, syarat masuk institusi TNI harus berdasar pada kebutuhan alat pertahanan negara.
Sementara, dari sisi sumber daya manusia, TNI memang perlu mengikuti tantangan global saat ini.
"Misal, perang tidak lagi hanya perang fisik, tapi meliputi perang nubika; ancaman nuklir, virus, senjata kimia dan lain-lain, yang mungkin keahliannya tidak melulu bertumpu pada kekuatan fisik," kata Meutya.
"Jangan sampai mempertahankan syarat tinggi malah jadi justru membatasi penerimaan masuk orang-orang yang 'gifted' di bidang-bidang lainnya," tuturnya.
Kerap kali disinggung, lantas siapa sosok Asmujiono sebenarnya?
Asmujiono Dibanggakan Prabowo Subianto
Sosok Asmujiono acap kali dibanggakan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
Tak sekali dua kali Prabowo bercerita bahwa Asmujiono merupakan salah satu anak buah terbaiknya di Kopassus dulu.
Ada yang menarik dari kisah Asmujiono masuk ke Kopassus.
Menurut Prabowo, laki-laki asal Malang, Jawa Timur itu awalnya tak memenuhi syarat saat proses seleksi.
Sebabnya, tinggi Asmujiono hanya 165 cm. Padahal, saat itu syarat menjadi prajurit Kopassus minimal bertinggi 168 cm.
Namun, Prabowo bilang, ketika itu banyak anak buahnya yang menyebut bahwa Asmujiono punya kemampuan dan semangat luar biasa.
"Perwira-perwira saya bilang anak ini sangat bagus dan memiliki semangat yang luar biasa. Perwira mendesak saya untuk menerimanya, tapi saya bilang persyaratan harus dijalankan," kata Prabowo seperti diberitakan Kompas.com, 25 Mei 2014.
Prabowo sendiri juga melihat potensi yang begitu besar dalam diri Asmujiono. Akhirnya, dia meloloskan Asmujiono sebagai prajurit Korps Baret Merah.
"Banyaknya desakan dari perwira dan saya melihatnya, akhirnya dia dapat pengecualian atau dispensasi," ucap mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus itu.
Keputusan Prabowo tidak salah. Setelah Asmujiono bergabung ke Kopassus dan mengikuti pelatihan yang luar biasa keras, dia justru menjadi prajurit terbaik.
Bahkan, prestasi Asmujiono tidak hanya ditorehkan di internal Kopassus, tapi juga bangsa Indonesia.
Saat itu, tahun 1996, Asmujiono terpilih menjadi salah satu prajurit Kopassus yang tergabung dalam Ekspedisi Merah Putih.
Ekspedisi itu dibentuk Kopassus untuk menaklukan puncak Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia yang terletak di perbatasan Nepal dan daerah otonomi Tibet di China.
Siapa sangka, dalam pendakian itu, Asmujiono menjadi prajurit sekaligus orang Indonesia pertama yang sukses mengibarkan bendera Merah Putih di puncak gunung tertinggi di dunia.
Prabowo pun begitu berbangga atas pencapaian itu.
Tak ayal, prestasi yang ditorehkan Asmujiono tidak pernah beranjak dari ingatan Prabowo, bahkan ketika keduanya sama-sama tak lagi di Kopassus.
Berkaca dari keberhasilan Asmujiono, Prabowo kerap kali menyebut bahwa sesungguhnya Indonesia mampu bersaing dengan negara lain.
"Akhirnya dia yang mengangkat Merah Putih sampai puncak Everest, dunia. Jadi kita mampu mengimbangi negara lain kalau ada will (kemauan)," kataPrabowosaat memberikan orasi ilmiahnya di hadapan wisudawan Universitas Pancasila, Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Asmujiono kini telah keluar dari Kopassus dan TNI.
Kendati sudah tak lagi berdinas di militer, Asmujiono telah banyak menorehkan jejak prestasi bagi institusi TNI dan Tanah Air.
Berpangkat Pratu saat Taklukkan Gunung Everest
Mengutip Surya.co.id, saat menaklukkan Gunung Everest, pangkat Asmujiono masih prajurit satu (Pratu).
Sebenarnya, tim Nasional Ekspedisi Everest berjumlah 43 orang, terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, Rakata, dan Mapala UI.
Setelah ekspedisi besar, tersisa 16 orang yang kemudian dibagi menjadi dua tim. 6 orang dari sebelah utara melalui Tibet, 10 orang dari sebelah selatan melalui Nepal.
Tim dipimpin Anatoli Nikolaevich Boukreev (Kazakhastan), yang dikenal dengan The Ghost of Everest serta Richard Pawlosky (Polandia) dipilih menjadi pelatih tim.
Vladimir Bashkirov dipercaya menjadi film maker, sedangkan Dr. Evgeni Vinogradski menjadi dokter tim.
Dalam bukunya yang berjudul The Climb, Anatoli Boukreev menceritakan kisah heroiknya pendakian tersebut.
Dikatakan, tigaanggota Kopassus yang berhasil menaklukkan Everest (1997) yakni Pratu Asmujiono, Sersan Misirin, dan Lettu Iwan Setiawan
Mereka rela mempertaruhkan nyawa untuk keberhasilan ekspedisi ini.
Singkat cerita,Asmujiono berlari kecil menuju tiang berkaki tiga yang penuh dengan bendera yang tanda sebagai puncak Everest, dan dia langsung memeluknya.
Dia menyingkirkan semua apa yang ada kepalanya dan langsung memakai Baret Merah keatas kepalanya, dia terus mengambil bendera dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di puncak Everest.
Asmujiono membuka kaca mata hitam dan masker yang mensuplai oksigen ke paru-parunya.
Tepat di puncak gunung tertinggi dunia, dia merentangkan bendera merah putih dan mengenakan baret merah Kopassus.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Komando!" teriak Asmujiono dengan dada sesak bangga bercampur haru.
Asmujiono bahkan sempat hendak menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Namun pelatih Boukreev melarang Asmujiono. Terlalu berbahaya, saat itu cuaca Everest tak bersahabat.
"Rasa takjub luar biasa mendera saya, Kejadian seperti yang barusan saya lihat ini sungguh tidak pernah saya alami," kata Boukreev.